The Eyes are Opened

Hantu Penunggu Asrama Guru



Hantu Penunggu Asrama Guru

0Hari berganti dengan sangat cepat, tak terasa sudah tiga hari aku tak bersekolah setelah kejadian hari itu dan sekarang sudah hari jumat saja. Memang rasanya sangat senang tak bersekolah, seakan mendapatkan libur sekolah yang cukup lama. Namun lama-lama juga kangen dapat bersekolah dan bisa bermain dengan teman-teman kembali seperti sedia kala. Aku hanya dapat bertemu dengan teman-teman jika pergi ke tempat les cik Shinta saja, selain itu aku juga jarang sekali bisa bermain dengan bebas seperti di sekolah. Hingga akhirnya aku memutuskan pergi ke sekolah saat sore hari bersama Karin dan beberapa anak yang lainnya.     
0

"Halllooo?? Riiinn??" Tanyaku saat menelepon Karin siang itu.     

["Hallooo!! Ndra!! Nanti jadi kan mau main ke sekolahan?"]     

"Iya jadiii.. Makanya ini aku telepon kamu. Jam berapa?"     

["Hmm.. gimana kalau jam tiga sore aja Ndra? Mau nggak kamu?"]     

"Oke deh. Aku nanti berangkat naik sepeda aja. Sekalian olahraga."     

["Oke Ndraaa... Eh, nanti jemputen aku ya sebelum ke sekolah. Nanti ke sekolah bareng-bareng aja. Aku juga bawa sepeda nanti.."]     

"Iya. Ya udah aku tak tidur siang dulu ya Rin.. Hehehehe.. Nanti aku berangkat ke rumahmu setengah tiga'an."     

["Oke deehhh.. Byyeee Ndraaa.."] Ucapnya sambil mengakhiri telepon kami siang itu.     

Setelah menutup telepon dari Karin, aku langsung merebahkan badanku ke atas tempat tidur dan benar saja tak lama aku langsung terlelap. Waktu terasa sangat lama ketika aku tertidur, detik jam dindingpun yang awalnya terdengar sangat jelas saat aku tertidur perlahan hilang dan tak terdengar lagi. Suhu kamar yang sangat sejuk di tambah selimut yang sangat hangat membuatku semakin terlelap dalam tidurku hingga tak terasa waktu terus berjalan. Di saat aku terlelap dalam tidurku, aku bermimpi berada di sebuah tempat yang sangat luas dan sepi, terlihat hanya warna kelabu di sekelilingku hingga akhirnya terdapat satu titik cahaya yang bersinar di depanku sangat terang hingga membuatku merasa silau dengan pancaran cahaya itu. Aku menutup mataku dengan telapak tanganku lalu dengan perlahan aku memberanikan diri untuk berjalan maju mendekari sinar cahaya itu. Selangkah demi selangkah aku mendekati cahaya yang sangat terang di depanku hingga akhirnya aku dapat melihat di balik cahaya itu. Terlihat sebuah tempat yang sangat indah, banyak bunga yang tertanam di dalma pot yang berwarna warni di setiap gedung dan rumah di tempat itu. Aku memasuki tempat itu dengan perlahan dan perasaan rasa penasaran yang sangat tinggi namun ada perasaan takut yang juga menyelimutiku ketika aku memasuki tempat baru itu. Tak kutemukan satu orangpun di dalam sana. Tempat yang sangat sepi hingga tak ada satu suara pun di sana. Aku mulai berkeliling di sana hingga akhirnya aku menemukan satu rumah yang terlihat sangat tua dan terlihat rapuh. Aku berjalan mendekati rumah itu dan melewati jalan setapak yang yang awalnya banyak memiliki bunga yang tumbuh di sisi kanan kiri jalan itu hingga beberapa meter mendekati rumah tua yang berada di ujung jalan, bunga-bunga itu terlihat semakin layu dan kering hingga akhirnya tak ada tanaman sama sekali di dekat rumah tua yang saat ini berada di depan mataku.     

Tinggal beberapa langkah aku hendak memasuki rumah tua itu, terdengar suara gemuruh di dalam rumah dan suara retakan kayu yang terdengar sangat kencang di dalamnya. Perasaanku semakin berdebar sambil menelan air ludah aku mengurungkan niatku untuk masuk kedalam rumah itu. Baru satu langkah kakiku mundur kebelakang, terdengar suara langkah kaki yang berjalan mendekati pintu rumah tua itu. Semakin dekat, dan makin lama suara langkah kaki itu menghilang. Tak terdengar satu langkahpun setelahnya. Aku langsung berlari kembali ke dalam kota namun jarak yang kutempuh terasa sangat jauh dan semakin jauh. Langkah kakiku terasa semakin berat hingga akhirnya aku terbangun dari mimpiku. Hawa panas menyelimutiku saat aku bangun dari tidur hingga membuat bantal serta spreiku basah terkena keringat yang keluar saat aku bermimpi. Aku langsung melihat ke ponselku yang aku taruh di atas meja nakas sambil nafas yang masih tersengal-sengal seakan mimpi itu terasa nyata.     

"Hah? Aku berarti tadi tidur cuman satu jam saja? Tapi kok terasa sangat lama banget ya? Mimpi apa'an sih tadi?" Gumamku sambil membayangkan mimpi yang baru saja terjadi.     

"Udah ah, aku mandi aja biar nanti nggak terlalu sore maik ke sekolahnya. Belum lagi nanti harus jemput Karin dulu. Hmmm.. jauh juga ya kalau harus ke rumah Karin.. Lewat mana yaaa.." Gumamku sambil berjalan mendekati kamar mandi.     

"Kamu mau kemana Ndra? Kok jam segini sudah mandi?" Tanya mama yang sedang menonton televisi di ruang keluarga.     

"Andra mau ke sekolahan ma sama anak-anak."     

"Mau ngapain? Kok tumben? Bukannya sekolahmu libur ya?"     

"Iya emang masih libur. Tapi ini anak-anak pada kangen ke sekolah. Jadi pengen main ke sekolah, mau ketemu guru-guru di sekolah. Sudah janjian juga sama beberapa guru kok ma."     

"Ya sudah cepetan mandi dulu deh." Ucap mama sambil berjalan ke dapur untuk ambil minum.     

Setelah selesai mandi, aku langsung berberes dan menyiapkan tas ransel yang akan aku bawa saat nanti ke sekolah. Aku keluar rumah dan mempersiapkan sepeda yang akan aku gunakan. Aku bersihkan agar tak terlihat kotor serta aku periksa ban sepeda yang akan aku gunakan itu.     

"Ndraaaa.... Sudah mau berangkat?" Tanya mama yang memperhatikanku dari depan pintu saat aku masih membersihkan sepeda.     

"Iya sudah kok. Ini bentar lagi mau berangkat." Ucapku sambil merapikan perlengkapan membersihkan sepeda.     

"Ow ya sudah. Hati-hati nanti di jalan. Minggir aja yaa.. Biasanya rame jalanan jam segini. Pulangnya juga jangan malam-malam ya.."     

"Iya maaa... Mungkin nanti Andra nyampe rumah jam enaman." Ucapku sambil mengambil tas ranselku di ata bangku taman.     

"Ya sudah ma.. Andra berangkat dulu yaa.."     

"Iya.. Hati-hati.." Ucap mama sambil melambaikan tangan mengantarkanku keluar rumah.     

Perjalanan menggunakan sepeda dari rumah menuju ke rumah Karin membutuhkan waktu yang lumayan cukup lama. Sekitar hampir 30 menit lamanya waktu yang kutempuh hingga tiba di rumah Karin.     

"Haaahhhh untung aja aku berangkat lebih awal tadi. Nggak nyangka banget kalau jalan raya hari ini padat banget. Padahal kota kecil lho tapi kok macet banget kaya kota besar aja." Gumamku selama di jalan. Terdengar suara klakson kendaraan bermotor yang terus berbunyi di sepanjang jalan hingga membuatku terasa sangat bising di telinga. Aku mengayuh sepedaku ke tepian jalan dan berhenti sejenak, membuka tasku dan mengambil earphone yang sudah ku siapkan dari rumah. Aku memutar lagu dan kembali mengayuh sepeda kembali menuju rumah Karin.     

[Trrrrrr-trrrr-trrrrrr]     

"Halooo??"     

["Kamu di mana Ndra?"]     

"Ini aku di jalan sudah dekat rumahmu. Kenapa?"     

["Eh, kok cepet? Ya udah kalau sudah sampe misscall ya. Aku mau siap-siap kalau gitu."]     

"Iya. Oke."     

10 menit kemudian akhirnya aku tiba di rumahnya Karin dan langsung menguhubunginya.     

"Iyaaaa... bentar Ndra!!" Terdengar suara triakan Karin dari dalam rumah untuk menyuruhku menunggunya sebentar lagi. Aku menunggu di depan rumahnya sambil melihat matahari sore yang sangat indah saat itu. Terlihat tak seperti biasanya. Warna keemasan menghiasi bagian luar matahari yang membuat semakin indah dan cantik ketika dilihat. Ditambah dengan awan putih yang menggumpal bak permen kapas yang sangat cantik di atas sana, serta langit yang mulai berubah warna menjadi pink di ujung sana.     

"Wiihh.. kok bisa sih bagus banget langitnya. Cantik gitu. Enak kalau di lihatin." Gumamku sambil menunggu Karin yang saat itu masih belum keluar dari rumahnya. Tetapi tak berapa lama kemudian aku mendengar suara pintu gerbang yang mulai terbuka.     

"Eh, maaf ya Ndra.. Lama ya?" Ucapnya sambil mengeluarkan sepedanya juga.     

"Nggak kok. Lagian aku dari tadi lihat langit ini lho bagus banget. Jadi gak bikin bosen." Ucapku smabil terus melihat ke arah langit.     

"Iya bagus banget langitnya hari ini. Ya udah yuk berangkat. Yang lainnya tadi bilang sudah nyampe sekolahan." Ucapnya sambil mulai mengayuh sepedanya mendahuluiku dan akupun mengikutinya dari belakang.     

"Emang sama sapa aja Rin nanti di sekolah?"     

"Uhmmm.. Ada Alex anak kelasmu itu, ada Leni, Stefie, Cassandra, Bobbi, uhmmm... ya banyak Ndra.. Aku nggak hafal juga sapa yang ikut. Nanti aja kamu pasti tahu waktu di sekolah." Ucapnya langsung mendahuluiku karena kami akan berjalan di jalan raya.     

Benar saja, saat tiba di sekolahan terlihat beberapa anak dari kelasku dan anak kelas B dan C yang berkumpul di halaman sekolah, beberapa ada yang sudah duduk bersama dengan guru yang tinggal di asrama sekolah. Kami mengayuh sepeda lebih cepat dan langsung memarkirkannya di parkiran sekolah.     

"Eiiii Riinnn!!" Teriak teman-teman sekelasnya saat melihat Karin datang menghampiri mereka.     

"Tumben kamu nggak sama ko Andrew?" Tanya Cassandra yang sudah tiba terlebih dahulu dengan pakaiannya bak putri.     

"Nggak. Ko Andrew ada les hari ini, terus pulangnya ada ngajar musik. Jadi aku nggak minta tolong sama dia. Kasian laaahh.. Eh, kalian sudah dari tadi di sini? Datang jam berapa?"     

"Kita tadi datang sudah dari jam setengah empat sih. Yaa... lu tahu lahhh.. kalau rumah kita ini jauh-jauh semua. Jadi dari pada kena macet orang pulang kerja, kita berangkat lebih awal." Ucap Clarissa.     

"Ohh.. kalian berangkat bareng nih ceritanya?" Tanya Karin.     

"Iya lah.. sekalian nanti mau jalan-jalan pulangnya. Kamu mau ikut nggak?" Jawab Clarissa menawarkan untuk mengajak Karin.     

"Nggak deh. Aku nggak ikut dulu. Hehehe.. mau main ke rumah Dyandra soalnya nanti sepulang dari sini."     

"Oke deehh.."     

Di sisi lain, terlihat beberapa anak laki-laki yang tengah bercanda dan berbincang dengan para guru di depan halaman asrama guru. Aku mendekati mereka dan menemui Frans yang baru saja keluar dari asrama.     

"Wooiii Ndraaa!! Lu naik apa ke sini?" Tanya Alex yang berteriak dari kejauhan sambil melambaikan tangannya.     

"Naik sepeda ke sini sekalian olaharaga. Hahahaha.."     

"Sama Karin ya?" Tanyanya lagi.     

"Iya. Kenapa Lex?"     

"Nggak apa. Eh sini lhoo.. duduk di sini. Ini lho di kasih pak Frans.." Ucap Alex sambil tersenyum melihat ke arah pak Frans.     

"Iya Ndra.. Ambil, ambil lah.. itu traktiran dari saya. Soalnya kalian masih perhatian banget sama guru-guru kalian meskipun nggak ada sekolah beberapa hari ini." Ucap Pak Frans sambil duduk di sebelah pak Kin dan pak Imam.     

"Eh, kalian selama di rumah masih tetap kerja tugas kan yang di berikan?" Tanya pak Frans.     

"Ya masih lah pakk.. masa iya nggak di kerjain, nanti nilai kia nol lagi. Hahahahaha.." Jawab Stefie.     

"Udah lah pak jangan bahas tugas dulu laahhh.. Cerita-cerita apa gitu lhoooo.. yang seru-seruu..." Ucap Leni mengalihkan pembahasan dari pak Frans.     

"Ya, mau cerita apa Len? Atau Leni mau cerita?" Ucap pak Frans sambil tersenyum.     

"Ya bapak aja lahh.. kita mah sukanya mendengarkan aja.. Hahahahaha.."     

"Halahhh.. kalau di suruh kaya gini nggak mau cerita. Kalau di kelas, pas guru ngajar kalian banyak omongnya. Hahahahahaha.." Timpal pak Imam sambil tertawa menggoda kami.     

"Eh pak, tinggal di sini enak nggak pak? Kan sekolahan kalau sudah malem pasti sepi bangettt.. Apalagi kaya gini kondisi sekolahannya?" Tanya Alex tiba-tiba.     

"Ya enak-enak aja lah Lex.. yang penting kita masih ada tempat tinggal buat berteduhnya. Dari pada ngekos ya lumayan mahal sih. Sekalian ngirit Lex.. Hehehehe.." Ucap pak Frans.     

"Lho berarti emang guru-guru yang dari luar kota dapat fasilitas asrama ini ya pak?" Tanya Theo.     

"Iya. Enakkan? Mau nyoba tinggal di sini ta? Enak lho kaya bintang lima. Kalau pagi udah ada yang bikinkan sarapan, ada yang bersihin rumah, kalau mau minum kopi tinggal panggil ada yang anter.."     

"Waahh masa sih pakk??"     

"Iya.. Lex.. kalau nggak percaya cobain deh kamu menginap di sini.. Satu malam aja.. pasti betah. Hahahahaha.." Ucap pak Frans yang terus menggoda Alex.     

"Halah bapak ini gaya betul. Kalau ngomong kaya gini tuh pasti ada apa-apanya kan? Nggak mungkin nggak ada apa-apanya." Timpal Alex yang masih nggak percaya dengan ucapan pak Frans.     

"Hahahahaha.. beneran kok. Enak lho kalau kamu di sini. Kalau kamu ketiduran di ruang tamu juga ada yang bangunin. Hahahahaha.."     

"Ah, masa sih pak?" Ucap Alex dengan wajah polosnya yang masih nggak paham apa yang di maksud dengan ucapan pak Frans terakhir.     

"Emang ada banyak ya pak di sini?" Timpalku tiba-tiba.     

"Apanya yang banyak Ndra? Hahahahaha.. Nggak ada apa-apa kok di sini.." Ucap pak Frans yang masih menutupi apa yang ada di dalam asrama guru ini.     

Memang terlihat seperti biasa saja asrama guru ini dengan bangunan seperti kos-kosan pada umumnya yang memanjang ke samping dengan beberapa kamar dan pintu utama yang terdapat di tengah-tengah bangunan. Terdapat taman kecil yang di hiasi beberapa tanaman bunga dan pohon palem untuk mempercantik taman dan lokasi asrama guru serta tak lupa beberapa lampu taman yang terpasang di beberapa sudut depan asrama agar tak terlihat sangat gelap ketika malam datang.     

"Kamu bisa lihat ta Ndra?" Bisik pak Imam yang duduk tak jauh dari tempat dudukku dan aku hanya menjawabnya dengan menganggukkan kepala saja.     

"Kalian mau dengar cerita horor nggak yang pernah di alami guru-guru yang menempati asrama ini?" Ucap pak Imam tiba-tiba setelah mengetahui aku bisa melihat makhluk tak kasat mata seperti dirinya.     

"Mau pak. Gini lhoo.. jangan bahas sekolahan, pelajaran teruss.. hehehehe.." Ucap Leni dengan semangat mendengarkan cerita dari pak Imam.     

"Ya di sini itu ada penunggunya. Pertama kali kami tinggal di sini itu nggak ada yang tahu kalau ada penunggunya, tahunya pas masa-masa ujian kaya gini, banyak guru yang mau nggak mau harus lembur sampai pagi buat memeriksa hasil ujian kalian. Lalu di satu malam, hanya ada saya, pak Lukas, dan pak Frans yang lembur memeriksa hasil ujian kalian. Uhmmm.. waktu itu sudah tengah malam, sudah hampir jam satu kalau nggak salah. Nah, pak Yoyok itu punya kebiasaan aneh kalau tiap malam, selalu bangun padahal sudah tidur lebih dulu tadi. Terus ke dapur buat bikin mie instan. Nah, waktu itu pak Yoyok kan sudah selesai bikin mie instan lalu makan di ruang tamu bersama kami sambil menemani kami memeriksa hasil ujian kalian. Nah.. pas itu ada suara di dapur kaya panci-panci berjatuhan. Kita semua otomatis terkejut dong suara itu sampai kenceng banget soalnya.. Lalu.. pak Yoyok yang abis makan sekalian ngelihat di dapur ada apa. Perasaan dia setelah masak mie instan semua alat masak di cuci dan di taruh di tempatnya. Di telungkupin gitu di atas saringan cuci piring. Pas selesai cuci mangkoknya, dia lihat itu nggak ada apa-apa yang jatuh atau kenapa-kenapa. Balik lah langsung pak Yoyok nemenin kita sambil nonton televisi malam-malam kann.. Nah beberapa jam gitu terdengar lagi suara yang sama di dapur. Langsung lah saya yang lihat karena penasaran banget. Pas baru mau lihat ke arah dapur, saya terkejut dong ngelihat ada mbak-mbak baju putih dengan rambutnya yang panjang lagi nangkring di atas tembok pembatas dapur sambil goyang-goyangin kakinya. Nah.. saya baru tahu kalau suara itu dari ulah kaki si mbak itu yang terkena panci. Saya cuman berteriak Allahuakbar beberapa kali sampai teman-tem,an yang lainpun mendekati saya dan mereka beberapa ada yang juga bisa lihat dan ada yang nggak. Coba tebak sapa yang bisa lihat mbak-mbak itu?" Ucap pak Imam sambil tertawa.     

"Yang bisa lihat setelah bapak pasti pak Frans kan?" Jawabku sambil memperhatikan pak Frans yang tersenyum malu di balik punggung pak Toni yang baru saja datang.     

"Hahahahaha.. Bener kamu Ndra.. Iya pak Frans yang lihat setelah saya, lalu si mbak itu menghilang terbang ke atas genteng setelah melihat beberapa orang. Nahh.. waktu pak Frans melihat si mbak itu, pak Frans nggak nyadar kalau dia kencing di celana sangking takutnya dan itu yang tahu pak Yoyok ngingetin pak Frans. Saat itu pak Frans malu banget tapi ya ada takutnya dan langsunglari masuk ke kamar baut ganti baju. Besoknya pak Frans nggak mau lembur lagi buat nyelesai'in periksa ujian. Sampe akhirnya ada pak Toni datang dari sore di asrama buat periksa nilai ujian kalian. Sampe akhirnya pak Toni ketiduran di ruang tamu. Lah si mbak ini datang lagi dan sekarang lebih berani. Si mbak masuk ke dalam ruang tamu asrama dan lihat pak Toni yang ketiduran di ruang tamu. Lalu pak Toni mendapatkan belaian kasih sayang dari si mbak sampe nggak bisa bangun. Alias ketindihan itu sampe subuh sebelum sholat subuh. Lah.. saya kan mau ambil air buat sholat tahu ada si mbak yang usilin pak Toni dan pak Toninya juga sudah megap-megap. Langsunglah saya bacain ayat-ayat kursi. Nggak begitu lama si mbak itu langsung ngilang lagi dan nggak berani balik sampe sekarang. Tapi kalau pak Toni waktu itu nggak saya tolong mungkin pak Toni sudah di bawa si mbak ke alamnya." Jelas pak Imam saat itu.     

"Ihhh.. yang bener pak? Kok serem gitu sih?" Ucap Alex yang langsung berekspresi ketakutan mendengar cerita dari pak Imam.     

"Iya. Tapi nggak hanya si mbak aja lhoo.. di sini juga ada tinggal si pak wowo, sama bu ijah." Ucap pak Imam memberi tahu kami sambil tersenyum.     

"Hah? Sapa lagi tuh pak?" Tanya Leni yang penasaran.     

"Yaa... kalian tahu lahh.. pak wowo itu sapa. Saya nggak mau sebut nama langsung, nanti orangnya tersinggung terus saya yang kena. Lalu bu ijah itu ya nama samarannya di sini. Ibu-ibu tua pake kebaya rambutnya di cepol gitu. Sudah tua banget. Kayanya sih beliau penjaganya di sini. Soalnya kalau ada si bu Ijah, anak-anak yang lain pada nggak berani usil di asrama." Jelas pak Imam.     

"Emang kalau pak wowo dan bu Ijah ada cerita apa nih pak?" Tanya Leni yang semakin penasaran.     

"Kamu kok semangat betul si Len? Kenapa?" Tanya pak Imam.     

"Iya senang aja pak dengerin kaa gitu. Jadi pengen bisa lihat mereka." Ucapnya dengan tersenyum.     

"Mau? Saya bisa bukain mata batinmu biar bisa lihat. Tapi saya nggak ada garansinya kalau kamu ketakutan terus mau di tutup lagi lho! Nggak tanggung jawab saya kaya gituan. Hahahahaha.. Masih mau ta Len?" Ucap pak Imam yang terus tertawa menggoda Leni.     

"Nggak jadi deh pak. Makasi. Hahahaha.. Terus lanjutin dong pak ceritanya.."Jawab Leni.     

"Kalau si pak wowo itu nggak ganggu sih benernya, tapi suka berubah wujud jadi guru-guru di sini. Usilnya sih gitu. Perna saya itu lagi duduk-duduk di teras sini ya.. terus ada pak wowo yang berubah jadi pak Kin. Saya tahu kalau beliau bukan pak Kin itu dari baunya. Baunya tuh kaya kentang kukus yang angus gitu lho! Terus pak Kin ini kan nggak ngerokok apalagi minum kopi. Nah.. beliau minta kopi sama rokok ke saya. Saya tahu tapi pura-pura bodoh aja.. Bilangnya minta rokok dong. PEngen ngerokok nih saya. Ya.. saya kasih lah sebatang, terus nyebat bareng di sini. Lah.. nggak lama saya bilang. Sudah kan dapet rokoknya, mau kopi juga bang? Jawabnya, iya saya mau. Nah abis gitu setelah dapet semua, saya bilang lagi, nggak balik ke tempatnya bang? Sudah malam lho. Lalu si pak Kin jadi-jadian ini cuman nganggukin kepalanya lalu berjalan ke dalam asrama, langsung ngilang gitu aja." Jelas pak Imam.     

"Tapi ya nggak hanya itu saja sih. Ada bu Wati yang pembantunya asrama itu sering banget di bawa masuk pas ketiduran di ruang tamu. Bu Wati bilang kalau semalam dia ketiduran di depan, kok pagi-pagi sudah berada di dalam kamarnya. Beliau sampe tanya ke anak-anak asrama dan saat kejadian itu kami semua sudah tertidur dan nggak ada yang bangun di tengah malam, pak Yoyok saat itu pulang kampung, dan beberapa guru yang lain juga nggak ada di asrama. Jadi waktu itu bu Wati langsung ketakutan, karena ternyata ia mengalami hal seperti itu bukan satu atau dua kali. Beberapa kali sudah kejadian dan akhirnya bu Wati nggak mau tinggal di asrama setelah kejadian itu. Beliau memilih tinggal di kosan yang dekat sekolah dari pada tinggal di asrama." Tutur pak Imam mengakhiri ceritanya sore itu. Tak lama kemudian beberapa guru mulai membuka tikar yang sudah di siapkan lalu kami makan bersama di depan asrama guru sambil bercerita hal lain. Sampai tak terasa hari mulai gelap, dan lampu-lampu jalan mulai menerangi gelapnya malam hari itu. Setelah selesai makan bersama, aku langsung berpamitan dengan para guru yang hadir dan ijin untuk pulang terlebih dahulu sebelum semakin malam dan mama mencariku.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.