The Eyes are Opened

Si Penjaga (Part 02)



Si Penjaga (Part 02)

0"Andraaaaa!!!" Teriak Cherryl dari lantai dua saat melihatku duduk di gazebo. Akupun hanya melambaikan tanganku untuk menjawab panggilannya. Dengan cepat Cherryl langsung turun dan menghampiriku di gazebo.     
0

"Kamu kenapa nggak masuk kelas Ndra? Aku tungguin juga. Sampek bu Dwi datang tumbeennn kamu nggak datang-datang." Tukasnya saat mendapatiku.     

"Hehehehe... Aku bangun kesiangan ini tadi. Lupa juga ponselku tak silent semua." Jawabku.     

"Tumben?"     

"Iya. Semalem nggak bisa tidur aja. Nggak tahu kenapa. Sekalinya bisa tidur nggak sadar sudah subuh. Makanya aku baru bangun tadi jam setengah sembilan. Hehehehe... Itu aja aku di panggili sama mbak kosku, di gedor-gedor juga sama Karin ya nggak kebangun e. Nguantuk polll..." Tukasku pada Cherryl yang nggak henti-hentinya menggelengkan kepala saat mendengarkan ceritaku.     

"Lain kali jangan tidur malam-malam! Udah tahu kelasmu semester ini banyak yang pagi-pagi. Gitu masih begadang. Ckckckck.... Untung aja ini tadi aku TA*-in dan kebetulan bu Dwi hari ini nggak ngecek satu persatu absen e."     

"Hah? Beneran Cher?? Ahhh... kamu baik banget deehhhh... Makasiiii Cherrryyllll... Nanti pulang kelas aku tratir ya makan siangnya... Kan kamu sudah TA-in aku... Hehehehe..." Ucapku sambil terus memeluk Cherryl.     

"Nggak,nggak usah di traktir-traktir. Aku nggak mau."     

"Lhooo... Kenapa?? Nggak apa lahh... Kan kamu sudah nolongin akuu..."     

" Nggak apa. Udah yuk masuk kelas dulu." Ujar Cherryl sambil menarikku keluar dari gazebo.     

Tak terasa waktu berjalan begitu sangat cepat, sudah dua mata kuliah yang aku ikuti hari ini, dan aku sudah tak ada kelas lagi sore hari. Matahari terlihat mulai terbenam, langitpun berubah manjadi berwarna jingga, terlihat sangat indah saat aku melihatnya dari gedung kampus lantai tiga, meskipun jika aku melihat ke bawah terpapar pemandangan 'masa depan' yang nantinya pasti aku jumpai. Yap. Di belakang gedung kampusku terdapat pemakaman warga sekitar yang terbilang lumayan luas. Di sana juga banyak pohon beringin yang tumbuh, pohon kamboja putih dan juga pohon pisang yang di tanam di suduk kanan pemakaman. Sekilas saat siang hari tak ada yang aneh atau menyeramkan dari pemandangan tersebut. Namun saat sore seperti inilah mulai kerasa keberadaan 'mereka' yang mulai memberanikan diri untuk keluar. Yahh... memang meskipun saat siang pun 'mereka' ada, tapi 'mereka' lebih suka menampakkan diri saat matahari mulai tenggelam, apalagi saat adzan maghrib tiba. Aku yang saat itu sedang menunggu Cherryl di toiletpun langsung menghampirinya agar aku nggak di tinggal turun duluan. Sore itu juga aku nggak ada pikiran tentang 'penjaga' di kosan akan datang lagi atau tidak. Aku hanya ingin cepat-cepat pulang dan beristirahat sembari menanti film kesukaanku akan tayang malam ini.     

"Ndra, kamu abis gini langsung pulang?" Tanya Cherryl saat kami hendak berpisah di gerbang kampus.     

"Iya. Aku mau langsung pulang aja. Kalau makan malam sih, kemarin ceceku datang bawain makanan dan masih ada sampe sekarang. Jadi aku makan itu dulu. Kalau kamu mau pulang sekarang nggak apa Cher, kamu pulang duluan aja. Aku ini juga langsung jalan kok." Ucapku.     

"Oke kalau gitu. Aku balik duluan ya... Bye Ndra... Hati-hati lho!" Ucapnya sambil melambaikan tangannya dan berjalan ke arah bus kampus yang kebetulan sudah datang.     

"Iyaa! Kamu ya hati-hati ya Cher!" Teriakku sambil berjalan menyebrangi jalan raya.     

Langit semakin gelap, lampu-lampu jalan mulai menerangi setiap sudut jalanan di sekitar kosanku. Jalan raya pun mulai di penuhi oleh orang-orang yang baru saja pulang kerja maupun mahasiswa yang sudah selesai kelas hari ini. Pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai makanan juga tak mau kalah meramaikan di sepanjang pinggir jalan daerah tempatku tinggal. Aroma masakan nasi goreng yang sedang dimasak pun menggugah selera saat aku melewati gerobak penjual nasi goreng di pinggir jalan.     

"Duuhh... baunya enaakk... Tapi ini sudah pertengahan bulan. Harus irit-irit uang sangu. Lagi pula di kos masih ada mie goreng sama capjay." Gumamku saat perjalanan pulang.     

Dengan cepat aku terus berjalan masuk ke gang perumahan kosanku agar aku segera tiba di kosan.     

Suasana ramai saat aku baru saja tiba di depan kosan. Banyak sepeda motor yang di parkir di depan gerbang sampai hampir menutupi pintu masuk. Terlihat di teras kos banyak anak laki-laki muda yang sedang duduk berjejer di sana sambil memainkan gawai mereka masing-masing. Tak berapa lama saat aku masuk ke dalam rumah, barulah aku tahu jika anak laki-laki yang ada di teras tersebut sedang menunggu pasangan mereka masing-masing yang baru saja turun melewatiku saat aku masuk ke dalam rumah. Belum juga aku masuk ke kamar, suara anak-anak perempuan yang menghampiri pasangan mereka di teras terdengar begitu kencang. Yahh... nggak bisa menyalahkan juga sih. Kebanyakan mereka pasangan dari luar pulau, dan keliahatan dari paras mereka dan logat mereka saat berbicara seperti orang Ambon dan ada juga yang berbicara dengan logat Medan. Begitu ramai dan berisik sampai-sampai aku mendengar dari dalam kamar suara mbak Sum menegur mereka untuk tidak berbicara kencang-kencang di kosan. Dan hal tersebut membuat terdiam untuk sesaat. Ada pula yang langsung meninggalkan kosan dengan kendaraan mereka, namun ada pula anak kos yang nggak peduli dengan teguran itu. Tapi... malam itu aku nggak peduli. Aku saat di kamar langsung membersihkan kamarku, merapikan beberapa barang yang nggak di tempatnya serta bersiap untuk mandi saat kamar mandi terlihat kosong.     

"Ndra, kamu sudah makan?" Tanya Karin saat aku mau masuk ke kamar mandi.     

"Belum. Kenapa Rin? Kamu mau belum makan? Mau beli makan atau mau makan bareng sama aku? Aku punya cap jay sama mie goreng di kulkas. Kalau iya abis mandi aku panasi dulu terus kita makan bareng." Ujarku.     

"Uhmm... Nggak wes. Temeni aku beli tahu tek ya di depan. Aku lagi pengen tahu tek soal e Ndra." Jawabnya sambil tersenyum simpul.     

"Iya. Bentar ya aku mandi dulu." Timpalku langsung masuk ke kamar mandi.     

Selesai mandi, akupun langsung menepati janjiku untuk menemani Karin membeli tahu tek di gang depan.     

[Tok! Tok! Tok!]     

"Riiinn... Jadi nggak?" Tanyaku dari balik pintu kamar Karin.     

"Iya Ndraa... Bentar ya..." Teriaknya dari dalam kamar.     

"Aku tunggu di depan ya Rin." Ucapku sambil berjalan menuju ruang tunggu kos.     

Tak lama kemudian, Karin pun akhirnya keluar dari kamarnya. Sambil memakai jaket serta menggenggam dompet panjang yang ada di tangannya, kamipun langsung keluar kos berjalan menuju depan gang. Sepanjang perjalanan kami hanya mengobrol tentang suasana perumahan kosan yang semakin malam semakin banyak orang pacaran di depan kos-kos yang lain. Sambil sesekali kami menyapa beberapa teman angkatan kami yang sedang lewat ataupun sedang ngapel di salah satu kos perempuan yang ada di sekitar gang kos ku.     

Setelah berjalan menuju ke depan gang perumahan kurang lebih selama lima menit, kami akhirnya tiba di tempat penjual tahu tek langganan anak-anak kos di sekitar sini. Terlihat sangat ramai saat kami tiba di sana, meskipun penjual tahu tek bersama istrinya turut membantu, namun antrian yang kami terima saat itu sudah masuk di nomor 20 dan itupun kami masih harus menunggu 20 menit samapi 30 menit lamanya.     

"Rin, kamu yakin mau makan ini? Masih lama lho?" Tanyaku memastikan.     

"Iya Ndra. Aku puengen pol e." Jawabnya.     

"Ya sudah kalau kamu tetep masih mau tunggu buat makan tahu tek ini. Duduk di sana dulu aja Rin." Ajakku, sambil menunjuk salah satu bangku panjang yang kosong di sebelah rombong penjual tahu tersebut.     

"Uhmm... nggak usah. Kita ke supermarket aja dulu. Aku ada yang mau tak beli. Sekalian jalan-jalan." Ucapnya sambil melipat kedua tangannya di dada.     

"Ohh... ya udah kalau gitu. Ya ayok." Jawabku.     

"Bu, tak tinggal dulu ya. Nanti tak ambil lagi." Ucap Karin pada istri penjual tahu tek yang saat itu masih menggoreng beberapa tahu untuk pelanggan yang lainnya.     

"Iya mbak. Nomor berapa tadi?" Tanya si ibu.     

"Nomor dua puluh bu."     

"Ow iya. Setengah jam lagi ya mbak. Tulis sini aja dulu pesenannya kalau di tinggal." Ucap si ibu sambil menyodorkan sebuah buku tulis yang sudah terisi penuh dengan catatan yang ternyata berisi catatan pesanan tahu tek.     

Karinpun langsung menerima buku tulis itu dan langgsung menulis pesanan yang dia inginkan, lalu setelahnya kami langsung meninggalkan rombong tahu tek yang semakin malam semakin ramai tersebut berjalan menuju ke supermarket yang tak jauh dari sana. Benar saja, sembari menghabiskan waktu untuk menunggu tahu tek yang di pesan selama setengah jam kedepan, di supermarket kami belanja berlama-lama, melihat setiap item produk yang ada di setiap rak dan etalase, serta memperhatikan item-item yang terdapat promo mingguan. Aku yang tadinya nggak berniat untuk belanja apapun akhirnya ikut-ikutan belanja saat melihat ada promo mie instan serta promo sabun mandi yang potongan harganya lumayan banyak dari pada harga normalnya. Namun saat kembali melihat isi dompet yang aku bawa di dalam tas kecilku, aku hanya bisa beberapa kali menghela nafas tanpa menceritakan apapun pada Karin yang masih santai dan menikmati waktu berbelanjanya.     

"Sudah Ndra, segini aja dulu belanjanya. Nanti kalau kamu belanja terlalu banyak dan lupa daratan, uang sakumu bisa abis sebelum akhir bulan lho!" Gumamku sambil mengingatkan diriku sendiri dari keinginan untuk hedon dalam berbelanja.     

"Ndra, kamu sudah selesai ta?" Tanya Karin yang menghampiriku setelah mengambil beberapa barang yang ia butuhkan. Terlihat di keranjang belanjanya sangat penuh dengan kebutuhan sehari-hari dan juga beberapa snack dan makanan siap saji.     

"Oh, aku sudah selesai kok. Ini cuman tungguin kamu aja." Jawabku.     

"Ya udah yuk bayar." Ujarnya sambil berjalan ke arah kasir yang sedang lenggang malam itu.     

Selesai berbelanja, aku dan Karin langsung menghampiri tahu tek yang tadi sudah di pesan.     

"Buuu... Tahu tek saya sudah selesai apa belum?" Tanya Karin.     

"Oh, sudah mbak. Ini tahu teknya." Jawab sang ibu sambil memberikan sebungkus tahu tek di dalam kantong plastik.     

Karinpun langsung mengambil tahu tek miliknya dan langsung mengajakku untuk segera kembali ke kosan. Selama perjalanan pulang kami tak banyak berbicara, kami saling terdiam dan terus berjalan hingga tiba di depan kos. Tanpa basa basi aku langsung merogoh kantong celanaku dan mengambil kunci gerbang kosan, lalu membukakan pintu agar kami dapat masuk ke dalam.     

Hari sudah semakin larut, tak terasa kami berjalan keluar untuk membeli makanan pun sudah menghabiskan waktu satu jam dan kini sudah pukul sembilan malam. Saat aku masuk ke kosan, aku tak merasakan apapun. Seperti rumah pada biasanya. Lampu-lampu di dalam rumahpun juga masih menyala dengan sangat terang. Apalagi lampu di bagian belakang untuk menjemur pakaian, di dapur, dan toilet tak pernah padam sejak langit berubah menjadi gelap. Aku dan Karinpun langsung menghampiri meja makan yang saat itu juga ada cece kos yang sudah lama tinggal di sini sedang makan malam. Kamipun menyapanya dan sedikit basa basi agar saling kenal satu dengan yang lain. Lalu dengan cepat, kami langsung akrab dan makan bersama di meja makan. Ce Shenny dan Ce Lili namanya. Mereka berdua ternyata sahabatan sejak kuliah dan dari awal kuliah juga sudah tinggal di kos ini. Ce Shenny menempati kamar nomor 1, dimana kamar itu berada di lorong dekat dengan kamar kami. Pintu pertama serong kiri dari kamar Karin. Sedangkan Ce Lili menempati kamar nomor 12, tepat di belakang meja makan kosan.     

Kamipun asik makan bersama sambil bercerita tentang masa-masa kuliah kedua cece ini, yang juga sama-sama anak Fakultas Ekonomi dengan jurusan Akuntansi hingga makanan kami habis malam itu. Selesai makan, kamipun langsung membersihkan sisa makanan dan piring kotor sebelum masuk ke kamar masing-masing. Akupun mengantri untuk dapat mencuci piring kotorku sembari kedua cece kos dan Karin mendahuluiku. Aku memainkan gawaiku sambil menunggu mereka selesai cuci piring.     

"Ndra, kami sudah selesai tuh. Kamu bisa cuci piringmu sana." Ucap Ce Shenny yang berjalan melewatiku saat ia hendak kembali masuk ke kamarnya.     

"Ah, iya ce. Makasi." Jawabku yang langsung bangkit dari tempat duduk dan berjalan ke arah dapur sambil membawa semua piring kotorku saat itu.     

"Uhmm... Rin, ini sabun cucinya siapa ya?" Tanyaku pada Karin sambil menunjuk sebuah botol sabun cuci piring yang di taruh di pinggir wastafel.     

"Paleng punya e Ce Shenny lek nggak punya e ce Lili. Apa'o Ndra?"     

"Nggak apa. Cuman tanya aja. Kirain punyamu, soal e di taruh di pinggiran se..." Jawabku sambil memindahkan sabun cuci piring tersebut ke meja dapur.     

"Aku balik kamar dulu ya Ndra." Ujar Karin yang langsung meninggalkanku sendirian di dapur.     

"Ya." Jawabku singkat.     

Kosan lantai satu langsung saja terasa sangat sunyi dan hening seketika. Hanya terdengar tawa anak-anak lantai atas yang masih belum tidur saat itu. Aku langsung membereskan semua piringku yang sudah tercuci bersih ke rak piring dan tak lupa mematikan lampu apur sebelum masuk ke kamar.     

"Srek... Sreeekkk... Sreekkk... Sreeekkkk..."     

Terdengar suara seperti orang sedang menyapu antara di depan halaman kosan atau di jalan depan kos malam itu. Suara itu terdengar cukup kencang dan jelas, yang membuatku menjadi penasaran untuk memastikan siapa yang sedang menyapu malam-malam saat itu.     

"Nggak ada orang. Suaranya juga sudah nggak denger lagi. Tapi kok tadi ada suara kaya orang lagi nyapu pakai sapu lidi ya?" Gumamku saat melihat dari balik jendela kos.     

Di saat yang bersamaan, tiba-tiba dari arah belakang aku mendengar ada orang yang menyalakan Televisi malam itu. Akupun langsung menoleh kebelakang dan dengan sekejap televisi kos langsung mati. Akupun merasa heran dan rasa ingin tahuku semakin besar, hingga akhirnya aku memberanikan diri untuk mendekati ruang TV untuk memastikan nggak ada orang di sana.     

"Tadi perasaan aku dengar TVnya nyala deh. Kok sekarang mati sih? Apa ada timer ya di TVnya tiap jam segini?" Gumamku sambil lihat jam dinding yang ada di tengah-tengah ruangan, saat itu jam sudah menunjukkan pukul 11.59 WIB.     

"Lha? Nggak ada orang kok ada yang nyalain TV ya? Lagian ini TVnya nggak ada settingan otomatis kalau nyala." Ujarku saat memperhatikan remot TV yang ada di atas meja.     

Aku hanya terdiam dan memperhatikan sekelilingku memastikan nggak ada orang lain selain diriku di sana. Akhirnya aku langsung memutuskan untuk kembali ke kamar sebelum ada hal lain yang nggak aku inginkan. Di saat aku berjalan menuju ke arah kamarku, tiba-tiba bulu kuduku berdiri semua dari kepala sampai ke kaki. Lalu tanpa sengaja aku melihat ada sosok seorang perempuan yang mengenakan gaun putih panjang dengan selendang yang tergantung di kedua lengannya berjalan dari arah ruang makan ke arah bawah tangga dengan sangat cepat seperti hembusan angin. Jantungku langsung berdegup sangat kencang dan aku langsung berlari menuju ke kamarku dan cepat-cepat masuk ke dalam kamar dan tak lupa juga mengunci pintu kamar.     

"J*mbu! Apa itu tadi seng tak liat!!" Ucapku sambil menutup semua badanku dengan selimut di atas tempat tidur. Akupun malam itu juga tak mematikan lampu kamar, meskipun biasanya aku selalu mematikan lampu kamar agar tidak terasa panas saat tidur.     

Namun di tengah-tengah aku mencoba untuk dapat tidur, aku langsung kepikiran dengan baju yang dikenakan sosok yang aku lihat barusan.     

"Itu tadi siapa ya? Kalau mbak Kun nggak mungkin pakai baju kaya gitu? Itu tadi kok aku lihat ada kaya selendang tipis e panjang di lengan e ya? Uhmmm... kaya sosok dewi yang ada di film mandarin." Gumamku saat masih di dalam selimut.     

"Tapi kalau 'dia' jahat dan ngganggu, harusnya di kosan ini sering kejadian hal aneh-aneh selama aku di sini. Tapi selama ini nggak ada apa-apa tuh. Malah yang aneh, baik dalam rumah maupun di kamarku sering hawanya lebih dingin. Nggak pakai ACpun sudah cukup dingin. Masa iya itu tadi yang jaga kos ini sih? Uhmm... Bisa jadi sih. Apalagi bapak kos kan Budha." Ujarku.     

Akhirnya malam itu tak terasa aku langsung tertidur. Namun di saat aku sedang tidur, akupun tak dapat tidur dengan pulas. Sesekali aku terbangun dan merasa melihat ada bayangan orang yang melintas di jendela kamar saat aku melihat di cermin lemari bajuku. Dan saat dini hari, aku juga merasakan seperti ada angin yang melintas di tubuhku sehingga membuatku terbangun. Dengan mata yang masih berat untuk membuka, aku mencari ponselku yang ada di sisi kananku, lalu melihat jam yang ada di layar ponselku.     

"Hmm?? Jam tiga? Siapa se kok orang sudah jalan-jalan di tempat jemuran subuh-subuh gini?" Gumamku lirih sambil menaruh ponselku lagi di atas meja belajar dan kembali tidur.     

Keesokan paginya, saat aku mau mandi dan hendak mengambil handuk di belakang, aku menjumpai mbak Sum untuk menanyakan apa yang aku alami semalam. Saat itu kebetulan mbak Sum juga sedang ada di ruang makan, sedang menyapu.     

"Mbak." Panggilku pelan kepada mbak Sum.     

"Apa Ndra?" Jawabnya yang terus menyapu sela-sela rumah kos tanpa melihat ke arahku.     

"Mbak Sum tadi jam tiga sudah bangun ta?" Tanyaku langsung.     

"Yo belum lah Ndra! Orang jam segitu ya aku masih tidur lah! Kenapa Ndra?" Tanya mbak Sum kepadaku. Aku hanya terdiam sambil memastikan jika semalam yang aku dengar itu beneran orang yang sedang lewat di tempat jemur pakaian.     

"Beneran ta mbak nggak keluar pas jam tiga pagi?" Tanyaku lagi memastikan.     

"Ya ngapain Ndraaa... orang bangun jam segitu? Wong ya kalau sholat subuh itu aku jam empat kok. Abis sholat tadi ya aku tidur lagi sama anak-anakku." Jawab mbak Sum dengan tegas.     

"Ya udah deh mbak. Makasi ya..." Jawabku sambil berlalu meninggalkan mbak Sum.     

"Lha terus siapa dong yang jalan-jalan di belakang kamarku semalem? Nggak biasanya lho kaya gini?" Gumamku sambil jalan menuju ke kamar mandi.     

Selesai mandi, akupun langsung bersiap-siap untuk berangkat ke kampus, namun saat aku sedang merapikan buku-buku yang hendak aku bawa ke dalam tas di ruang tamu, tiba-tiba Ce Lili menghampiriku.     

"Ndra, maaf ya sebelumnya, aku tadi nggak sengaja dengerin obrolanmu sama mbak Sum."     

"Ya ce? Oh... nggak apa kok. Hehehehe... Lagian itu juga bukan hal yang penting banget." Ucapku dengan santai.     

"Ahh... iya aku tahu sih... tapi kalau kamu mau tahu yang semalem kamu dengar atau lihat itu nanti waktu aku pulang kerja kita ngobrollagi ya Ndra." Ucapnya sambil langsung bergegas keluar kos menghampiri mobil antar jemput yang sudah ada di depan kosan.     

Awalnya aku sedikit kebingungan dengan apa yang baru saja Ce Lili ucapkan, namun setelah aku pikir lagi selama perjalanan ke kampus, aku merasa Ce Lili tahu sesuatu dengan apa yang ada di kosanku saat itu. Yap. Apalagi kalau Ce Lili juga anak kos yang cukup lama tinggal di situ, jadi pasti sedikit banyak dia tahu sesuatu tentang kosku saat ini.     

Hari berjalan terasa lebih lama dari pada biasanya, sehingga aku saat ini merasa sedikit bosan berada di kampus, apalagi menunggu jam kelas yang masih terbilang lama. Satu jam-an sih... Tapi kalau saat itu aku pulang ke kos, rasanya malas sekali. Sudah panas hari ini sangat terik dan gerah. Ditambah perjalanan dari kampus ke kosan membutuhkan waktu hampir 20 menit pulang-pergi. Rasanya sia-sia jika aku harus pulang dengan waktu yang sangat singkat itu. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke lobby perpustakaan untuk merasakan dinginnya AC bersama Cherryl sembari membeli makanan di kantin fakultas psikologi.     

"Cherrr... kok aku jadi ngantuk pol ya kalau di sini..." Ucapku sambil menyandarkan kepalaku di sandaran sofa perpus.     

"Iya Ndra... Apa mungkin karena di sini ruangannya berAC, jadi kita lebih ngantuk."     

"Iya bisa jadi." Jawabku.     

Namun aku dan Cherryl tetap bertahan di sana sampai waktu menunjukkan pukul 13.15 WIB. Lalu kamipun langsung beranjak dan memutuskan untuk masuk ke kelas sebelum dosen yang mengajar datang.     

[Tik-tok-tik-tok-tik-tok-tik-tok-tik-tok....]     

Jam dinding di kelas terus berputar detik demi detik, akupun tak kuasa untuk menahan kantukku siang itu. Di tambah AC dalam kelas cukup dingin di tengah cuaca panas hari ini berharap kelas hari ini cepat berakhir dan aku bisa segera untuk pulang ke kos dan mengistirahatkan tubuhku sejenak. Sesekali di kelas saat dosen sedang menjelaskan materi aku terkantuk dan hampir tertidur lelap siang itu, namun Cherryl yang saat itu duduk di sebelahku selalu membuatku terjaga agar aku tak benar-benar tidur di dalam kelas.     

"Baik, kelas hari ini selesai sampai disini, atau ada yang mau bertanya? Silahkan kalau mau bertanya." Ujar bu Mila dosen statistik yang saat itu sedang merapikan materinya di tempat duduknya.     

"Nggak ada? Ok, kalau sudah nggak ada, kalian boleh pulang." Ucapnya sekali lagi.     

Suansa kelaspun langsung terdengar riuh dengan deritan bangku-bangku yang bergeser saat setiap anak hendak beranjak dari kelas. Akupun juga merasa sangat lega bisa pulang kuliah dan kembali ke kos sore itu.     

"Cher, kamu abis gini mau kemana?" Tanyaku pada Cherryl saat kami sedang menuruni anak tangga.     

"Aku mau ke ruang Bemus Ndra. Nanti ada rapat soal e." Ucapnya.     

"Ah... ya udah kalau gitu aku langsung pulang ya Cher..."     

"Iya. Hati-hati ya Ndra." Jawabnya sambil melambaikan tangannya kepadaku saat kami berpisah di depan anak tangga.     

Akupun langsung berjalan keluar kampus menuju gerbang bagian Timur dan tak lupa saat jalan menuju ke kos, aku membeli lauk untuk ku makan saat malam hari tiba. Setelah tiba di kosan, aku langsung membersihkan diriku dengan mandi-mandi dan setelah selesai mandi, aku rebahan di dalam kamarku sambil sesekali melihat ponselku. Hingga hari itu juga Dito masih belum mau menghubungiku, padahal sudah hampir dua minggu lamanya kami nggak ada komunikasi satu sama lain. Aku juga sudah mencoba menghubungi Dito, namun sampai detik ini nomor ponsel Dito selalu tidak aktif saat aku meneleponnya. Saat itu rasanya aku ingin menyerah dengan hubungan ini. Aku mencoba melupakan perasaanku pada Dito sedikit demi sedikit, meskipun aku tahu ini nggak mudah untukku. Akhirnya aku mencoba mengabaikan ponselku dan memutuskan untuk beristirahat sejenak.     

[PRANG!!!]     

"MARIAAAA!!! PIRINGKU MOK PECAHNO TERUS YOOO!!!"     

Terdengar suara ribut di luar, sehingga membuatku terbangun. Aku melihat jam di meja belajarku dan menunjukkan pukul enam sore. Lalu langsung melihat ke arah langit melalui jendela kamar, ternyata hari sudah gelap diluar sana. Akupun langsung beranjak dari tepat tidurku dan berjalan menuju ke toilet. Di ruang tv masih saja terdengar suara Mbak Sum yang nggak habis-habisnya memarahi anak kos yang tinggal di lantai dua setelah memecahkan piring milik mbak Sum yang di pinjamnya. Suasana kosan seketika menjadi sangat riuh dan hampir semua anak kos keluar kamar untuk melihat apa yang terjadi saat itu.     

Lalu di saat yang sama, aku melihat Ce Lili juga baru saja pulang dari kerjanya dan ia langsung berjalan masuk ke kamar. Saat itu juga aku menunggu di waktu yang tepat untuk berbicara dengan Ce Lili masalah apa yang terjadi di kosan ini. Sambil menunggu waktu yang tepat, aku pun makan malam terlebih dahulu di ruang makan sendirian.     

"Lho Ndra kok makan sendirian?" Tanya Ce Shenny tiba-tiba yang duduk di sebelahku sambil membawa sebuah kotak kue besar di taruh di meja makan.     

"Iya ce. Hehehe..."     

"Ini lho ada kue enak. Ambil o. Aku abis di kasih sama customerku di kantor." Ujarnya sambilmenyodorkan sekotak kue sus dengan berbagai varian rasa di hadapanku. Akupun mengambil satu potong kue tersebut dan langsung mengembalikkannya ke ce Shenny.     

"Lho sudah ta? Kok cuman ambil satu? Ini lho ambil o lagi." Ujarnya sambil memberikan dua kue sus lagi di piringku."     

"Makasi banyak ya ce..." Jawabku sambil tersenyum malu ke ce Shenny yang langsung meninggalkan meja makan dan memberikan beberapa potong kue sus ke anak-anak kos dan mbak-mbak kos yang sedang duduk santai di depan tv.     

Lalu setelah makan malamku habis, akupun memakan kue sus yang di berikan ce Shenny dan ternyata sangat enak. Luarnya kering dan dalamnya lembut,manis, tapi nggak terlalu eneg di mulut sampai-sampai tak terasa sudah habis dua potong kue yang aku makan. Akhirnya sisa satu aku simpan di kamarku untuk ku makan jika tengah malam terasa lapar. Akupun langsung beranjak dari meja makan dan membersihkan semua piring kotorku. Kemudian aku bergegas hendak masuk ke kamar, namun saat aku sedang melewati kamar ce Lili, ia menghadangku dan menawarkan untuk aku berkunjung ke kamarnya setelah aku mengembalikan semua piringku ke kamar. Akupun mengiyakan ajakannya dan cepat-cepat aku berlari menuju ke kamarku, lalu aku langsung menghampiri kamar ce Lili malam itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.