The Eyes are Opened

Ketempelan (Part 04)



Ketempelan (Part 04)

0Pagi itu terdengar ketukan dari pintu kamarku. Iya. Pagi-pagi saaat jam besuk baru di buka terdapat orang yang mengetuk pintu kamarku. Aku kira papa yang datang untuk bergnatian jaga dengan mama, namun saat mama membukakan pintu ternyata bu Maria dan pak Andi yang datang menjenguk setelah kemarin bu Maria hampir seharian tak kembali lagi menjagaku. Beliau banyak bercerita tentang kejadian yang di alami teman-temanku yang lainnya di penginapan. Salah satunya ada satu anak yang mengalami kerasukan makhluk halus yang ikut sejak kami berada di gunung Lawu. Bu Maria tak ingin menyebutkan nama anak yang mengalami kerasukan itu, entah apa alasannya beliau sama sekali tak menyebutkan satu nama sekalipun. Setelah kami berbicang kurang lebih 15 menit, bu Maria dan pak Andi ijin untuk pergi ke tempat ICU dimana Via di rawat dan mereka meninggalkan kamarku di sambut dengan temna-temanku yang ikut datang menjenguk.     
0

Senang sekali dapat melihat teman-temanku kembali. Setelah beberapa hari di rawat di rumah sakit sejak kejadian sore itu di gunung Lawu mereka hanya dapat melihatku dari jauh meninggalakan gunung Lawu menggunakan mobil ambulance.     

"Andraaaa!!!" Teriak Claudi dari depan pintu dengan nada yang sangat keras.     

"Heh! ini di rumah sakit! BUkan di lapangan! Manggil Dyandra kencang sekali sih kamu Di!" Tegur Alex saat mereka masuk ke dalam kamar rawatku.     

"Pagi tanteee.. kami teman-teman sekelasnya Dyandra. Kecuali ini tante bukan sekelas." Salam Alex yang memeprkenalkan diri pertama kali melihat mama yang sedang berdiri di depan pintu kamar mandi dan menunjuk Karin yang berada di depannya.     

"Heh! bisa-bisanya kamu bilang gitu lex! Awas aja kamu kalau minta makanan ke aku nggak aku kasih lagi!" Ucap Karin yang gemas dengan tingkah Alex yang rese' sedari pagi.     

"Hahahahahaha.. Iya-iya selamat pagi anak-anak.. Ayo masuk dulu.. Iya tante sudah mengenaal kalian kok.. Masih ingat kan yang kita bertemu di rumah sakit gotong royong saat miss Jenny guru les kalian sakit?"     

"Ohhh iya ya.. kok nggak ingat ya kalau kita sudah bertemu sebelumnya. Dong-dong deh!" Timpal Alex sambil menepuk jidatnya. Melihat tingkah laku Alex yang seperti itu mama hanya tersenyum memandangnya.     

"Ow ya te, Dyandranya ada kan?" Tanya Alex.     

"Itu anaknya lagi rebahan di sana." Ucap mama sambil menunjuk ke arahku.     

"Ndraa! Dyandra! Woy! Kamu jangan sembunyi! Sini lhoooo ada temanmu datang kok kamu malah tiduran sih!" Celoteh Alex yang sedari tadi nggak habis-habisnya membuat kami semua tersenyum.     

"Dasar t*l*l! Itu Dyandra sedang sakit dan tiduran di kasur woy! Malah di bilang sembunyi-sembunyi! Makanya kalau punya mata jangan sipit-sipit! Nggak keliahatan kaaannn?" Timpal Ruben yang berada di belakang Alex.     

"Heh! Lex sudah lah! Dari tadi gara-gara lu berdiri di depan gue, gue jadi ngga bisa deketin Dyandra nih! Ngomong mulu juga dari tadi! Andraaaaa!!!!" Ucap Claudi sambil mendorong Alex sehingga Alex hampir terjatuh. Kami semua tertawa dan bercanda bersama ketika mereka datang, rasanya kangen banget buat bisa bermain lagi seperti beberapa hari yang lalu. Namun sekarang untuk berjalan saja kondisiku masih belum bisa dan sangat terbatas. Jadi saat ini mereka berusaha untuk menghiburku agar aku tidak merasa kesepian dan sedih melihatku setelah terjatuh dari gunung Lawu.     

"Kalian tadi kesini sama siapa? Bu Maria dan pak Andi?" Tanyaku saat mereka sudah duduk di kursi tamu.     

"Iya kami kesini tadi sama pak Andi dan bu Maria naik mobil elf kemarin. Ow ya semalem di penginapan ada yang kesurupan lho Ndra!" Ucap Alex dengan nada yang menggebu-nggebu.     

"Biasa aja woy kalau ngomong! Nggak usah ngegas gituu sampe mau kasih pengumuman 17 agustusan aja lu!" Timpal Theo mengingatkan dan mama hanya tetawa kecil melihat celotehan teman-temanku saat itu.     

"Iya tadi bu Maria juga cerita kalau ada anak yang kerasukan. Tapi nggak sebut nama dan gender sih.. Emang siapa sih? Kok bisa sampai kerasukan? Bukannya yang bermasalah selama di sana ya itu-itu aja ya?" Ucapku yang semakin penasaran.     

"Uhmmm tapi lu jangan cerita ke orang lain atau nanti waktu di sekolah lu cerita ke kakak-kakak osis lho ya! Kami semua sudah di doktrin sama pak Andi setelah kejadian kesurupan itu untuk menghapus video yang sempat direkam anak-anak selama anak itu kesurupan dan dilarang untuk menyebarkan gosip-gosip tentang hal ini ke anak yang lain baik kakak kelas ataupun adik kelas. Apalagi sampai ke orang di luar sekolah." Ujar Claudi.     

"Lah emang kenapa? Kenapa sampai nggak boleh tersebar oleh orang luar?' Tanyaku yang semakin membuat penasaran.     

"Uhmmm.. mungkin untuk menjaga nama baik sekolah. Soalnya aku smepat dengar baik pak Andi maupun guru yang lain saat berada di penginapan, mereka video conference sama kepala sekolah dan membahas kejadian-kejadian yang di alami selama mendaki maupun kejadian yang di alami sepulang mendaki. Lalu aku nggak tahu kelanjutannya sih. Soalnya waktu itu kedengaran banget suara mereka video converence di kamar pak Andi dan pak Eka saat itu." Ucap Karin.     

Kami yang mendengarnya pun menjadi terdiam dan saling memandang satu sama lain.     

"Udah ah.. nggak bisa ngomong apa-apa aku.. Hahahaha.. Eh, kalian sudah sarapan belum?" Ucapku sambil mengalihkan topik pembicaraan.     

"Ya belum laahhh.." Ucap Theo, Alex dan Ruben bersamaansedangkan Claudi dan Karin hanya terdiam memandang ketiga teman cowok kami tersebut.     

"Kok bisa sih kalian ini ngomongnya barengan gitu kalau masalah makanan.Ckckckc.." Ucapku sambil menggelengkan kepala.     

"Hahahaha.. Ya begitulah teman lu ini Ndra. Kalau soal makanan aja mereka cepat sekali. Padahal tadi sebelum berangkat gue lihat mereka di kafetarianya penginapan buat makan pisanggoreng sama roti bakar deh! Kok bisa-bisanya bilang belum makan!" Ujar Claudi yang semakin gemas dengan tingkah mereka.     

"Heh! Makan pisang goreng dan roti bakar itu cuman ngemil! Belum bisa di bilang makan kalau belum makan nasi tahu nggak Di!" Ucap Alex dengan bangga.     

"Dasar perut indonesia banget sih kalian!" Timpal Claudi lagi.     

Mama yang mendengar semua pembicaraan kami hanya tersenyum dari belakang teman-temanku dan bertepatan papa juga baru datang, akhirnya mama dan papa keluar untuk membelikan kami makan pagi. Di saat mama dan papa keluar dari kamar, mereka baru berani membicarakan tentang anak yang kesurupan di penginapan semalam. Pertama yang membuka obrolan itu adalah Karin yang pertama tahu jika anak itu sedikit aneh dan berubah saat malam itu.     

"Itu lho Ndra, anak kelas C yang terkenal pendiem yang agak aneh itu lhooo. Tahu nggak?" Ucap Karin.     

"Hah? Emang ada ya teman kita yang kaya gitu? Yang mana sih? Namanya?" Tanyaku yang semakin penasaran.     

"Uhmmm namanya siska itu lho!"     

"Siska siapa? Banyak kan Rin yang panggilannya siska?"     

"Siska si cupu itu lho!" Timpal Alex.     

"Ohhh.. terus-terus gimana kok bisa?"     

"Ya ternyata karena sangking diemnya dian dan jadi anak yang nggak terlihat di mata anak lainnya, dia itu tanpa sengaja memetik bunga daisy sewaktu naik ke puncak. Bunga daisy kan kecil banget. Yaaa.. dia metik lalu di buang. Katanya sih gitu. Tapi ternyata hal itu membuat penunggu gunung Lawu menjadi tertarik sama anak ini. Waktu kesurupan itu aja penunggunya nggak mau keluar dari tubuh anak itu kok." Jelas Karin.     

"Emang penunggu yang masuk ke dalam tubuh si Siska ini apa? pak Wowo? Mbak kun? Atau siapa?"     

"Uhmm dari suara yang keluar saat dia kesurupan sih suara nenek-nenek gitu. Kata si nenek dia suka sama si Siska soalnya kasihan sama Siska yang sedirian terus. Pengen memiliki si Siska gitulahh.. uhmm aku juga punya foto yang di gambar pak Eka waktu si siska ini kesurupan." Ucap Karin sambil mengeluarkan ponsel dari tasnya.     

Ia memperlihatkan kepada kami semua wujud dari nenek-nenek yang merasuki teman sekolahku Siska ini. Terlihat dari foto yang di gambar oleh pak Eka terlihat wujud nenek-nenek ini. Dengan rambut yang sangat panjang hingga menyentuh lantai, wajah yang hampir seluruh seluruhnya tertutup dengan rambut yang berwarna putih dan kelabu, sosok itu juga terlihat menggunakan pakaian kebaya yang berwarna merah darah, memiliki kuku yang sangat panjang di setiap jari tangannya dan mata merah menyala memandang dengan sangat tajam sambil menyeringai melihat pak Eka saat ia tahu di lukis. Kami yang melihat foto penampakan itu semuanya langsung bergidik dan ketakutan. Alex yang sedari tadi terlihat berani tentang hal mistis ini pun langsung tak berani melihat foto itu dan mengalihkan pandangannya ke arah televisi yang sedang menyala. Ia memilih untuk melihat televisi dari pada melihat sosok penampakan yang di lukis oleh pak Eka.     

"Ini sebenarnya pak Eka ini siapa sih? Guru pembina pramuka atau paranormal? Kok bisa lihat hal-hal ghaib lah, memulihkan orang-orang yang kesurupan lah." Ujar Ruben yang masih terus melihat ke arah foto lukisan itu.     

"Ya mungkin aja pak Eka memang memiliki kemampuan khusus kaya gitu kan bisa aja. Setiap orang kan punya kemampuan beda-beda yang di berikan oleh Tuhan." Ucapku sambil teringat kejadian semalam.     

"Tapi pak Eka nggak cuman nggambar itu aja lho selama di penginapan kemarin. Banyak banget yang ia lihat dan di curahkan ke dalam lukisan kaya gitu. Terutama saat kita mendaki kemarin, beliau banyak banget menggambar penunggu-penunggu gunung Lawu. Pak Eka bilang di gunung Lawu itu banyak banget penunggunya. Dari yang berwujud manusia biasa, karena arwah gentayangan yang mati tersesat di gunung Lawu, sampai makhluk-makhluk jadi-jadian pun banyak di sana. Yaaa.. sejenis siluman gitu. Ada beberapa makhluk yang ia ingin gambar saat di gunung Lawu tapi 'mereka' tak menyukai jika di lukis di dalam lukisan tersebut sehingga 'mereka' marah pada pak Eka. Jadi ya nggak sempat semua di gambar sama pak Eka." Ucap Karin menjelaskan.     

"Kok lu tahu banyak sih Rin? Emang lu selama di penginapan ngelihatin pak Eka menggambar?" Tanya Claudi.     

"Ya nggak juga... Pas itu kebetulan aja.. pak Eka sedang ada di balkon penginapan, aku yang waktu itu sedang jalan-jalan nggak sengaja melihat pak Eka di sana. Ya aku deketin. Pas tahu kalau pak Eka sedang nggambar kaya gitu aku duduk di sebelahnya. Lalu pak Eka cerita banyak deh tentang gambarannya." Ujar Karin.     

Setelah mendengar cerita dari Karin, tak lama mama dan papa datang dari membeli makan untuk kami semua. Akhirnya pagi itu kami makan nasi bungkus yang sudah di belikan papa bersama-sama tanpa membahas kembali hal yang kami lihat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.