BOSSY BOSS

Chapter 104 - None of Your Business



Chapter 104 - None of Your Business

0Dada Daisy bergemuruh ketika mendengar permintaan Raja. Ia juga sedang menginginkan hal yang sama. Entah kenapa ketika ia memikirkan bercinta dengan Raja adalah hal yang luar biasa, seolah alam tahu keinginannya, Raja menghubunginya.     
0

"Aku akan ke sana," ucap Daisy dan mematikan panggilan Raja.     

Daisy mengenakan pakaian yang minim sekali karena ia ingin Raja puas akannya dan begitu pun ia. Mengenakan dress yang mengetat dan mencetak tubuhnya. Ini bukan pertama kali baginya bercinta di kantor bersama Raja. Tapi sudah sesering itu. Hanya saja mereka mengontrol diri untuk tidak terus menerus bercinta.     

Di ruangan Raja memang kedap suara. Apalagi tidak akan ada orang yang tahu. Daisy tahu Raja akan mempersiapkan semuanya sehingga ketika mereka bercinta, tidak akan ada yang mengganggu.     

Saat sampai kantor, Daisy langsung masuk ke ruangan Raja dan menguncinya. Ia menatap Raja yang sedang menunggunya dengan senyuman. Baginya sekarang, Raja terlihat tampan.     

Tanpa basa basi, Raja langsung meraih tubuh Daisy. Ia melepaskan segalanya yang melekat pada tubuh Daisy hingga terlihat indah dan membuatnya bergairah.     

"Kamu selalu membuatku bergairah," ucap Raja lirih.     

Walau kalimat itu sudah sering Daisy dengar, entah mengapa berhasil membuatnya semakin bergairah juga. Ia membiarkan setiap tangan dan tubuh Raja menelurusinya hingga dalam. Mereka berdua bahkan cukup tahu diri bahwa mereka tidak bisa bercinta lebih lama di kantor.     

Daisy jatuh rubuh ketika ia benar-benar sudah lemas tak berdaya. Raja membuatnya tertidur di sofanya dan membiarkannya begitu sampai Daisy benar-benar bangun.     

Deringan telepon kantor membuat Daisy terbangun. Ia langsung mengenakan pakaiannya dan merapikan rambut juga wajahnya sebelum bersiap bersikap normal. Setelah itu ia duduk di depan Raja dengan ekspresi lelahnya.     

"Nyenyak? Maaf, tadi itu telepon dari klien," tanya Raja sekaligus meminta maaf karena membangunkan Daisy.     

"Hmm, ya. Nyenyak." Tiba-tiba pikiran nakal Daisy muncul. Ia melihat Raja dengan bibir yang ia gigit. Perasaannya ingin lagi bercinta dengan Raka.     

"Ada apa, Daisy?" tanya Raja karena ia melihat pandangan nakal Daisy. Padahal ia tahu apa yang sedang Daisy pikirkan.     

Daisy menaruh telunjknya di bibir dan bergerak menuju kursi Raja. Perlahan ia membuka ikat pinggang dan celana Raja agar sedikit terbuka. Tentu saja dengan gaya erotis yang Daisy berikan saja Raja sudah merasakan miliknya mengeras. R     

Raja hanya memperhatikan apa yang akan Daisy lakukan padanya. Daisy pun naik ke atasnya, ke pangkuannya dan memasukkan milik Raja ke miliknya. Dengan erangan dan desahan, Daisy mulai bergerak tak terkontrol. Ia sangat bernafsu ketika berada di posisi itu.     

Sampai Daisy dan Raja berada di atas secara bersamaan, keduanya pun berhenti.     

***     

Raka melihat Daisy keluar dari ruangan Raja. Ia pun menghentikan Daisy hingg Daisy menoleh ke arahnya. Saat melihat Daisy lebih dekat, Raka sadar apa yang baru saja terjadi di ruangan Raja. Daisy berkeringat dan rambutnya sedikit basah. Tapi Raka tidak bertanya atau membahasnya, karena ada sesuatu hal yang ingin Raka bahas bersama Daisy.     

"Ada apa, Raka?" tanya Daisy.     

Raka langsung memberikan sepucuk surat pada Daisy. "Jeremy. Kamu bisa baca saat di rumah aja. Sepertinya dia masih mengharapkan kamu," ujar Raka.     

Daisy mendengus kesal dan ia menyelipkan surat itu ke sakunya. "Aku nggak merasa ingin kembali padanya, Raka. Jadi, jangan membuat aku berusaha apapun, oke?"     

"Aku hanya ingin kamu punya waktu untuk dirimu sendiri," ujar Raka.     

"Well, aku punya waktu untuk diriku sendiri. Kamu pikir dengan tinggal bersama Raja lantas aku terkekang? Kamu salah, Raka."     

"Oke. Tapi, apa kamu baik-baik aja? Maksudnya tinggal bersamanya?"     

Daisy langsung berdiri dan meraih tasnya. Ia sudah cukup sering membahas hal seperti apa yang Raka pertanyakan dan membuatnya kesal. "Aku harus pulang. Kepentinganku ke sini untuk Raja. Dan tolong bilang ke Jeremy untuk nggak usah mengirim surat. Karena aku nggak akan terima lagi."     

Dengan kesal dan emosi, Daisy keluar ruangan Raka. Saat itu Raja melihatnya keluar. Ia ingin mengejarnya namun ketika itu Raka keluar dari ruangan dan kedua mata kakak beradik itu saling berpandangan satu sama lain. Akhirnya keduanya memilih membiarkan Daisy.     

Di mobil Daisy mencoba bernafas normal. Dadanya terasa sesak ketika ia berhadapan dengan perdebatan tentang Jeremy. Tangisannya memecah dan ia butuh waktu sejenak untuk menenangkan dirinya.     

***     

"Hai, Daisy."     

Sapaan dari suara yang sedikit asing bagi telinga Daisy membuatnya menoleh. Ia sedang memilih-milih pakaian yang akan ia jual di e-commercenya. Tapi ia tidak menyangka akan bertemu seseorang yang pernah singgah di hatinya walau sebentar.     

"Sean," lirih Daisy.     

Memori-memori yang pernah mereka lakukan bersama membuatnya teringat lagi. Tersusun rapi seperti kepingan puzzle yang menyatu. Beruntungnya Daisy sudah membuang perasaan itu sejauh mungkin. Hanya tinggal kenangan yang masih menetap dan memang tak akan bisa hilang.     

"Kamu tambah cantik. Apa yang kamu lakukan di sini?" puji Sean sekaligus bertanya.     

"Seperti yang kamu lihat, mencari pakaian yang layak." Daisy memilih tidak mengatakan pada Sean tentang usahanya. Sebaiknya ia menghindar dari hal-hal yang berbau nikmat. Cukup dengan Raja sajalah ia akan melakukan hal itu.     

Sean tersenyum mendengar nada jawaban Daisy. Ia pun bisa melihat Daisy mencari seseorang yang kemungkinan adalah Winda. "Dia nggak di sini. Dia di apartemen," ujar Sean memberitahu.     

Daisy terkejut karena Sean mengetahui apa yang dipikirkannya. Apalagi ia tidak menyangka bahwa mereka masih bersama. Padahal saat terakhir mereke berbicara, Sean berusaha untuk melepaskan Winda. Hingga Daisy tahu tidak ada kepastian darinya, saat itulah Daisy memilih melupakan Sean berubah.     

Tidak heran bagi Daisy jika ia menerima kesakitan dari laki-laki yang pernah bersamanya. Sebab bagaimana pun, Daisy lebih menyakiti mereka walau itu tidak dengan sengaja.     

"Oh. Oke. Aku ke sana dulu. Permisi," ucap Daisy menghindar.     

Sean menutup akses Daisy hingga Daisy menatapnya dengan pandangan mulai kesal. "Apa kamu marah padaku?"     

"Untuk apa aku marah?" tanya Daisy.     

"Aku tahu aku memberimu harapan dan bahkan sampai sekarang, Daisy. Tapi aku ingin memastikan lebih dulu, apa kamu marah padaku?"     

Daisy mendengus dan tertawa sinis. Ternyata Sean sama halnya dengan Zen. Dengan Sean berbicara seperti itu tentu membuatnya hilang respek. Bahkan ia merasa ilfeel padanya.     

"Masa lalu nggak perlu di bahas," ujar Daisy. Tatapannya tajam dengan menyuruh Sean menyingkir dari hadapannya. Ia pun mulai berjalan menyusuri setiap gantungan baju yang berbaris dengan Sean di sisinya.     

"Apa kamu melupakan kita?" tanya Sean.     

"Ya. Semuanya. Semua yang menyakiti dan kusakiti sudah aku lupakan, Sean. Kamu juga harus move on, oke?" Daisy menepuk bahu Sean dengan senyuman. Tapi Sean terus menerus mengganggunya hingga ia tidak bisa memilih pakaian dengan benar.     

"Kamu tahu kenapa aku belum juga melepaskan Winda?"     

"Karena kamu butuh tubuhnya? Tentu saja itu yang ada dipikiranmu. Move on, Sean. Aku bahagia dengan aku yang tanpamu."     

Ketika Sean ingin lebih berbicara pada Daisy, saat itu juga Raja muncul di hadapannya. "Move on, Man. Dia nggak suka lo ganggu. Daisy, bayar dan pergi," ujar Raja memerintah.     

Daisy terkejut tapi ia juga akhirnya segera membayar tagihan belanjaannya dan keluar dari toko suplier. Raja langsung memeluk pinggangnya dan membawanya ke tempat yang cukup jauh.     

"Dari mana kamu tahu aku ke toko suplier?" tanya Daisy berhenti melangkah.     

"Of course aku tahu semua hal tentangmu, Dai. Kalau nggak ada aku, kayaknya dia bakalan terus mengejarmu."     

"Dasar!" Daisy tersenyum dan menyentuh pipi Raja dengan lembut.     

Sean diam-diam memperhatikan mereka dan merasa cemburu ketika melihat Raja dan Daisy saling tersenyum satu sama lain. Ia menyesal tidak bisa berbuat sesuatu ketika Raja muncul dan mengacaukan segalanya.     

"Aku selalu datang tepat waktu, kan?" tanya Raja menggodanya.     

"Ya. Selalu. Terima kasih."     

"Karena udah nggak ada yang perlu kuurus, sebaiknya kamu langsung pulang. Aku harus kembali ke kantor." Mereka berjalan beriringan sampai pada mobil. Raja ikut masuk ke dalam mobil Daisy membuat Daisy bertanya-tanya.     

"Lalu, kenapa kamu di mobilku dan datang ke sini dengan sia-sia?" tanya Daisy.     

"Untuk ini…" Raja langsung meraih bibir Daisy dan menciumnya. Melumatnya lebih dalam dan memainkan lidahnya di dalam mulut Daisy. Keduanya hampir tidak bisa mengontrol diri dan hampir membuka pakaian masing-masing. Namun Daisy yang lebih bersikap normal mencoba menghentikan kegiatan mereka.     

"Kontrol, Raja. Masih ada malam yang menunggu kita," ucap Daisy.     

Nafas keduany menderu dan Raja tersenyum padanya. "Dan nggak ada yang sia-sia. Oke? Kamu hati-hati. Dah!"     

Daisy menahan senyumnya ketika ia melihat Raja keluar dari mobilnya. Ia pun langsung pulang menuju rumah orang tuanya karena ia rindu pada Ibunya dan mungkin pada Ayah sambungnya juga.     

Saat sampai rumah, Weiske tersenyum dan memeluk Daisy dengan kerinduan. Thomas masih di kantor jadi Daisy tidak bertemu dengannya.     

"Jadi, bagaimana, Bu? Ibu sudah terbiasa dengan jualanku, kan?" tanya Daisy pada Weiske. Ia memang sedikit membuat Weiske sibuk dan mengajarinya jualan online.     

"Ibu udah sangat mengerti, Daisy. Ibu senang menjalaninya," tanggap Weiske.     

"Baguslah, Bu kalau begitu. Ini barang baru pesanan beberapa customer yang sudah langganan. Jadi Ibu tahu kan, bagaimana mengelolanya?"     

Weiske mengangguk dan Daisy membiarkan Ibunya ikut membantunya untuk mengemas dan membungkus barang baru. Sementara itu Reina datang mendekat dengan perlahan.     

"Dai… bisa kita bicara?" tanya Reina.     

Daisy menoleh ke Ibunya dan Weiske memberi anggukan agar Daisy mau memberinya kesempatan untuk berbicara.     

"Kita ke kolam renang saja," ujar Reina mendahului.     

Daisy mengikuti Reina hingga mereka duduk di kursi dengan payung teduh yang berdiri meneduhi mereka.     

"Langsung saja intinya, Reina," ujar Daisy.     

"Aku… masih bingung mau bicara dari mana."     

"Tentang apa dan siapa?" tanya Daisy.     

"Kalian… maksudku, kamu dan Raja."     

"Bukannya Raja bukanlah urusanmu? Dan aku? Hah! Kenapa lagi dengan kami?"     

Reina mencoba mengatur nafasnya sebelum mengatakannya pada Daisy. Ia memang berencana untuk bertanya pada Daisy langsung.     

"Kalau nggak ada yang mau dikatakan, aku kembali ke Ibu," Daisy berdiri."     

"Apa kamu dan Raja sering bercinta? Karena aku pernah melihat kalian di kamarmu," tanya Reina yang menghentikan Daisy melangkah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.