BOSSY BOSS

Chapter 103 - Need You Now



Chapter 103 - Need You Now

0Daisy menatap Raja dengan kesal dan perasaan terkejut. "Aku masih ingin bersama Ama, Raja," tolak Raja. Ama hanya diam memperhatikan mereka.     
0

"Kalau begitu, aku akan bergabung di sini," katanya dan duduk di sisi Daisy. Daisy menghela nafasnya dan ia menatap Ama yang masih tercengang.     

"A-aku… pergi duluan, deh. Ini udah dijemput pacarku. Duluan ya, Dai, Raja!" tiba-tiba Ama berdiri dan berpamitan lalu pergi begitu saja. Ama tidak memberi celah untuk Daisy berbicara membuatnya mau tak mau diam saja.     

Daisy melipat kedua tangannya di dada dan menyeruput es vanilla latte-nya dengan diam. Raja membelai pipi Daisy tanpa Daisy menoleh ke arahnya. Menyelipkan rambut Daisy ke belakang telinganya hingga membuat beberapa pengunjung lewat menatap mereka.     

"Kamu mengundang perhatian orang tahu nggak, sih?" tanya Daisy kesal.     

"Aku tahu," kata Raja dengan suara lembutnya. Daisy tidak bisa berpikir jernih dan tidak bisa jadi kesal pada Raja jika ia sudah mulai memainkan perannya membuat Daisy luluh.     

"Ini udah malam, Dai… apa kamu mau?" tanya Raja merayu.     

"Mau apa?" tanya Daisy berpura-pura.     

"Bercinta," desis Raja menggoda.     

"Nggak. Aku lelah. Dan kamu harus menjelaskan sama aku cewek tadi itu siapa." Daisy langsung berdiri dan mendahului Raja untuk menuju parkiran mobil. Raja menyusulnya dan memeluk pinggang Daisy dengan lekat.     

"Dia itu sekretaris yang aku bilang ke kamu. Bagaimana? Kami cocok, kan?"     

"Raja, aku bilang jangan. Aku nggak mau kamu merusak wanita lain! Dan nggak, kalian nggak cocok! Sampai aku menentukan kamu cocok dengan cewek atau nggak, oke?"     

Daisy menuju mobilnya karena ia memang mengendarai mobil saat menuju ke mal. Raja membukakan pintu untuknya. "Aku nggak melakukan apa-apa dengannya."     

"Aku pegang ucapanmu kalau begitu. Aku duluan," kata Daisy padanya.     

Raja meraih dagu Daisy sebelum Daisy menginjak pedal gasnya. Ia mencium bibir Daisy sedikit lebih lama lalu melepasnya. "Hati-hati, Daisy. Aku di belakangmu," ucapnya.     

***     

Dentingan bel pintu rumah Raja membuat Raja terbangun. Ia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh pagi. Ia pun berusaha beranjak dengan memindahkan tubuh Daisy yang memeluknya tanpa terbangun. Lalu ia mengenakan celananya dan menuju pintu untuk membuka siapa yang bertamu di pagi seperti ini.     

"Jeremy?" ujar Raja tak percaya. Ini adalah pertama kalinya Jeremy datang ke rumahnya padahal ia dan Daisy tidak memberitahu apa-apa tentang lokasi rumahnya.     

"Maaf mengganggu pagi-pagi. Apa Daisy ada?" tanya Jeremy dengan wajah datar.     

"Ya tapi dia masih tidur. Kamu tahu dari mana rumahku?"     

"Apa kamu bisa membangunkannya? Aku perlu bicara dengannya," pinta Jeremy.     

"Dia nggak mau bertemu denganmu, Jeremy. Aku udah diberitahunya sebelum kamu ke rumah," jelas Raja.     

Jeremy langsung memaksa masuk ketika Raja mengatakan itu padanya.     

"Hei, ini nggak sopan, Jeremy!" seru Raja emosi mencoba menghentikan Jeremy.     

Jeremy pun menuju kamar yang memang terbuka. Kamar Raja dan Daisy. Jeremy tak bergeming ketika di depan pintu kamar ia melihat Daisy masih tertidur dengan setengah selimut menutupi tubuhnya yang telanjang. Apalagi ketika melihat beberapa pakaian yang berserakan, memperlihatkan bahwa mereka semalam memang bercinta.     

Raja berhenti ketika ia tahu Jeremy melihatnya. Perlahan Raja menutup pintu kamarnya dan berdiri di depan Jeremy. "Ini nggak sopan, Jer. Silakan keluar," usir Raja mendorongnya perlahan hingga ke ujung pintu utama. Jeremy berbalik dan menatap Raja dengan mata yang sedikit berkaca.     

"Apa kalian…"     

"Ya. Kamu tahu itu dan nggak seharusnya kamu bertanya," potong Raja kesal.     

"Seberapa sering?" tanya Jeremy.     

Raja tertawa sinis. Ia kelihatan kesal dengan pertanyaan Jeremy. "Nggak ada yang perlu kamu tahu, Jer. She doesn't want you."     

"Seberapa sering?!" tanya Jeremy mengulangi pertanyaannya.     

Dengan kesal dan mencoba tetap terkendali, Raja pun menjawab, "setiap hari." Raja menghela nafas dan berkata lagi pada Jeremy. "Dengar, aku nggak tahu kenapa kamu mencari tahu sampai sejauh ini di saat dia benar-benar nggak mau sama kamu, tapi sebaiknya kamu berhenti. Karena mencari tahu dan ketika kamu mendapatkan sesuatu yang nggak sesuai ekspektasimu, itu menyakitkan."     

Jeremy mengangguk mengerti. Kemudian ia tiba-tiba memukul Raja hingga ujung bibirnya sedikit robek mengeluarkan darah. Raja hanya diam dan mengepalkan tangannya. Ia masih mengingat Daisy untuk tidak membalas hantaman dengan hantaman.     

Setelah itu Jeremy pergi begitu saja tanpa kata-kata. Raja mengusap darah yang ada di ujung bibirnya dan menutup pintu lalu menguncinya.     

Paginya sudah dirusak oleh Jeremy. Luka itu pasti akan Daisy ketahui dan Raja tidak punya alasan untuk tidak mengatakannya. Lagipula ia akan jujur apapun pada Daisy. Jadi, saat ini Raja berusaha mengompresnya dengan air dingin dan mengobatinya.     

Satu jam kemudian Daisy terbangun dan keluar kamar. Ia meraih air mineral dan meminumnya. Lalu matanya bertemu dengan Raja saat ada di ruang santai. "Hei… astaga, kamu kenapa?" tanya Daisy saat ia meraih wajah Raja untuk memperhatikan bibir Raja.     

"Kecelakaan kecil," jawab Raja dengan senyuman.     

"Siapa? Aku tahu ini bekas pukulan seseorang."     

"Berjanji untuk nggak marah ke orang itu? Atau kamu mendatangi dia?" tanya Raja meminta Daisy berjanji.     

"Apa kamu membalasnya?" tanya Daisy sebelum ia menjawab pertanyaan Raja.     

Raja menggelengkan kepalanya.     

"Oke. Aku janji. Jadi, katakan. Siapa?"     

"Jeremy." Selanjutnya Raja menjelaskan semuanya sampai ia mendapatkan luka itu. Daisy pun menghela nafasnya kesal dengan Jeremy dan ia juga kesal dengan dirinya sendiri karena membiarkan Jeremy menunggu terlalu lama hingga mereka memutuskan berpacaran dan Daisy sendiri jugalah yang memutuskan hubungan mereka.     

"Nanti biar aku sms atau telepon dia. Aku nggak bisa kalau harus bertemu juga, Raja. Aku nggak mau menemuinya. Aku nggak bisa melihat kesedihan di matanya di depanku," jelas Daisy.     

"Aku tahu," Raja memeluknya hingga membuatnya tenang.     

***     

"Raka, aku mau tanya sesuatu sama kamu," tanya Reina saat Raka baru selesai mandi.     

"Apa, Sayang?"     

"Hmm… apa terjadi sesuatu diantara Raja dan Daisy? Maksudku, apa mereka memiliki hubungan khusus?"     

Raka yang sedang memakai kemejanya di depan cermin menatap Reina dari sana. Ia belum bisa menjawab jujur tentang hubungan Raja dan Daisy yang rumit. Bahwa hubungan mereka hanya sebatas seks.     

"Memangnya ada apa, Reina? Kamu nggak biasanya bertanya tentang mereka, apalagi Daisy," tanya Raka.     

"Aku hanya penasaran. Karena mereka sangat dekat dan… cocok. Hanya saja, nggak mungkin Daisy membantu Raja begitu aja, kan?"     

"Jadi kamu juga memikirkan kalau mereka cocok?" tanya Raka. Ia sendiri juga memiliki penilaian untuk mereka bahwa keduany memang cocok. Bahkan kadang Raka iri memandang kedekatan mereka.     

Reina mengangguk dan menatap suaminya. "Kamu menganggapnya juga?"     

Raka mengangguk juga dan ia mulai memasang dasinya dibantu Reina yang saat ini ada di hadapannya.     

"Yang aku tahu, mereka hanya dekat. Itu aja," jawab Raka akhirnya. Ia tidak bisa mengatakan hal itu pada Reina karena pasti terdengar aneh di telinga istrinya itu.     

"Kamu yakin mereka nggak ada hubungan yang spesial. Karena aku pernah melihat mereka sedang‒"     

"Sedang apa?" tanya Raka langsung memotong.     

Reina menatap Raka sejenak, mempertimbangkan yang akan ia katakan. Namun pada akhirnya ia memilih mengatakan semuanya pada Raka. "Sebelum kita menikah. Aku pernah sekali ingin ke kamar Daisy untuk mencoba mendekatkan diri. Dan ternyata pintunya terbuka sedikit. Saat itu nggak ada Ibu atau pun Papa di rumah, dan… dan aku melihat mereka sedang… bercinta," jelas Reina yang terdengar hati-hati sekali dalam bercerita.     

Raka mencoba bersikap normal. Ia tidak menyangka bahwa Reina akhirnya tahu bwalau hanya sekali itu saja yang ia lihat. Sementara Raka, pengakuan Daisy sudah cukup menjadi bukti untuk dirinya.     

"Kamu yakin?" tanya Raka memastikan lebih.     

"Yakin, Raka. Aku melihat sendiri semuanya. Dan sepertinya itu bukan pertama kali mereka melakukannya."     

"Sudahlah. Sementara kita simpan saja rahasia itu. Kita merasa mereka cocok. Aku memang kepikiran mau bilang ke Ibu dan Papa untuk menjodohkan mereka. Tapi itu baru rencanaku. Aku hanya nggak mau terlihat ikut campur, Reina. Dan kamu… kamu tahu kan, mereka nggak begitu suka denganmu sekarang. Jadi, diam aja, oke?" jelas Raka mencoba memberi pengertian pada Reina.     

Reina mengangguk dan tersenyum pada Raka sebelum keduanya keluar kamar untuk bergabung sarapan dengan Weiske dan Thomas.     

***     

Sampai kantor, Raka langsung menuju ruangan Raja. Ia langsung duduk begitu aja di depan Raja dengan pandangan kesalnya.     

"Hai, pengantian baru. Nggak tahu sopan santun, ya?" kata Raja menyindir Raka.     

"Reina tahu kalian bercinta. Walau sekali dia lihat, tapi dia tahu," ucap Raka langsung tanpa basa-basi.     

Raja tertawa kecil seraya melihat dokumen yang akan ia tanda tangani. "Bagus dong, kalau dia tahu. Dan bilang ke dia untuk nggak ikut campur urusan gue sama Daisy, oke?"     

"Dia cuma tanya sama gue tadi. Dan dia mengatakan semuanya sampai dia mengambil kesimpulan," jelas Raka.     

"Thank's for the information, Brothe," ucap Raja dengan senyuman kesal. "Bulan depan gue akan ke New York buat lihat keadaan kantor."     

"Gue yang urus itu. Gue udah beli tiket untuk ke sana," timpal Raka.     

"Oke kalau begitu. Jadi gue handle sini dan lo lihat perkembangan di sana," ucap Raja.     

Raka langsung keluar begitu saja tanpa permisi. Ia sudah merasa bahwa kehadirannya dan infonya untuk Raja tidak berarti apa-apa. Sementara Raja hanya tersenyum sinis melihat kepergian kakaknya. Lalu ia baru kepikiran dengan Reina yang sudah tahu akan hubungannya dengan Daisy.     

Kepalanya langsung pusing dan ia pun akan menghubungi Daisy untuk datang ke kantornya. Ia membutuhkan pelepasan di saat seperti ini. Ia butuh seks di saat dirinya sedang merasa bingung dan pusing. Daisy adalah satu-satunya obat baginya. Ia tidak bisa memakai wanita lain karena keinginan Daisy yang tidak menginginkan wanita lain ia rusak.     

"Daisy," ucapnya ketika panggilannya sudah terhubung.     

"Ada apa, Raja?"     

"Aku. Butuh. Kamu. Sekarang," ucap Raja dengan kalimat terpatah-patah. "Aku ingin bercinta denganmu sekarang, Daisy. Di kantor."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.