BOSSY BOSS

Chapter 131 - What's The Definition?



Chapter 131 - What's The Definition?

0Jeremy menghela nafasnya ketika ia mendengar Raka bertanya akan Daisy. Raka sudah bisa menebak apa yang baru saja terjadi di antara mereka.     
0

"Belum pasti," jawab Jeremy sibuk menuangkan jus jeruk yang selalu tersedia di kulkas Daisy.     

"Kenapa lagi? Bukannya kalian—"     

"Stop, Raka! Jangan diteruskan. Gue malu!" sela Jeremy dengan rona memerah di wajahnya yang putih itu.     

Raka menahan tawanya dan ia memperhatikan Jeremy untuk menggodanya. Hal itu sudah sering ia lakukan lantaran keduanya sudah dekat satu sama lain seperti kakak adik. Apalagi Raka yang paling mendukung Jeremy untuk menggantikan Raja.     

"Ka... Berhenti. Oke, gue bercinta sama dia. Dan ya, gue rasa dia masih punya perasaan yang sama," akhirnya Jeremy mengatakannya.     

Raka mengangguk-anggukkan kepalanya dan berhenti memberi cengiran kudanya pada Jeremy.     

"Sepertinya lo harus berusaha lebih lagi. Daisy nggak mudah ditaklukkan hanya dengan bercinta. Lo pahamlah maksud gue," kata Raka menasihati.     

Jeremy mengangguk. Ia memang mengerti bahwa Daisy tidak mudah ditaklukkan. Walau Daisy memiliki perasaan yang sama, ia tahu untuk mendapatkan Daisy seperti dulu tidak mudah sejak meninggalnya Raja.     

Keluar dari dapur, Raka menepuk-nepuk bahu Jeremy. "Gue mendukung yang terbaik buat lo agar bisa sama dia. Gue percaya lo bisa buat dia bahagia, Jer."     

"Thank's, Ka."     

Setelah Jeremy menaruh dua gelas jus jeruk di meja tamu, ia berniat mengintip kamar apakah Daisy sudah bangun atau belum.     

Namun tepat ketika Jeremy akan membuka pintu kamar, Daisy lebih dulu keluar dengan baju hamilnya dan rambut yang diikat asal-asalan.     

Wajahnya kelihatan sekali seperti baru bangun tidur. Dan ia berjalan ke arah ruang tamu. Tersenyum pada Jeremy, Raka dan Reina.     

"Maaf, aku baru bangun," katanya pada keduanya.     

Mata Daisy melirik sebentar ke arah Jeremy yang sudah menatapnya tanpa melepaskan pandangannya.     

"Kami juga baru, kok. Aku kira kamu baru tidur, Dai?" tanya Reina.     

"Hmm, ya, aku dengar suara jadi aku terbangun. Tumben sekali kalian ke sini. Ada apa?"     

"Kami bawa makanan buat kehamilanmu. Aku dengar dari Jeremy kalau perkembangan kehamilanmu pesat. Kamu lebih sering makan ya, sekarang? Mungkin benar, jenis kelamin anakmu laki-laki, Dai," kata Reina.     

Daisy mengusap-usap perutnya dan menoleh ke arah Jeremy.     

"Kalian mau pegang perutku, nggak?" tanya Daisy dengan senang.     

Reina dan Raka saling lempar pandangan. Lalu mereka menatap Jeremy yang mengangguk.     

Reina lebih dulu memegang bersamaan dengan tangan Raka. Dua tendangan mereka dapatkan dari dalam perut Daisy. Lalu keduanya pun terlihat kaget dengan respons dari perut Daisy.     

"Dia bisa merasakan kita?" tanya Reina.     

Daisy mengangguk dengan senyuman. Sementara Raka masih terpaku dan ia pun langsung menarik Jeremy menjauh dari dua wanita itu.     

"Lo apain dia?" tanya Raka serius.     

"Hah? Maksud lo?"     

"Kenapa dia bisa senyum kayak gitu? Nggak biasanya Daisy senyum dengan manis gitu, serius gue."     

Jeremy mengedikkan bahunya. "Gue nggak bikin apa pun buat dia tersenyum. Tapi artinya bagus, bukan kalau dia begitu?"     

Raka mengangguk dan mereka pun kembali ke Daisy dan Reina yang asyik mengobrol. Ini juga pertama kalinya bagi Raka melihat Daisy leluasa berbicara dengan Reina dengan wajah yang menawan.     

"Dia kayak malu-malu gitu. Cuma mau dipegang Papanya ketimbang yang lain," kata Reina yang membicarakan mengenai anaknya yang di dalam perut.     

Daisy terkekeh geli tapi ia mengusap-usap perut Reina. Kemudian Daisy dan Reina merasakan ada pergerakan di dalam. Sontak mereka pun saling berpandangan.     

"Baru sekarang dia merespons sentuhan tangan lain loh, Dai!"     

"Lucu banget pasti dia kalau udah keluar nanti," girang Daisy.     

Raka dan Jeremy seperti dua nyamuk yang tak dianggap sementara mereka saling memperhatikan keduanya. Lalu tersadar, Daisy pun menatap Jeremy dan Raka.     

"Makan malam sama kita yuk, Dai?" ajak Raka tiba-tiba.     

"Jeremy boleh ikut?" tanya Daisy malu-malu.     

"Tentu, dong. Dia harus ikut. Kan, calon Papa anakmu," timpal Raka dengan sumringah yang berlebihan.     

Reina mencubit pinggang Raka hingga ia merintih kesakitan. Memberi kode bahwa apa yang dikatakan Raka bisa-bisa menyinggung Daisy.     

"Nggak apa-apa, Reina. Kalau gitu, aku mandi dulu, ya. Jeremy, kamu nggak mau mandi?"     

Jeremy langsung merasa tegang di tempat sementara pandangannya menatap Raka yang sedang mengejeknya.     

"Mandi sekalian aja, Jer. Biar kami juga nggak menunggu lama," ujar Raka dengan jahil.     

Jeremy tidak membalas ucapan Raka, melainkan ia mengikuti Daisy ke arah kamar. Lalu ketika pintu kamar tertutup, Jeremy menunjukkan jari tengahnya pada Raka yang kemudian di sambut Raka dan Reina dengan tawaan yang lepas.     

Saat berada di dalam kamar, Daisy merasa canggung berhadapan dengan Jeremy. Ia tersenyum malu, begitu pun Jeremy.     

"Ada apa, Daisy? Apa kamu mau mengatakan sesuatu?" tanya Jeremy akhirnya.     

Dengan malu-malu, Daisy bertanya, "apa kamu mau mandi denganku?"     

***     

Ternyata acara makan malam itu bukan tentang mereka berempat saja. Weiske dan Thomas turut hadir menyusul mereka. Karena acara piknik di Minggu lalu batal, akhirnya Raka memilih untuk makan malam bersama di luar lantaran sudah lama sekali tidak berkumpul.     

Tempat yang strategis dan benar-benar memiliki suasana yang cukup tenang.     

Pondok makan ikan bakar sebagai menu utama itu banyak dihadiri para pengunjung.     

Bambu-bambu panjang yang membentuk seperti rumah menjadikan tempat itu indah dipandang. Apalagi setiap keluarga atau pengunjung, bisa memilih tempat mana yang mereka mau sesuai keinginan.     

Setelah mereka memilih menu, kemudian semuanya mengobrol dan tertawa untuk merespons suatu hal yang lucu.     

Daisy memilih bersandar pada bambu dan meluruskan kakinya. Sementara itu tanpa tawaran atau perintah, Jeremy memijat kaki Daisy.     

Sekilas Raka menatap keduanya dan menahan senyumnya.     

"Kamu lelah?" tanya Jeremy seraya tetap memijatnya.     

"Yah, lumayan. Padahal cuma jalan ke sini, rasanya kakiku pegal sekali," jawab Daisy.     

"Akan bakal bikin lelahmu hilang," katanya.     

"Hah? Bagaimana?"     

Jeremy meraih tangan Daisy dan mengecupnya. Ia tidak peduli apakah ada keluarga Daisy yang melihatnya atau tidak, tapi Daisy langsung merasa kaku.     

Daisy memang tidak merasakan kakinya lelah setelah Jeremy mengecup tangannya. Tapi yang ia rasakan sekarang adalah rasa malu yang membuatnya tersipu.     

Suara dehaman Raka membuat keduanya menoleh dan semuanya pun tertawa renyah.     

Makan malam berakhir dengan suasana yang tenang dan cukup lama. Di samping mereka membiarkan makanannya turun ke perut, mereka juga menikmati setiap hembusan angin malam yang menerpa kulit.     

Sampai di batas kemalaman, semua berpamitan. Jeremy dan Daisy-lah yang berbeda jalur. Jadi mereka pulang dengan rute yang berbeda.     

"Jer, menginap aja, ya? Aku pengen ditemani," pinta Daisy dalam perjalanan.     

"Eh... Aku nggak bawa pakaian ganti, Dai."     

"Pulang dulu aja ke rumahmu kalau begitu. Bagaimana?"     

"Ide bagus. Baiklah."     

Sementara menunggu sampai rumah Jeremy, Daisy tertidur dalam perjalanan dan Jeremy tidak akan berani membangunkannya jika ia sudah sampai.     

Tidak perlu lama, Jeremy sudah kembali ke mobil setelah ia mengambil pakaian ganti untuk di rumah Daisy. Daisy masih tidur dengan dengkurannya yang terdengar lelah. Di selimutinya Daisy dengan jaketnya dan baru kemudian Jeremy mulai meluncur ke rumah Daisy.     

Rumah Daisy terlihat gelap tanpa penghuni di dalamnya. Ama juga masih di rumah orang tuanya. Jeremy tidak berani membangunkan Daisy hingga akhirnya ia harus sedikit berusaha membopong Daisy. Walau pun ia terbangun sebentar, tapi Daisy kembali tidur.     

Perlahan Jeremy menaruh Daisy di atas kasur dan ia melepaskan sandal Daisy kemudian menyelimutinya.     

***     

"Jer?" Daisy memanggil Jeremy ketika ia terbangun di pagi hari.     

Jeremy langsung masuk ke dalam kamar begitu ia mendengar panggilan Daisy.     

"Aku di sini," ujar Jeremy mendekat.     

Daisy tersenyum lemah dan ia menyentuh tangan Jeremy. "Maaf aku tidur terlalu lama."     

"Nggak apa-apa. Aku tahu, Dai. Sebenarnya aku mau ke rumah sakit. Apa kamu nggak apa-apa aku tinggal?"     

"Oh iya, aku juga harus kerja, ya? Iya nggak apa-apa."     

"Kamu siap-siap untuk bekerja, aku antar kamu," perintah Jeremy.     

"A-aku—"     

"Aku tunggu di luar. Udah aku udah buat sarapan juga," ujar Jeremy berdiri dan keluar dari kamar dengan senyuman.     

Setelah Daisy selesai bersiap-siap, ia langsung ke meja makan di mana Jeremy sudah menyiapkan sarapan. Seperti bersama Raja, Daisy merasa mengenangnya.     

"Kamu masak sendiri?" tanya Daisy melihat menu hidangan di depannya dengan wajah bersinar.     

"Iya. Makan yang banyak ya, biar dia senang," kata Jeremy seraya mengusap-usap perut Daisy.     

Daisy tersenyum dan mereka pun makan bersama.     

Daisy langsung memasuki kantornya begitu Jeremy menurunkannya di depan. Karyawannya menyambutnya dengan senyuman dan tak jarang Daisy pun membalas senyuman itu. Suasananya membaik begitu ia selesai bercinta dengan Jeremy.     

Sejak itu, mereka tidak membahas apa pun sehingga rasanya kadang sedikit canggung ketika berduaan dengan Jeremy. Untungnya Jeremy mengerti dan     

"Tumben banget Bu Daisy balas senyum, ya?" ujar Lusi, salah satu karyawan yang sedang berada di resepsionis.     

"Iya, nggak biasanya banget. Mood-nya lagi baik sepertinya," timpal Adel.     

"Nggak baik loh, ngomongin atasan." Tiba-tiba suara Raka mengejutkan karyawannya dan mereka meminta maaf serta menunduk.     

Walah begitu, Raka tak benar-benar marah pada mereka. Ia hanya mencoba mengagetkan mereka dan bercanda.     

"Lanjutkan kerja kalian, oke?" ujar Raka.     

"Baik, Pak," balas mereka serentak.     

Raka berjalan lurus ke ruangan Daisy karena ia ingin merasakan sendiri bagaimana Daisy terlihat begitu baik dalam kondisinya. Mungkin menjailinya salah satu cara yang bisa Raka lakukan.     

"Wah, wah, wah... Yang lagi senang, kelihatan banget dari wajahnya," puji Raka masuk ke dalam ruangan Daisy.     

Daisy awalnya terkejut dan ia langsung tersenyum pada Raka.     

"Kebiasaan ya, dari dulu nggak ketuk pintu dulu," timpal Daisy.     

"Jadi, kalian kembali?" tanya Raka ingin tahu.     

Wajah Daisy memerah. Bukan karena marah, melainkan karena malu.     

"Apa maksudmu, Raka?" tanya Daisy berpura-pura.     

Raka menautkan kedua alisnya. "Kamu dan Jeremy. Aku tahu sesuatu terjadi di antara kalian." Raka menaikkan alis beberapa kali untuk menggoda Daisy.     

"Definisi balikan itu seperti apa sih, Raka?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.