BOSSY BOSS

Chapter 102 - Try to Control



Chapter 102 - Try to Control

0Hujan deras dengan bau tanah basah benar-benar khas sekali. Membangunkan Daisy yang terlelap seorang diri. Daisy sampai harus mengerjapkan matanya beberapa kali hingga ia berhasil mengumpulkan nyawanya sedikit demi sedikit.     
0

Daisy melihat pantulan dirinya di cermin yang ditutupi dengan selimut. Semalam ia akhirnya bercinta dengan Raja dan sepertinya Raja yang menyelimutinya. Buktinya Raja tidak ada di sisinya.     

Diraihnya lingerienya dan keluar kamar. Benar saja, Raja selalu sibuk di dapur saat ia terbangun. Wajahnya kelihatan berseri seolah berbeda dengan wajah kemarin yang merengut kesedihan.     

"Ehem…" Daisy berdeham mendekati.     

"Kamu suka mie instan dengan telur setengah matang dan cabai rawit?" tanya Raja.     

Kelihatannya memang Raja sedang membuat itu. Daisy bisa melihatnya memasak namun dengan cara yang berbeda.     

"Hujan begini akan lebih enak makan ini, Daisy. Apalagi kita jarang makan mie, bukan?" katanya lagi.     

"Apapun makanannya, aku suka," tanggap Daisy.     

"Good. Tapi aku nggak bisa lama-lama di rumah setelah sarapan. Aku harus ke kantor. Membuka kantor baru di Indonesia ternyata menjadikan kami lebih sibuk. Yah, kamu tahulah, kontraktor dari luar negeri, terkenal, lalu buka cabang di Indonesia, jadinya apa? Iya, kan?" jelasnya.     

Daisy hanya mengangguk dan setuju dengan pernyataan Raja. Sejak ia di Indonesia, Raja memang membuat dirinya lebih sibuk. Jarang di rumah lalu kembali ke rumah di tengah malam saat Daisy sudah tidur. Tapi bagus untuk Daisy karena mereka tidak harus melulu melakukan seks. Sebab Daisy ingin hal itu lepas darinya perlahan-lahan.     

"Oke, jadi. Ayo, kita makan," ucap Raja dengan semangat.     

Banyak hal yang Raja bicarakan dengan Daisy sehingga membuat suasana jadi lebih hidup. Raja benar-benar mengikuti perkataannya bahwa harus bersikap seolah kemarin bukan apa-apa untuknya. Kelihatannya ia benar-benar baik tapi Daisy tahu di lubuk hati Raja, semua sudah terluka.     

"Omong-omong, aku suka dengan sekretaris baruku. Dia… seksi," kata Raja.     

"Jangan mulai, oke? Kalau kamu mau itu, cuma denganku. Jangan wanita lain," tanggap Daisy kesal.     

"Oh, ayolah, Dai! Dia juga kelihatannya suka aku, kok. Aku harus memanfaatkan momen ini. Barangkali kami bisa ke arah yang serius? Why not?"     

Daisy memutar bola matanya. "No, it's not! Sebaiknya jangan memulai hubungan dari seks. Kamu harus yakin dengan pilihanmu. Karena kalau dimulai dari seks, rasanya hubungan itu hanya sebatas seks aja nantinya."     

"Seperti kita?" tanya Raja menggoda.     

Daisy menutup wajahnya menahan rasa malu. "Kita… berbeda, oke? Saudara tiri. Ingat itu."     

Raja menghela nafasnya dan menatap Daisy dengan lekat. Begitu lekat hingga terlihat benar-benar serius.     

"Apa?" tanya Daisy.     

"Aku ingin tahu reaksi Ibu dan Papa, bagaimana jika kita berpacaran?" tanya Raja memikirkan pertanyaannya.     

Daisy melotot tak percaya bahwa pertanyaan itu keluar dari mulut Raja. "Kita nggak bisa, Raja! Ibuku dan Papamu menikah. Jelas nggak bisa!"     

"Kita bukan sekandung. Dan aku juga yakin mereka tidak mungkin berencana memiliki anak lagi," timpal Raja.     

Daisy memijat pangkal hidungnya dan keluar dari area meja makan. Ia memandang hujan dari jendela rumah dengan pikiran mengenai pertanyaan Raja. Ia tidak mungkin bersama Raja. Tidak seperti ini. Walau jika pun kemungkinan itu ada, entah bagaimana nanti jadinya. Ia takut memulai hubungan jika hanya menyakiti pasangan.     

"Hei, maaf. Tadi itu aku bercanda. Don't think about it, ok?" Raja muncul di belakangnya dan menyentuh pinggangnya.     

"Aku tahu. Tapi itu jadi pikiranku sekarang, Raja. Aku… aku hanya takut memulai hubungan lagi. Kamu tahu kan, kenapa aku memutuskan Jeremy? Karena kita. Aku merasa berdosa dan bersalah jika meneruskan hubungan dengannya sementara kita seperti ini," jelas Daisy.     

Raja membalikkan tubuh Daisy dan menyentuh wajahnya. "Kalau pun bisa, aku mau membuatmu merasa nggak takut dengan suatu hubungan, oke?" ujarnya menengkan Daisy dan langsung mencium bibir Daisy.     

Selama beberapa menit mereka berciuman, Raja menangkap matanya melihat Raka yang sedang melihatnya dengan berciuman dengan Daisy. Daisy tidak tahu jika Raka datang karena Raja melihat Raka dari jendela yang dibelakangi oleh Daisy.     

Perlahan Raja melepas ciuman itu dan menyuruh Daisy untuk mandi.     

Setelah Daisy mandi, ia mendengar suara pembicaraan seseorang. Daisy pun keluar kamar dan ia terkejut melihat Raka datang. Tentu saja Raka datang sendiri karena peraturan sudah jelas dibuat oleh Raja bahwa Reina adalah pengecualian.     

"Raka? Ada apa?" tanya Daisy ikut duduk di sisinya.     

"Hmm, aku hanya ingin memberikan beberapa dokumen pada Raja karena hari ini aku nggak akan ke kantor," jawab Raka sekenanya.     

"Oh. Kamu mau kopi? Atau lainnya? Aku buatin."     

"Kopi aja, Dai."     

Daisy mengangguk dan menuju arah dapur dan membuatkan kopi untuk Raka. Sementara itu Raja mendekatinya. "Hei, aku ke kantor sekarang, ya?" pamitnya.     

"Eh, sekarang? Tapi Raka di sini."     

"Nggak masalah. Dia nggak ke kantor, aku harus berangkat lebih awal, ingat?"     

"Oh, oke. Hati-hati."     

Raja mengecup pipi Daisy sekilas ketika Raka menatapnya dan Daisy merasa gugup karena Raka memperhatikan mereka. Setelah Raja benar-benar keluar dengan mobilnya, Daisy lalu menaruh secangkir kopi di hadapan Raka.     

"Jangan menatapku kayak gitu, Raka!" seru Daisy kesal.     

"Aku cuma mau ingatkan kamu, jangan sampai hamil, oke?"     

Daisy tertawa kecil mendengar peringatan Raka. Kini ia yang bergantian menatap Raka dengan pandangan skeptis.     

"Kami jarang melakukannya. Kamu tahu? Aku cukup berhasil mengendalikan nafsu di antara kami. Sehari sekali saja buat kami udah lebih dari cukup."     

Raka mengangguk paham. Kemudian ia memberikan satu kantung tas pada Daisy yang memang ia bawa sedari tadi namun baru ia kasihkan pada Daisy.     

"Apa ini?" tanya Daisy. Daisy membukanya dan ia melihat sebuah kotak berisikan kalung di dalamnya. Daisy melihat meminta jawaban dari Raka.     

"Seseorang memberikan ini padaku untukmu. Dia bilang, dia mau memberikannya langsung tapi nggak yakin kalau kamu mau berhadapan dengan dia," jelas Raka.     

Daisy menutup kotak itu dan menaruhnya kembali di dalam kantung tas. "Berikan lagi padanya. Aku nggak berhak menerima apapun selama aku bukan siapa-siapa untuknya."     

"Ayolah, Dai. Jangan begini, dia hanya ingin memberikan yang teristimewa untukmu."     

"Kembalikan padanya, Raka. Dari pada aku membakarnya?" ancam Daisy.     

Daisy tahu bahwa kalung itu adalah pemberian Jeremy. Ia tidak ingin menerima sesuatu lagi milik Jeremy. Bahkan ia sampai mengancam membakarnya itu pun hanya sebuah trik. Barang-barang pemberian Jeremy hanya ia simpan di tempat yang aman dan tentunya rahasia. Daisy tidak ingin melihat barang Jeremy sampai benar-benar perasaannya pada Jeremy menghilang.     

***     

Sambil menunggu Raja pulang dan agar tidak membosankan berada di dalam rumah, Daisy mengajak Ama untuk ketemuan dan jalan-jalan. Tentu saja tujuan mereka hanya ke mal. Daisy merasa senang jika berkeliling dengan Ama karena Ama selalu punya tujuan dan tentunya tidak membosankan.     

Kali ini Daisy akan bercerita semua hal pada Ama. Menceritakan tentangnya dan Raja juga Jeremy. Sejauh ini tanggapan Ama benar-benar seperti saudara yang mengerti saudaranya sendiri. Walau pun begitu, Ama tetap menasihatinya untuk melakukannya dengan aman dan bisa menerima risiko jika terjadi sesuatu.     

"Jadi, seks itu benar-benar enak, ya?" tanya Ama dengan polos.     

Daisy tertawa mendengar pertanyaan konyol Ama karena memang temannya itu belum pernah melakukan seks. Bahkan kekasih saja baru pertama kali ia punya.     

"Hmm, ya. Kurang lebih begitu," jawab Daisy malu-malu.     

"Astaga. Terus-terus sekarang bagaimana?"     

"Yah, sekarang kami membuat kesepakatan untuk melakukannya sehari sekali, Ama. Kita yah, sama-sama berubah," jelas Daisy.     

"Tapi, apa nggak tersiksa?" tanya Ama.     

Jelas bagi Daisy dan Raja sangat tersiksa ketika lawan jenis di satu tempat, tanpa ikatan sedarah dan sama-sama memiliki nafsu yang besar, menahan gejolak seks ketika ingin melakukannya. Maka dari itu Raja menyibukkan diri sampai malam hari dan Daisy pun melakukan sesuatu hal yang sibuk juga. Lalu pada akhirnya mereka hanya melakukannya di malam hari sampai puas.     

"Tersiksa. Tapi ini proses, Ama. Sesuatu untuk hal baik pasti jalannya akan susah, kan?"     

"Good luck, ya buat kalian."     

Daisy tersenyum dan seketika itu juga senyumnya memudar saat ia melihat Raja dengan seorang wanita. Mereka memang tidak bergandengan tangan, tapi entah kenapa Daisy kesal melihat kedekatan Raja.     

"Ada apa, Dai?" tanya Ama seraya mengikuti arah pandangan Daisy. "Itu kan, Raja, ya?" tanya Ama memastikan.     

"Iya, itu Raja," jawab Daisy.     

Daisy berharap dalam hatinya bahwa Raja akan melihatnya. Ia terus memperhatikan Raja sampai saat itu Raja merasa ada seseorang yang memperhatikannya.     

Mata Daisy dan Raja pun bertemu satu sama lain. Terlihat di mata Daisy bahwa Raja menghela nafasnya karena terkejut. Daisy pun tersenyum miring dan membiarkannya setelah itu.     

"Kamu nggak apa-apa, Dai?" tanya Ama menyentuh tangannya.     

Daisy tersentak dari teralihkan kepada Ama. "Kenapa aku kenapa-kenapa? Aku baik-baik aja."     

"Tapi kamu seperti cemburu, Dai," nilai Ama.     

Daisy langsung kaku dan diam. Ia memang merasa kesal ketika melihat Raja bersama wanita lain. Tapi Daisy yakin bahwa itu bukan kecemburuan, melainkan Daisy tidak senang jika Raja merusak wanita lain. Ia berharap jika ingin seks dan merusak seseorang, ya lakukan saja dengan dirinya, bukan wanita lain yang bahkan terlihat polos.     

"Aku nggak cemburu, Ama," koreksi Daisy.     

"Dai… kamu ingat kan, hal seperti ini pernah terjadi saat kamu bersama Zen?" tanya Ama mengingatkan.     

Ingatan tentang Zen memang tidak bisa ia lepas. Tapi ia menaruhnya di tempat yang jauh. Tapi mendengar Ama mengingatkannya tentang Zen, ia membenarkan perkataan Ama di dalam hatinya. Tapi tetap, Daisy tidak mau berharap sesuatu. Apalagi memikirkan ia dan Raja bersama? Menjadi sepasang kekasih? Rasanya sangat tidak mungkin.     

"Pokoknya aku nggak cemburu!" timpal Daisy.     

"Oke… oke, nggak cemburu kalau gitu," kata Ama mengalah dan menahan rasa gelinya.     

Hal tidak terduga, Raja berjalan ke arah Daisy dan membiarkan wanita itu pergi tanpanya. Awalnya Daisy tidak percaya, tapi ketika Raja mendekat, Daisy terkesiap.     

"Udah malam, ayo pulang. Ama… nggak apa-apa kan, kalau Daisy aku ajak pulang?" ajak Raja sekaligus bertanya pada Ama.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.