BOSSY BOSS

Chapter 114 - I Honor You As My Woman



Chapter 114 - I Honor You As My Woman

0Dua bulan setelah kehamilanku, akhirnya kami menikah. Berada di altar dengan para tamu yang datang, membuatku gugup karena keramaian. Raja menatapku dan menggenggam tanganku bahwa aku tidak perlu takut karena ia ada di sampingku. Aku tahu ia akan selalu ada di sisiku, tapi aku tidak bisa menutup mata seolah mereka semua tidak ada.     
0

Setelah ucap janji, kami berciuman. Tepuk tangan para tamu membuat kami tersenyum senang. Aku menatap Ibu, Papa dan Raka yang ada di sini. Semua keluarga yang tidak kusebutkan, mereka ternyata juga senang dan bahagia melihat kami. Sementara Reina, ia rupanya ikut bahagia.     

Pernikahan yang minim tamu ini memang aku yang meminta. Aku tidak ingin ada tamu yang tidak begitu penting diundang, bukan karena sombong, tapi aku takut aku tidak bisa mengatasi kegugupanku karena banyak orang.     

Aku tidak tahu siapa yang mengundang siapa, tapi saat aku dan Raja berdiri di satu tempat untuk mengobrol hal-hal yang serius maupun lucu, tiba-tiba dua pasangan muncul. Lebih tepatnya mantan suamiku dengan kekasihnya, yang tak lain dan tak bukan adalah Rosi.     

Nafasku tercekat saat melihat mereka. Ingatan akan pengkhianatan seperti menggali kenangan itu lagi. Jadi aku menatap mereka dengan perasaan terkejutku.     

"Hai, Daisy, selamat untuk pernikahanmu," suaranya masih terdengar sama saat ia mengucapkan itu padaku.     

"Selamat, Raja. Dan terima kasih untuk undangannya," katanya pada Raja. Aku langsung menoleh Raja dan menatapnya dengan pandangan serius. Jadi, dia yang mengundang mereka? Tapi untuk apa?     

Aku menatap Zen dan Rosi yang kelihatan mereka seperti baik-baik saja. Mataku memang dua cincin yang sama yang tersemat di jari manis mereka. Sepertinya mereka sudah bertunangan.     

"Terima kasih," balasku akhirnya.     

"Silakan menikmati jamuan kami," timpal Raja menyuruh pergi menikmatinya. Keduanya benar-benar pergi dari hadapan kami walau tatapan Zen masih menyiratkan sesuatu padaku.     

Kuhela nafasku dan kuatur senormal mungkin. Genggaman tanganku pada Raja begitu kuat, hingga ia menyadari sesuatu.     

"Maafkan aku karena mengundangnya, Dai. Masa lalu sudah pergi, kamu harus menerima itu dan membiarkan mereka hidup," ujar Raja mengusap punggung tanganku.     

Aku tidak membalas ucapannya. Aku tidak ingin ada pertengkaran hanya karena masalah ini, jadi setelah aku bernafas normal, aku pun bersikap seperti biasa.     

Pernikahan yang berjalan lancar itu akhirnya selesai. Aku dan Raja kembali ke rumah Ibu dan Papa karena katanya Raja ingin mengumumkan sesuatu yang aku sendiri tidak tahu itu apa. Aku tidak bertanya dan membiarkannya mengumumkan sesuatu itu saat nanti kami berkumpul.     

Begitu kami sudah berkumpul, aku yang ada di samping Raja, ia menolehku dengan senyuman memesonanya dan lalu menatap semuanya, termasuk Reina. Raja benar-benar menerima masa lalunya, seperti yang ia katakan padaku.     

"Aku akan bulan madu dengan Daisy malam ini di Bali. Penerbangan kami nanti setelah maghrib. Mungkin satu bulan atau lebih. Semua pekerjaan sudah aku pindahtangankan pada Raka," katanya mengumumkan.     

Aku langsung maju dari sandaran kursi. Bulan madu? Aku tidak tahu ia merencanakan ini. Sejak kapan? Dan... bagaimana bisa?     

Raja menatapku kemudian, "semua barangmu sudah aku kemas. Jadi, untuk beberapa jam kamu beristirahat saja di rumah ini. Oke?"     

Aku menganga karena merasa terkejut. Apalagi ketika Raja mempersiapkan semuanya dengan detil. "Sejak kapan kamu merencanakan ini?" tanyaku.     

"Sebelum pernikahan itu diadakan. Raka membantuku untuk semuanya, thanks, Bro," jawabnya lalu menatap Raka yang mengangguk dengan bahagia.     

Ibu dan Papa tersenyum dan mengedikkan bahunya ketika aku menatap mereka dengan tanya 'bagaimana bisa?'. Tentu saja hal-hal apapun bisa Raja lakukan selama ia mampu dan bisa. Seorang sepertinya pasti sudah menyiapkan ini semua dari jauh hari.     

"Hmm, Daisy, untuk melepas jenuhmu, ada novel-novel baru di kamarmu. Aku juga menyelipkan beberapanya di tasmu nanti saat berangkat ke Bali. Aku harap kamu senang," ujar Reina membuka suara.     

Kutatap Raja yang mengangguk untuk membiarkan Reina berusaha yang terbaik untuknya. Dan aku pun mengangguk ragu. Rasanya seperti sebuah kejutan untukku sekali. Raka dan Reina sudah tahu. Hanya aku, Ibu dan Papa yang tidak tahu. Tapi pastinya dua orang tua itu tidak begitu terkejut dengan apa yang Raja lakukan. Apalagi Papa, beliau yang lebih mengenal seperti apa Raja itu.     

"Te-terima kasih, semuanya," ujarku akhirnya.     

Setelah kami mengobrol lepas bulan madu ke Bali itu, aku pamit diri untuk beristirahat di kamarku. Kututup pintu kamarku dan aku mengganti pakaianku dengan lingerieku. Sekarang aku sudah benar-benar terbiasa dengan lingerie sejak aku bersama Raja.     

Aku berbaring dan menatap rak-rak bukuku yang tertata rapi karena Reina yang mengaturnya. Sepertinya ia berusaha keras agar aku dan Raja menerimanya di keluarga ini. Apalagi saat aku tahu Reina menginginkan seorang anak yang sampai detik ini ia belum dikasih. Maka dari itu, ia berharap agar aku dan bayiku sehat-sehat.     

Refleks aku memegang perutku. Perut yang belum begitu membesar, tapi aku berharap dia baik-baik saja di tubuh Ibunya yang lemah ini.     

Entah berapa lama aku terlelap, yang jelas aku terbangun ketika kurasakan tubuh seseorang di sampingku. Aku menoleh dan melihat Raja sudah bertelanjang dada mendekapku dalam pelukannya. Ia mengecup bahuku perlahan dan lembut.     

"Maaf membangunkanmu, tapi sebaiknya kita bersiap untuk berangkat, Daisy," katanya berbisik.     

Aku bergumam dan mengerang karena masih mengantuk. Sementara aku menikmati dulu dekapannya.     

"Aku mencintaimu, wanitaku," katanya berbisik.     

"Aku juga mencintaimu, Raja."     

Raja membalikkan tubuhku dan ia menindihku dari atas. Selimut menutupi kami dan aku bisa merasakan di bawah sana ia tidak mengenakan apapun. Sepertinya ia sengaja dan meminta jatah. Yah, aku sendiri sebenarnya juga hanya mengenakan lingerie tanpa dalaman, bisa jadi aku sengaja memancingnya.     

"Nggak ada wanita yang bikin aku segila ini kecuali kamu," katanya.     

Aku tersenyum menatapnya dan memainkan dua tanganku di rambutnya yang segar dengan aroma maskulin.     

"Terima kasih untuk cinta ini, Raja," ucapku.     

Raja langsung melumat bibirku sedalam mungkin. Meninggalkan jejak basah di sana. Lalu tangannya menurunkan dua tali lingeriku hingga memperlihatkan payudaraku yang membuatnya semakin ingin.     

"Sihir apa yang kamu pakai padaku, Daisy?" katany sesaat memandangku.     

Raja membuka kakiku dan melesakkan miliknya ke dalam. Aku mengerang nikmat dan ia mulai bergerak di atasku. Beberapa kali Raja meninggalkan tanda pada tubuhku hingga kulihat memerah sedikit. Aku sedikit malu dan senang.     

Sebuah ketukan pintu membuat gerakan Raja berhenti. Ia menggeram marah dan melepas miliknya dariku untuk melihat siapa yang mengetuk.     

"Oh, sorry... gue pikir lo udah siap-siap," suara Raka terdengar. Sepertinya ia tahu apa yang kami lakukan, mengingat Raja memang basah dengan keringatnya.     

"Sebentar. Gue harus menyelesaikan ini. Sialan, lo!" balas Raja menutup pintu dan menguncinya.     

Aku terkikik geli menatap wajah Raja yang sudah kesal. Akhirnya aku yang kini akan beraksi. Kubiarkan Raja tertidur dan aku duduk di atasnya. Setelah merasakan miliknya penuh dalam diriku. Aku mulai bergerak tak terkendali. Wajah Raja yang tidak tahan itu malah semakin membuat tubuhku bergerak lebih cepat. Kedua tangannya meraih bokongku dan ia menggerakannya lebih cepat lagi.     

Kusodorkan payudaraku yang mengikuti irama pergerakanku padanya untuk diisap. Bibirnya benar-benar ahli dan aku pun ambruk di atasnya karena lelah.     

Lalu aku bangun dan menuju kamar mandi untuk bersiap. Tak lama Raja muncul untuk ikut mandi bersamaku. Kami pun mandi bersama dan saling membersihkan diri tanpa bercinta lagi karena tahu semuanya menunggu kami di bawah.     

Setelah memastikan semua barang masuk semua ke mobil, kami pergi ke bandara. Aku dan Raja berada di satu mobil bersama Raka dan Reina. Raja dan Raka berada di depan, sementara Reina dan aku di kursi belakang. Rasanya aneh mengingat aku dan Reina tidak dekat, kini mau tidak mau aku memang harus menerima apa yang ada.     

Sementara itu, Raja dan Raka mengobrol sesuatu yang nakal dan pasti menyinggung masalah tadi saat kami sedang bercinta. Mau tak mau pun, aku dan Reina ikut tertawa.     

"Daisy, aku mau bilang sesuatu sama kamu," kata Reina berbisik.     

"Hah? Apa?" tanyaku.     

Tiba-tiba Reina memberikan sesuatu padaku secara diam-diam. Aku terkejut begitu melihat isi yang ia berikan padaku. Tadinya kupikir ia belum dikasih mengingat Reina cerita padaku tentang betapa ia menginginkan anak dan belum juga dikasih. Dan sekarang, harapannya membuat mimpinya terwujud.     

Dua garis merah menunjukkan hasil positif di alat tes kehamilannya.     

Refleks aku ikut senang. Lalu aku berbisik apak Raka sudah tahu atau belum. Dia bilang belum karena mau memberinya kejutan saat di bandara nanti.     

Sejak itu aku dan Reina menjadi akrab walau kadang ada satu hal yang membuatku sedikit kaku karena mengingat sesuatu tentangnya dan Raja.     

Sampai bandara, kini Reina mulai memberi pengumuman itu. Aku, Raja, Raka, Reina dan Ibu juga Papa membentuk sebuah lingkaran. Kami semua mendengarkan apa yang akan Reina katakan walau aku sudah tahu hasilnya.     

"Aku hamil," katanya seraya memberikan bukti pada kami semua.     

Raka membelalakkan matanya dengan terkejut. Ia kemudian memeluk Reina dan mengangkatnya lalu berputar. Ia lalu mencium bibir Reina karena merasa senang. Aku tersenyum ikut bahagia.     

"Selamat, Reina," ujar Ibu memeluknya. Papa pun juga.     

"Selamat," ucap Raja yang kemudian memilih menyalaminya ketimbang memeluknya.     

"Sebentar lagi keluarga kita akan ramai!" timpal Raka dengan senang.     

Setelah berita bahagia itu, aku dan Raja pamit untuk melakukan boarding pass. Kami berpelukan satu sama lain. Lagi-lagi aku tidak melihat Raja memeluk Reina. Mereka hanya bersalaman dan tersenyum saja.     

Raja memeluk pinggangku ketika masuk setelah kami melambaikan tangan pada keluarga kami. Setelah melakukan boarding pass, kami duduk di ruang tunggu. Kuperhatikan wajah Raja seketika, apakah saat ini ia baik-baik saja atau tidak.     

"Aku baik-baik saja, Daisy," katanya seakan tahu apa yang kupikirkan.     

"Apa ada artinya kamu nggak memeluk Reina? Aku ingin tahu," kataku.     

"Aku menghormati istriku. Aku nggak akan memeluk wanita lain selain istriku dan Ibu. Itulah artinya." Mendadak aku tersenyum dan malu karena senang Raja memiliki prinsip seperti itu untukku dan Ibu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.