BOSSY BOSS

Chapter 186 - Make Love 2



Chapter 186 - Make Love 2

0"Plakkk!!!"     
0

Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan Zen. nafas Daisy tersengal-sengal usai ia melampiaskan amarahnya pada Zen.     

Kali ini ia tidak akan termakan oleh godaan Zen betapa pun ia ingin bercinta dengannya. Daisy tidak akan mengkhianati Jeremy. Tidak akan lagi ia melukai Jeremy seperti dulu-dulu.     

"Jaga ucapanmu! Kamu pikir aku mau? Hah? Brengsek!" umpat Daisy kesal.     

Suara derap langkahnya yang tergesa-gesa lantas pergi menjauh dari Zen dan keluar dari restoran itu. Daisy langsung menyalakan mobilnya dan segera pergi dari sana.     

Setelah sudah cukup jauh dari lokasinya bertemu dengan Zen tadi, Daisy menepi. Ia mengatur nafasnya dengan susah payah. Air matanya keluar membasahi pipi.     

"Tolong, batalkan kontrak dengan perusahaan Zen dan kirimkan emailnya kepada dia langsung, Firly," perintah Daisy melalui panggilan. Ia langsung menyuruh asistennya untuk mengurus pembatalan kontrak dengan Zen. Tidak peduli jika Daisy akan kehilangan keuntungan yang sangat besar, yang penting ia merasa aman dan nyaman.     

Perasaannya sekarang jadi hancur. Yang ia anggap benar-benar berubah, nyatanya belum cukup berubah. Padahal tahun demi tahun berlalu, ternyata tidak ada hasil apa pun. Sama saja.     

Daisy ingin bercerita pada Jeremy, tapi dalam keadaan masih berduka seperti ini rasanya tidak pantas. Satu-satunya yang bisa menjadi orang kedua setelah Jeremy adalah Raka.     

Daisy akhirnya menuju kantor Raka. Ia kemudian menceritakan hal-hal yang terjadi padanya bersama Zen saat tadi. Amarah Raka meluap-luap. Saat Daisy bercerita, bahkan Raka ingin segera pergi dan menemui Zen. Tapi Daisy mencegahnya.     

"Biarkan saja. Kontrak dengannya udah kubatalkan juga," ucap Daisy lirih.     

"Dia benar-benar kurang ajar! Aku pikir berada di penjara membuatnya cukup bisa berpikir jernih. Tapi otaknya masih saja kotor!"     

Daisy menunduk sedih. Jika saja tadi ia menerima godaan Zen, pasti ia akan merasa bersalah sekali pada Jeremy. Mengingat Jeremy saja sudah membuatnya benar-benar tidak tahan akan kerinduannya. Tapi menemui Jeremy dalam keadaan seperti ini juga tidak akan baik.     

Daisy tidak mau Jeremy tahu hal ini untuk sementara waktu. Maka dari itu ia meminta Raka untuk tidak membicarakan ini padanya sampai keadaan benar-benar kondusif.     

"Aku nggak akan tinggal diam, Daisy kalau dia masih begitu denganmu. Jangan halangi aku!" ucap Raka dengan nada kesalnya.     

Walau begitu, Raka akan benar-benar mendatangi Zen setelah Daisy pergi dari kantornya. Ia hanya tidak ingin membuat Daisy kepikiran nantinya. Jadinya, sementara Raka mengontrol emosinya sampai benar-benar ia bertemu dengan Zen.     

"Ini … minumlah," ujar Raka seraya menyodorkan segelas coklat panas dengan asap yang masih mengepul.     

"Terima kasih, Raka. Maaf kalau kedatanganku merepotkanmu," ucap Daisy.     

"Jangan sungkan untuk melakukan hal seperti ini. Aku senang karena akhirnya kamu mau berbagi denganku."     

Setelah cukup lama Daisy berada di kantor Raka, ia pun pamit untuk kembali ke kantornya. Kemudian setelah kepergian Daisy, Raka segera bergerak. Ia meraih kunci mobilnya dan pergi meninggalkan kantornya. Tentu saja ia tidak akan membiarkan Daisy melihat mobilnya.     

Jalanan yang cukup ramai membuat Raka tidak sabar untuk segera sampai kantor Zen. Ia terus menerus merutuki Zen dengan sumpah serapah yang ia ketahui.     

Hingga tibalah ia di kantor Zen. Tanpa mempedulikan resepsionis yang menyambutnya, Raka langsung masuk. Bahkan saat ketika Raka sampai depan ruangannya, sekretaris Zen bertanya apa keperluannya. Tapi Raka tidak peduli dan memilih tidak menjawabnya.     

Begitu ia membuka ruangan itu, hantaman langsung mendarat di pelipis Zen berkali-kali.     

"Brengsek!" rutuk Raka dengan emosi yang tinggi.     

***     

Tepat pukul delapan malam, Daisy sampai rumahnya. Ia dikejutkan oleh kehadiran Jeremy yang sedang duduk di kursi teras menunggunya. Daisy bingung dan melihat sekitar. Ia tidak melihat adanya mobil Jeremy.     

"Jer? Kamu naik apa ke sini?" tanya Daisy memperhatikannya.     

"Di antar Jenny. Jadi, kamu pulang jam segini kalau aku nggak menjemputmu?" tanya Jeremy khawatir.     

Daisy pun mengeluarkan kunci rumah dan membukanya. Ia masuk ke dalam diikuti Jeremy di belakangnya. "Yah, banyak kerjaan yang aku selesaikan malam ini. Jadi, besok aku bisa sedikit santai di kantor. Apa kamu udah makan?" tanya Daisy.     

Tiba-tiba Jeremy memeluknya dari belakang. Membuat Daisy tersenyum dan berbalik untuk menatapnya. Ia mengalungkan dua tangannya di leher Jeremy. Pandangan teduh itu adalah pandangan yang Daisy rindukan.     

"Aku belum makan dan baru akan mengajak kamu makan," jawab Jeremy.     

"Apa kamu mau aku masak sesuatu?" tanya Daisy dengan senyuman.     

"Kalau nggak keberatan, silakan."     

Dikecupnya sekali bibir merah Jeremy dan Daisy melepaskan pelukannya. Ia langsung menuju dapur dan mengeluarkan segala bahan masakan yang akan ia masak.     

"Tunggu di sana dan santailah," perintah Daisy.     

Daisy langsung memakai celemeknya dan beraksi di dapur. Dengan kelihaiannya yang jarang ia tampilkan membuat Jeremy menatapnya tanpa mengalihkan pandangannya. Daisy tidak tahu jika ia sedang diperhatikan. Saking seriusnya Daisy masak, Jeremy hanya tersenyum dan menggeleng-geleng.     

Jeremy yang ahli di bidang masak-masak pun cukup tahu apa yang sedang Daisy masak. Makanan kesukaannya. Padahal Jeremy tidak pernah mengajarinya bumbu makanan yang ia sukai pada Daisy. Tapi Jeremy tentu menghargai usaha Daisy untuk menyenangkannya.     

Jeremy akhirnya ikut membantu menyiapkan meja makan. Menaruh minuman dan beberapa buah-buahan sebagai pencuci mulut nantinya. Tak lama Daisy datang menghidangkan masakannya di meja makan.     

"Kelihatannya enak," ujar Jeremy yang tak bisa menahan rasa laparnya.     

"Hmm … aku masak dengan penuh cinta. Jadi, ayo makan!"     

Daisy meraih piring Jeremy dan menuangkan nasi serta lauk pauk ke piringnya. Ia memberikan Jeremy piring itu dan menyuruhnya untuk makan duluan.     

"Hmm, ini enak, Daisy! Siapa yang mengajarimu masak?" pujinya seraya bertanya.     

Daisy terkekeh mendengar ucapan Jeremy. Seolah Jeremy terkejut karena Daisy jarang masak di hadapannya.     

"Aku belajar sendiri," jawab Daisy asal. Padahal Daisy memang pandai masak. Walau pun ia hanya akan masak ketika kondisinya benar-benar dalam keadaan yang sangat baik.     

"Aku mau menghabisininya," sergah Jeremy dengan semangat.     

"Ayo, habiskan! Aku tantang kamu kalau kamu memang kuat menghabisinya," kata Daisy.     

"Bagaimana kalau aku menang?" tanya Jeremy dengan lirikan nakalnya.     

Daisy mengedikkan bahunya. Ia sudah tahu ke arah mana pikiran Jeremy bermain. "It's up to you, Jer. ayo, makan dan kamu yang habiskan semuanya."     

Daisy pun mulai menyusul makan dengan tenang dan tetap memperhatikan bagaimana cara Jeremy menghabiskan semua masakannya dengan tubuh yang tetap atletis.     

Ia tertawa-tawa melihat Jeremy yang mulai terlihat kenyang walau makanannya tinggal sedikit. Tapi Jeremy tidak akan menyerah.     

"Habis!" ucap Jeremy dengan semangat.     

Daisy yang sudah lebih dulu habis karena makan sedikit, kini sedikit menghindar dari Jeremy yang siap akan menerkamnya.     

"Tapi sayangnya setelah melihat kamu, aku ternyata masih lapar," goda Jeremy yang mulai menangkup wajah Daisy dan menciumnya dengan hasrat.     

***     

Seperti biasa, Jeremy bangun lebih awal dengan tubuh lebih terasa segar yang mana di sebelahnya ada Daisy yang masih tertidur dengan telanjang dan selimut yang menutupinya.     

Ia tersenyum menatap Daisy yang masih meringkuk dalam tidurnya. Terlihat tenang dan cantik natural. Tangan Jeremy membelai wajahnya hingga Daisy bergerak perlahan karena merasakan sebuah sentuhan.     

Pagi ini, pagi yang cukup membuat Jeremy sangat bersemangat dan bergairah. Ia pun mulai menggoda Daisy yang masih tertidur. Membuat Daisy secara tak langsung mendesah karena sentuhan Jeremy ke beberapa area yang sensitif bagi Daisy.     

"Hmm … " desah Daisy.     

"I love you," ucap Jeremy mulai mengecupnya.     

"Jeremy?" panggil Daisy yang mulai sadar dengan apa yang sedang terjadi. Lalu Daisy pun membiarkan Jeremy menjamah tubuhnya.     

Daisy yang mulai menggelincang tak sabar ingin segera berada di bawah Jeremy untuk digoyangkan olehnya. Jeremy memang tak langsung bercinta dengan Daisy. Ia masih ingin menggoda Daisy hingga Daisy benar-benar memohon padanya.     

Jeremy sendiri mulai memainkan jemarinya pada area sensitif Daisy. Kepala Daisy yang tersentak ke belakang tak sabar dan menjambak rambut Jeremy.     

"Lakukan, Jeremy!" teriaknya tak tahan.     

Mendengar nada teriak yang tersiksa itu, Jeremy pun langsung melakukan aksinya. Memenuhi dirinya ke dalam diri Daisy. Bergerak maju mundur secara perlahan hingga tempo cepat ia lakukan.     

Daisy ikut terguncang. Ia sama tidak tahannya dengan Jeremy yang sebentar lagi akan menuju puncak. Desahan dan teriakan yang Daisy keluarkan semakin membuat Jeremy bergerak cepat. Hingga mereka mendengar suara bel berbunyi namun keduanya masih fokus pada apa yang belum mereka tuntaskan.     

"Sebentar lagi, Sayang!" ucap Jeremy tidak tahan.     

"Please! Yang cepat, Jer!" pinta Daisy.     

Kali ini lengkingan teriakan Daisy benar-benar memenuhi seisi rumah. Daisy tidak peduli dengan teriakan kenikmatan itu jika seseorang di luar sana, yang akan bertamu ke rumahnya, mendengarnya.     

Deru nafas mereka tersengal-sengal. Jeremy mengecupnya berkali-kali mengucapkan kalimat cinta pada Daisy. Hingga Jeremy akhirnya melepaskan dirinya pada Daisy dan merutuk kesal dengan tamu yang berkunjung ke rumah Daisy.     

"Tidurlah lagi, biar aku yang melihat siapa yang datang," ucap Jeremy seraya mengenakan jubah tidurnya.     

Daisy benar-benar tidur setelah bercinta dan mendengarkan perintah Jeremy. Lagi pula ia masih mengantuk dan ditambah lemas karena bercinta dengan Jeremy di pagi hari.     

"Oh, maaf lama membukanya, masuklah kalian," ucap Jeremy ketika ia tahu yang datang adalah Raka dan Reina.     

Keduanya berdeham begitu melihat Jeremy yang masih basah karena keringat. Apalagi Jeremy mengenakan jubah tidur. "Maaf, aku-"     

"Kami tahu, kok. Terdengar jelas, loh," potong Raka mengejeknya.     

Jeremy sama sekali tidak malu jika Raka yang berbicara. Tapi ia tentu memerah karena mengingat beberapa menit yang lalu, ia baru saja bercinta dengan Daisy.     

"Dia tidur lagi. Jadi, sorry, gue nggak bisa bangunin dia. Ada apa ke mari?" tanya Jeremy.     

Jeremy lalu sadar bahwa telapak tangan Raka sedikit robek dan ada bekas darah yang sudah berhenti mengalir. Dahinya mengernyit memperhatikan itu.     

"Lo habis berantem sama siapa, Ka?" tanya Jeremy.     

Raka langsung menaruh satu telunjuk di bibirnya agar Jeremy pelan-pelan saja berbicaranya.     

"Jangan sampai Daisy tahu. Gue habis berantem sama Zen dan lo juga harus tahu penyebabnya apa," kata Raka berbisik pada Jeremy.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.