The Eyes are Opened

Bunga Bersemi : "Sebuah Tanda"



Bunga Bersemi : "Sebuah Tanda"

0"Teman-teman pelajaran kimia hari ini di adakan di lab kimia yaa!!! Jadi sekarang langsung ke lab dan duduk sesuai kelompok!!" Teriak Jonathan di depan kelas memberi tahu pengumuman saat pergantian jam mata pelajaran.     
0

"Lho hari ini ada praktek ta? Kok tumben Pak Toninya nggak kasih tahu minggu kemarin ya?" Ujar beberapa anak sambil mengambil buku mata pelajarannya dan melangkah keluar kelas.     

"Iya. Tumben banget tuh orang. Tapi kalau nggak ngajar di kelas lebih enak sih harusnya.. Nggak terlalu bosenin. Tahu banget kalau guru itu ngajar kaya gimana. Kaya nyinden! Hahahaha... Suaranya haluuusss banget..hahahaha.." Timpal anak yang lain.     

Hampir seluruh anak di kelasku sudah keluar kelas, hanya tinggal aku, Raka, Evano dan Clarissa yang masih bersiap-siap menuju ke ruang lab kimia. Tak lupa aku membawa ponselku dan memasukkannya ke saku rokku agar tidak jatuh.     

"Yuk Ndra, jalan bareng ke lab."Ajak Raka saat hendak keluar dari kelas.     

"Eh iya Ka. Barengan." Ucapku sambil berjalan menghampiri Raka yang sudah menungguku di depan pintu kelas.     

"Eh-eh-eh tungguin kami juga dong!" Teriak Evano dan Clarissa yang berlarian menuju pintu kelas sambil menggenggam buku mereka.     

"Iyaaaa... kita tungguin kok." Ucap Raka.     

Setelah kami berempat sudah berkumpul di depan pintu kelas, Evano yang keluar terakhir tak lupa menutup pintu kelas dengan rapat agar tak ada anak dari kelas lain masuk sembarangan. Lalu Aku dan Clarissa berjalan terlebih dahulu di depan Evano dan Raka.     

Ruang Lab Kimia terbilang tak terlalu jauh dari kelasku. Ruangan itu terletak di lantai satu tepat dibawah kelasku.     

"Eh Ka,lu jadian sama Rosa sejak kapan?" Tanya Evano saat kami sedang berjalan menuju lab.     

"Ahhh.. itu sudah dua minggu yang lalu sih. Hehehehe.." Jawabnya dengan malu-malu.     

"Halah pake malu-malu lu jawabnya. Badan lu aja yang gede Kaaa... Raka.. Hahahaha.. Mana nih Pajak Jadiannya kalau gituuu.. Hahahahaha.."     

"Sssttt... jangan keras-keras Van. Aku sama Rosa belum ada omong-omong ke semua anak. Kalau kamu mau PJ ya nanti deh pas jam istirahat aku traktir bakso Cak Man. Oke?"     

"Eeeeeiii.. Gillaaa... belum bilang-bilang tapi lu tadi di kelas nyosor aja kaya gitu. Semua anak juga sudah pada tahu kali Kaaa.. Waaahhh ternyata lu diam-diam menghanyutkan yaaa... Hahahahaha..."     

"Hahahahahaha.. nggak lahh Van... aku nggak berani kalau lebih kaya gitu... Anak orang soalnyaa.. Hahahahaha.. Ya udah nanti yaaa.."     

"Oke deh. Makasi lho Ka.. Hahahaha.." Ucap Evano sambil mendahului Raka memasuki ruang lab Kimia.     

Seluruh anak di kelasku sudah menempati bangku menurut kelompok nomor urut masing-masing anak hanya aku yang masih belum duduk dan tidak mendapatkan bangku siang itu. Aku terdiam mencari bangku kosong yang dapat kutempati hingga beberapa anak memperhatikanku hingga pak Toni menegurku.     

"Itu mbaknya kenapa nggak segera duduk dari tadi?" Ucap pak Toni yang sedari tadi sudah memperhatikanku.     

"Uhmm.. Iya pak.. Tapi bangkunya sudah penuh semua." Ucapku dengan tatapan bingung melihat bangku yang seharusnya sesuai dengan jumlah anak, namun sudah tak ada bangku kosong satupun.     

"Apanya yang nggak ada bangku kosong mbakk.. Itu di sebelahmu kan kosong." Ucap pak Toni dengan nada yang lembut namun terdengar sangat tegas.     

Seketika itu juga aku merasa bulu kuduku berdiri dan langsung memandang sekelilingku. Yap. Benar saja, aku di lihat oleh semua temanku dan mereka memandangku dengan tatapan yang aneh. Saat itu aku masih belum menyadari jika orang yang ada di sebelahku itu bukanlah manusia, hingga membuat Ruben memanggilku beberapa kali karena aku terlihat seperti melamun kala itu.     

"Ssssstttt!! sssstttt!! Andra!!! Ndra-Andra!!! Siniii!!" Panggil Ruben.     

"Hah?! Ah-iya." Jawabku sambil duduk di sebelahnya dan merasa masih bingung karena orang yang tadinya di sebelahku ada, tiba-tiba menghilang entah kemana.     

"Oke anak-anak, kelasnya sudah bisa di mulai yaa..." Ujar pak Toni yang langsung berdiri memulai pelajaran siang itu setelah melihatku duduk.     

("Eh, lu tadi kenapa? Datang sudah telat terus kenapa bengong di tengah-tengah gitu?") Bisik Ruben yang penasaran.     

("Aku tadi nggak bengong kok. Cuman ngerasa aneh aja, kok bangkunya nggak ada yang kosong.")     

("Apanya yang nggak ada? Orang dari tadi tuh kursi yang lu dudukin ini itu dari tadi kosong tahu! Lu lagi ngigau ya? Atau lu dehidrasi sampai kaya gitu.")     

("Enak aja. Tapi beneran lho aku tadi lihat di sini itu ada orangnya. Cewe gitu. Rambutnya sepundak, terus kulitnya putih pucat gitu. Kamu nggak lihat ben?")     

("Heh! Nggak usah ngomongin yang nggak-nggak ya Ndra! Masih siang bolong nih! Dari tadi tuh di sini nggak ada siapa-siapa! Jadi jangan buat orang takut deh! Ehm... tapi lu lihat nggak wajahnya kaya gimana? Cantik nggak?")     

("Boro-boro mau lihat wajahnya cantik apa nggak, orang tuh cewek cuman duduk doang di sini sambil nundukin kepala gitu, terus wajahnya ketutupan sama rambut. Ya mana aku tahu lahhh... Makanya aku diam aja dari tadi. Takut salah.")     

("Ja-jadi yang lu lihat tadi itu bukan manusia gitu maksud lu? Seriusan? Lu nggak lagi menghayalkan Ndra?")     

("Ah udah lah Ben. Lu di kasih tahu juga nggak akan paham. Udah jangan bahas lagi. Nanti datang lagi tambah ribet.") Bisikku pada Ruben yang seketika membisu mengetahui apa yang aku lihat barusan.     

Dua jam pelajaran berlangsung dengan sangat cepat siang itu hingga tak terasa sudah memasuki jam istirahat makan siang. Setelah kelas berakhir, semua anak di lab kimia langsung keluar satu persatu dan kebanyakan mereka langsung menuju ke kantin untuk makan siang. Begitu juga denganku. Sebelum kembali ke kelas, aku berjalan menuju kantin untuk membeli makanan dan hendak ku makan di kelas siang itu sambil membaca buku komikku yang lain yang ku bawa hari ini. Lalu tiba-tiba terdengar seseorang memanggilku dari kejauhan.     

"Ndraaaa!!! Andraaaa!!!" Teriakan seorang perempuan dari kejauhan di belakangku. Langsung saja tanpa pikir panjang aku langsung menoleh ke belakang. Benar saja yang memanggilku adalah Karin, suaranya yang sangat khas dan terdengar sangat femiliar di telingaku sehingga aku dapat mengenalnya meskipun aku belum melihat wajahnya.     

Aku berdiri di bawah pohon beringin sekolah untuk berteduh sambil menunggu Karin yang berlari menghampiriku dengan ekspresi yang terlihat bahagia di wajahnya.     

"Kenapa kamu Rin kok senyam senyum gitu?" Ucapku penasaran ketika ia menghampiriku.     

"Hehehe.. Nggak apa kok Ndra. Cuman hari ini aku tadi di tunjuk jadi ketua lomba mading sama pak Lukas. Hehehe.." Ucapnya dengan bangga.     

"Emang lomba mading apa?"     

"Uhmmm... Lomba mading se-Jawa Timur dan lombanya di adakan di Ibu Kota. Ow ya, kamu ikut ya? Soalnya lomba ini harus ada timnya. Minimal lima orang, maksimal 10 orang tim."     

"Nggak ah. Malas aku ikut gituan."     

"Yaahhh.. tapi kamu sudah aku daftarin ikut."     

"Hah? Kok kamu nggak cerita dulu sih sama aku Rin?"     

"Yaaa.. aku kira kamu pasti mau ikut kalau aku ikut. Makanya aku langsung daftarin. Ini juga anggotanya sudah lengkap. Gimana? Ikut yaaaa..."     

"Hmmmm... Ya udah deh. Mau gimana lagi, sudah di daftarin juga. Uhmm.. Kamu mau beli apa Rin?" Ucapku ketika tiba di kantin.     

"Enggak. Aku nggak makan kok." Jawabnya sambil terlihat mencari seseorang.     

"Lha terus?"     

"Aku lagi cariin kak Andrew nih. Di kelasnya tadi nggak ada soalnya.."     

"Owwhh... Ya udah aku beli dulu yaa.."     

"He'e. Aku tunggu di sini ya Ndra." Ucap Karin sambil duduk di salah satu bangku kantin yang sedang kosong.     

Selesai membeli makanan, aku langsung menghampiri Karin, tetapi aku mengurungkannya.     

"Haahhh.. ada kak Andrew. Aku makan di sini aja deh, dari pada jadi obat nyamuk mereka berdua. Nanti aja kalau aku sudah selesai makan baru aku samperin aja." Ucapku sambil memulai makan di meja dekat stand bakso yang aku beli.     

Suasana kantin siang itu sangat ramai sekali. Suara anak-anak yang lain berbicara sana sini dan sangat bising di telingaku. Aku berusaha mengabaikan kebisingan yang terdengar oleh telingaku dan terus melanjutkan makan siangku saat itu. Di tengah-tengah saat aku sedang makan, aku merasa pundakku sangat berat seakan membawa beban, padahal aku ke kantin tak membawa tas apapun. Hanya buku pelajaran yang aku pangku selama aku makan. Sesekali aku merasakan hawa dingin yang berhembus di belakang telingaku dan aku masih belum menyadarinya. Aku kira itu adalah angin yang berhembus di kantin, jadi aku terus makan dan menghabiskan sisa makan siangku hari itu.     

"Lho non kamu ke sini sama siapa?" Tanya Kak Andrew pada Karin yang tengah duduk di bangku kantin sendirian.     

"Tadi aku ke sini sana Dyandra. Dia lagi beli makan, tapi kok nggak ke sini-sini." Jawabnya dengan memanyunkan bibirnya.     

"Jangan manyun-manyun gitu. Nanti disosor bebek lho. Hahahaha.. Ow ya kamu sudah makan?"     

"Udah tadi pagi. Masih kenyang juga jadi nanti aja deh pulang sekolah baru makan. Tadi kamu dari mana sih beb kok aku cariin di kelas nggak ada?"     

"Ow iya tadi aku ke ruang guru kasih tugas mingguan. Hehehehe. Uhmmm... itu Dyandra lagi makan di stand bakso tuh." Ujar kak Andrew sambil menunjukkan jarinya ke arahku yang duduk membelakangi mereka.     

("Tapi kok ada yang nempel Andra ya? Ngapain dia ngikut Andra? Deketin ah..") Batin kak Andrew yang seketika itu juga langsung menghampiriku.     

"Hooiii!!! Makan kok nggak bagi-bagi. Hahaha.."     

"Haahhh!! Aduuh kakkkk... bikin kaget aja sih! Untung ya aku nggak punya sakit jantung, coba kalau punya sudah masuk UGD bisa-bisa."     

"Hahahahaha.. Nggak lahhh.. Kamu kan cewek yang setrong. Hahahaha.."     

"Udah ringan? Nggak kerasa berat lagi kan?" Ucapnya pelan di dekat telingaku. Seketika juga aku menyadari bahwa beban berat yang aku rasakan di pundakku seketika hilang begitu saja. Aku pun mengangguk sebagai jawabanku ke kak Andrew. Yap. Tanpa bertanya lebih detil akupun tahu jika Kak Andrew baru saja mengusir makhluk halus yang menempel di badanku, dan aku merasa jika makhluk itu adalah sosok yang aku lihat di lab kimia.     

"Iiihhh kalian nagapin sih? Kok ketawa-ketawa nggak ajak-ajak?" Timpal Karin yang datang menghampiri kami saat itu.     

"Nggak apa kok non, tadi di pundaknya Andra ada cicaknya yang nempel dan dia nggak sadar kalau ada cicak, makanya aku bantu buangin dari pada ntar dia shock lalu pingsan di kelas pas tahu ada cicaknya ya nggak? Hehehehe.."     

"Hah? Masa sih? Hiiiii.. Untung aja nggak jatuh di makananmu Ndraa... Hiiii geli banget deh kalo sampe ketempelan cicak apalagi di pundak."     

"Iya lah Rin, aku aja juga takut kok. Untung aja ada kak Andrew yang nyadar. Hahahaha.. Ow ya kak, Karin baru saja dapet project lho dari pak Lukas."     

"Oh ya? Project apa itu non?"     

"Aku di pilih jadi ketua lomba mading se-Jatim beb. Hehehehe.. Terus lombanya di adakan di ibu kota."     

"Oh ya? Waaahh bagus dong! Kapan mulainya? Mau aku bantuin nggak pas ngerjainnya?"     

"Ya boleh-boleh aja kalau bantuin. Pasti aku juga butuh bantuanmu sihh beeebbb.." Ucapnya manja sambil merangkul lengan kak Andrew.     

"Ya udah kabari aja kalau butuh bantuan oke?" Ujar kak Andrew sambil mengelus kepala Karin di hadapanku.     

[Teng-teng-teng-teng-teng-teng!!!]     

"Udah-udahhhh.. jangan mengumbar kemesraan di sini deh! Bel masuk bunyi tuh! Bikin aku jadi obat nyamuk aja nih kalau sama kalian. Udah ya kak aku balik dulu! Yuk Rin!"     

"Iya beb, kita balik ke kelas dulu yaaa.. Byeeee.." Ucap Karin sambil melambaikan tangannya ke kak Andrew yang juga berjalan menuju ke kelasnya melewati gang kecil di sebelah kantin.     

"Ow ya Ndra, besok mulai kumpul ke ruang baca ya buat nentuin sketsa mading yang akan kita bawa nanti." Ucap Karin saat menaiki anak tangga menuju ke kelas.     

"Iya rin. Emangnya jam berapa mau kumpulnya? Terus temanya apa?"     

"Uhmmm... Besok kan udah hari Jum'at tuh, ya sepulang sekolah aja gimana? Kamu bisa kan? Nggak ada les atau apa gitu sepulang sekolah besok?"     

"Uhmmm.. besok nggak ada sih. Biasanya emang ada les, sore, tapi kebetulan besok juga lesnya libur."     

"Okelah kalau gitu. Ow ya, tema yang di angkat itu tentang masa depan, bantuin mikir ya mau madingnya gimana konsepnya. Nanti kalau sudah dapat bisa di rundingin bareng-bareng anak-anak yang lainnya. Ya udah Ndra, byyeeee..." Ujar Karin yang langsung melangkahkan kakinya masuk kedalam kelasnya yang sangat dekat dengan tangga utama sekolahku.     

"Okeee.. Byeee Riinnn.."     

("Waduuhh.. mau di buat konsep apa ya? Hmmm... kalau di suruh mikir gini aja nggak ada ide yang mucul. Coba kalau gabut, bisa dapet ide banyak dan gak jelas, gini banget sih nih otak. Haahhhh... nanti aja deh mikirnya gimana, semoga aja dapat ide yang tiba-tiba muncul kaya biasanya.") Gumamku sambil berjalan menuju ke kelas.     

Saat aku sedang berjalan menuju ke kelas, tiba-tiba ponselku bergetar dan langsung saja aku mengambilnya dari saku dan melihat siapa yang mengirimiku pesan siang itu.     

"Siapa ya yang kirim pesan? Perasaan kalau jam segini tuh jarang banget ada yang ngechat aku." Gumamku sambil membuka layar ponsel yang berada di tanganku.     

Terlihat di sana tertulis nama kak Andrew yang baru saja mengirimiku pesan, dengan hati-hati dan memperhatikan sekelilingku aku membuka pesan yang baru saja aku terima.     

13.02 PM ["Ndra, tadi kok bisa sih barang gituan nempel di kamu? Emang kamu abis ngapain?"]     

13.04 PM ["Heh kak! Nggak masalah ya kamu kirim pesan ke aku kaya gini? Nanti kalau Karin tahu gimana? Apa dia nggak cemburu?"]     

13.04 PM ["Nggak apa kok. Kenapa? Lagian kan emang aku dari awal sudah kenal kamu dan kamu teman rasa adik yang aku punya. Hehehehe.. Heh! itu jawab dulu kenapa kok bisa?!"]     

13. 07 PM ["Ya itu barang halus ngikut dari lab kimia mungkin. Soalnya tadi di lab ada cewe rambut sepundak gitu duduk di bangku yang mau aku dudukin, sampai-sampai aku kena tegur sama pak Toni."]     

13.08 PM ["Hahahahaha... Guru itu tuh baik banget sumpah! Tapi kalau sampai negur itu berarti sangat mengganggu waktu dia ngajar. Hahahahahaha.. Tapi nggak usah takut lah Ndra, guru itu gak main nilai kok kalau kaya hal begituan. Hmm... hantu lab kimia ya? Aku kok nggak pernah lihat ya? Yakin tuh hantu dari lab kimia? Atau jangan-jangan tuh hantu emang lagi mau nempel sama kamu entah dari mana? Karena tertarik sama kamu mungkin? Hahahaha.."]     

13.09 PM ["Heh kak! Jangan ngadi-ngadi deh kalau ngomong itu yaaaa!!! Kok bisa dia tertarik sama aku gituuu??? Orang aku nggak lagi halangan juga. Ow ya yang masalah Dito itu maksudnya kakak gimana? Kalau aku sih benernya nggak yakin banget hubunganku sama Dito sih kak. Gimana dong?"]     

13.10 PM ["Ya kan hantu itu tertarik sama kita-kita bukan karena ada halangan atau nggak Ndraa.. Lah aku cowok masih juga di ikutin kemanapun aku pergi. Gimana hayo?! Mungkin aroma yang kamu miliki atau bisa jadi tuh hantu mencoba berkomunikasi sama kamu. Soalnya tadi waktu aku deketin 'dia' nggak bilang apa-apa sih. Nggak berontak juga waktu aku usir. Tapi ya sudah lah nggak usah di pusingin, iseng kali tuh hantu."]     

13.11 PM ["Nanti sore aja aku main ke rumahmu ya! Sekalian aku kasih tahu tentang kamu sama Dito. Ya kalau kamunya mau ketemu sama aku, dan kamu nggak sibuk."]     

13.15 PM ["Yayayayaya... oke deh. Kakak ke rumah sama Karin juga?"]     

13.16 PM ["Nggak deh. Aku ke rumahmu sendirian aja dulu. Nanti di waktu yang tepat aja kamu baru ceritain ke Karin masalah kamu deket sama Dito. Bye!"] Tulis kak Andrew pada pesan terakhirnya yang ingin bertemu denganku di rumah sore nanti. Rasa penasaran dan bertanya-tanya timbul dalam hatiku dan membuatku kepikiran di sepanjang sisa pelajaran hari ini. Aku juga hendak membalas pesan dari Dito sedari pagi pun aku urungkan berkali-kali, aku merasa takut untuk melangkah meskipun hanya membalas pesannya. Aku takut untuk membuat Dito menjadi terlalu berharap padaku, begitupun diriku.     

[Teng-teng-teng-teng-teng-teng-teng-teng-teng-teeeengggg!!!]     

Suara bel pulang sekolah berbunyi, suara sorakan anak-anak dari lantai satu hingga lantai dua pun terdengar sangat riuh, seketika itu juga semua materi pembelajaran berhenti dan seluruh anak di kelasku pun bergegas untuk pulang. Suara derik bangku sekolah yang di dorong mundurpun terdengar di mana-mana, serta suara langkah kaki yang meninggalkan kelas terdengar sangat keras hingga perlahan suara tersebut menghilang. Aku melihat tinggal beberapa anak masih belum pulang, mereka terlihat sedang asik bermain game di ponselnya. Saat itu akupun belum ingin pulang dan masih bersantai di bangkuku sambil memperhatikan ponselku yang masih menyala dan aku taruh di atas meja.     

"Uhmm... aku balas pesannya Dito sekaranga atau nanti waktu sudah di rumah ya? Jadi galau kan?? Tapi kalau aku nggak balas sekarang, jadi nggak enak sama Ditonya.. Hmmm... udahlah di balas aja." Gumamku sambil meraih ponselku dan mulai membalas pesannya jika aku sudah pulang sekolah sekarang.     

15.10 PM ["Haii Diitt.. Sorry baru balas ya, ini aku baru aja pulang sekolah. Hehehe.."]     

"Udah gini aja deh balasnya, kalau dia tanya jadwalku ya nanti aku jawab di rumah aja. Sudah hampir jam setengah dua juga, pulang ah, kasian pak Daud pasti sudah tunggu aku lama di depan." Ucapku sambil langsung bergegas meraih tas ku dan berlari keluar kelas meninggalkan teman-temanku yang masih saja bermain game di kelas.     

[Drrt! Drrrt!]     

"Ah, ada pesan masuk. Apa Dito yang balas pesan ku ya sudahan? Coba cek ah." Gumamku yang akhirnya sambil berjalan dan melihat ke layar ponselku.     

15.15 PM ["Hai Ndra! Akhirnya balas juga. Hahahaha... Udah aku tungguin dari tadi balasan pesanmu, sekarang pasti sudah pulang sekolah ya? Apa belum? :D"]     

15.17 PM ["Hehehe.. Iya ini baru aja pulang sekolah, mau pulang ke rumah. Maaf ya tadi pesanmu belum sempat aku balas, dan baru aku balas sekarang malah.. :("]     

15.18 PM ["Hahahaha.. Gak apa kok. Aku juga ngerti, namanya juga masih sekolah, ya harus di utamain sekolahnya dululahh.. Kalau balas pesanku ya setelah kamu pulang sekolah atau pas di skolah kamu senggang gak apa kok. Hehehehe.. Hati-hati ya di jalan.. Kabari kalau sudah nyampe rumah yaa.. :D"]     

15.18 PM ["Oke. Bye.. :D"] Balasku pada pesannya yang terakhir dan aku langsung saja berlari kembali ketika sudah di tenagh-tengah halaman sekolahku yang cukup luas agar aku bisa cepattiba di rumah dan bisa beristirahat sejenak sebelum kak Andrew main ke rumah.     

Siang itu akupun langsung pulang di antar oleh pak Daud seperti biasa menggunakan motor ojeknya. Hari itu cukup panas, teriknya matahari terasa hingga ke kulit seakan hendak membakar kulit lenganku yang saat itu lupa membawa jaket untuk melindunginya dari panasnya sinar matahari. Yah.. namanya juga musim panas, semakin siang semakin panas. Nggak heran kebanyakan orang saat musim panas selalu minum yang dingin-dingin atau sering mandi agar tubuh terasa sejuk dan dingin. Bajuku mulai terasa basah, keringat di punggungku mulai bercucuran dan tubuhku terasa lebih lengket dari pada biasanya. Aku sudah merasa nggak betah dan ingin rasanya untuk segera tiba di rumah dan mandi.     

"Pak. agak cepetan dikit ya pak." Tuturku pada pak Daud yang membawa motor ojeknya dengan sangat santai. Iya sangat santai. Selama di jalan ia hanya membawa motornya 40km/jam nggak bertambah sedikitpun di speedo meternya dan baru saja ia naikkan kecepatannya saat aku meminta lebih cepat.     

Tak terasa hanya 15 menit aku di jalan dan akhirnya aku tiba di rumah.     

"Makasi ya pak Daud. Hati-hati pak." Ucapku mengakhiri pekerjaannya hari ini. Aku langsung saja berlari membuka pintu gerbang rumahku dan dengan cepat masuk ke dalam rumah yang terasa sejuk dari dalam.     

Menyapa mama yang sedang duduk santai di ruang keluarga sambil menonton acara talk show kesukaannya, aku berlari dengan cepat masuk ke dalam kamar. Bergegas mandi agar tubuhku yang terasa lengket ini menjadi bersih dan harum. Setelah mandi, sambil menunggu kak Andrew datang main ke rumah, aku mengambil seporsi kue yang ada di lemari pendingin dan menikmatinya di kamar serta di temani dengan buku-buku komik yang ingin aku baca siang itu. Hingga tak sadar aku tertidur sampai sore.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.