The Eyes are Opened

Penunggu Motel Tua (Part 03)



Penunggu Motel Tua (Part 03)

0[Cyiipp-cyiip-cyiip-cyipp]     
0

[Kukuruyuuuukkk]     

[Srek-Sreek-sreekk]     

Terdengar suara ayam berkokok dan burung yang berkicau dari balik jendelaku serta suara orang yang sedang menyapu halaman di balik jendela kamarku. Aku terbangun dari tidurku, melihat ke arah layar ponsel yang terletak di sebelah bantalku dan memperhatikan jam di ponsel.     

"Hooaaammm.. Sudah jam enam pagi? Hmmm... pagi-pagi gini sudah ada yang bersih-bersih ya?" Gumamku yang masih tak sanggup untuk membuka mata lebar-lebar. Aku melihat ke arah kanan terlihat kakak yang masih tertidur dengan pulas. Ingin rasanya tidur lebih lama lagi namun apa daya suara sapu lidi membuatku tak dapat tidur kembali dengan nyenyak. Akhirnya aku memutuskan untuk beranjak dari tempat tidurku dan membuka jendela yang terletak dekat tempat tidur kakak.     

[Srrreeeeekkk!]     

"Waaahhh ternyata belakang kamar ini ada sebuah taman bunga yang sedang bermekaran. Cantiknyaaaa.." Ucapku sambil terpana melihat berbagai jenis bunga yang sedang bermekaran dan sangat indah.     

Aku berlari ke wastafel yang terletak di dalam kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigiku, lalu merapikan rambutku yang berantakan. Membangunkan kakak yang mulai terbangun dari tidurnya untuk ku ajak jalan-jalan pagi melihat indahnya pemandangan pagi di penginapan ini.     

"Kaaakkkk.. Ayo bangunnn.. Ayo jalan-jalan.." Ucapku membangunkan kakak dengan nada yang sangat pelan agar ia ta terkejut saat bangun.     

"Heeeemm? Aku masih ngantuk. Kamu aja sendiri yang jalan-jalan. Masih malas. Dingin." Ucap kakak yang menarik selimutnya untuk tidur kembali.     

Hawa dingin menembus masuk ke dalam kamar melalui celah-celah dinding yang terbuat dari bambu yang di anyam, sehingga di penginapan ini tak ada yang menggunakan pendingin ruangan di setiap kamarnya. Hampir seluruh bangunan kamar di penginapan ini menggunakan dinding yang di anyam dari bambu, seperti rumah penduduk di sini, sehingga bangunan ini sangat ramah dengan lingkungan.     

Setelah bersiap-siap aku mengambil jaket yang tergantung di lemari kayu dekat pintu masuk dan aku memutuskan untuk jalan-jalan pagi sendirian. Suasana penginapan masih terasa sepi dan sunyi pagi itu. Hanya beberapa orang yang berolahraga pagi di dekat gazebo taman dan sebagian pegawai membersihkan penginapan ini dari daun-daun yang rontok dari semalam. Aku mulai berkeliling dari lobi depan hingga seluruh taman yang ada di penginapan ini. Ternyata penginapan ini benar-benar sangat luas lahan yang di milikinya. Tepat di belakang kamarku terdapat taman bunga mawar, bunga anggrek, bunga aster dan beberapa bunga lainnya yang sangat cantik dan berbagai macam warnanya. Aku sangat terpana dengan taman bunga yang terdapat di penginapan ini, sangat indah dan serasi dengan penginapan yang sangat hijau dan asri. Aku menyusuri jalan setapak yang terdapat di dalam taman bunga ini dan menemukan jalan setapak lagi menuruni lereng kecil di belakang taman bunga ini. Aku terus berjalan satu demi satu anak tangga yang terbuat dari batu hingga aku mendengar gemercik air yang mengalir di dekatnya. Aku semakin penasaran pada suara air itu dan mulai mendekatinya pelan-pelan. Tak ada satu orang pun yang berjalan atau berada di dekatku saat itu hingga akhirnya aku menemukan sumber air yang membuatku penasaran. Aku menghampiri sumber air itu dan mengulurkan tanganku kedalamnya. Air yang sangat dingin sedingi es dan sangat jernih sehingga aku dapat melihat dasar dari sungai itu. Perasaan tenang dan senang berada di dekat sungai itu membuatku ingin membilas kakiku ke dalam air itu. Aku mulai memasukkan satu kaki kiriku ke dalam air sungai yang dingin lalu memasukkan kakiku yang lainnya. Aku sangat menikmati dinginnya air sungai saat itu dan terus memandang di bawah kakiku. Tak lama aku bermain air di sana terlihat beberapa ekor ikan kecil berenang di sela-sela bebatuan yang terdapat di sungai dan mulai mendekati kakiku. Aku sangat menikmatinya pagi itu. Melihat ke sekeliling sungai yang masih di tumbuhi pohon-pohon besar dan pohon cemara yang tumbuh menjulang tinggi dengan aromanya yang sangat khas sehingga menambah kesegaran pagi itu. Namun di saat aku masih menikmati indahnya pagi itu di tepi sungai, aku mulai merasakan ada sesuatu di belakangku. Seperti ada orang yang sedang mengawasiku dari kejauhan. Aku menoleh ke belakang, namun tak ku dapati seorangpun di sana. Aku bermain air lagi dan menikmati indahnya matahari yang mulai mengintip di celah-celah pohon cemara di seberangku. Aku mulai memberanikan diri untuk turun kedalam air sungai yang tak terlalu dalam itu, menggulung celana tidurku setinggi lutut dan memulai menyusuri sungai dengan kedua kakiku. Sangat dingin dan aliran air perlahan mulai deras. Aku berdiri di dekat pinggiran sungai untuk menikmatinya, dan lagi-lagi aku merasakan ada orang yang mengawasiku dari balik pohon di belakangku. Aku mulai merasa tak nyaman dengan keadaan ini dan memutuskan untuk naik kedaratan dan kembali ke kamar.     

Aku melihat ada jalan setapak lagi di sepanjang sungai saat hendak kembali ke kamar, rasa penasaranku bergejolak ingin menelurusinya, namun aku juga merasa takut jika berjalan ke arah yang belum tahu ujungnya. Apalagi aku sudah merasa dua kali di perhatikan oleh seseorang dari balik pohon sana. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke kamar dengan jalan setapak yang lebih landai untuk di lewati. Berjalan langkah demi langkah dan pelan-pelan memastikan tidak ada orang yang mengikuti dari belakang. Aku beberapa kali juga melihat ke sekelilingku untuk memastikannya lebih lagi. Di saat di tengah-tengah bukit aku berjalan, aku mendengar suara langkah kaki yang mulai mendekatiku dari belakang. Aku merasa takut karena di situ hanya ada aku sendiri, melihat ke atas dimana penginapan itu masih jauh dari tempatku berdiri. Aku mulai melihat ke sekitarku untuk mencari alat keamanan untuk membela diri jika ada orang yang ingin berbuat jahat padaku. Aku menemukan sebatang dahan pohon yang terjatuh di tanah, tak terlalu besar, namun cukup kuat jika untuk memukul sesuatu. Aku mengambilnya dan memegangnya erat-erat. Jantungku berdegup kencang seakan aku telah berlari beberapa kilo meter. Nafasku pun ikut mulai cepat hingga aku dapat mendengarkan setiap aku menarik dan mengembuskannya. Aku mulai berjalan kembali dengan sesekali melihat kebelakang hingga akhirnya aku mendengar suara dahan patah yang terinjak di belakangku. Aku berhenti untuk menoleh kebelakang dan berteriak mencari siapa disana.     

"HEY!! Siapa itu!!" Teriakku memastikan, namun tak ada suara yang membalas teriakanku.     

Aku berjalan kembali dengan sikap waspada dan lagi-lagi terdengar langkah kaki yang semakin dekat denganku dan seakan-akan bersembunyi di balik pohon cemara yang tumbuh besar di dekat sini.     

"Hey!! Siapa itu!! Keluar Nggak!! Atau mau kutimpuk dengan batu yang sedang ku pegang!!" Teriakku sambil mengambil sebongkah batu di bawah kakiku. Jantungku berdetak lebih kencang dari sebelumnya dan aku mulai khawatir dengan keadaanku. Aku memutuskan untuk berjalan lebih cepat agar terhindar dari orang yang sedang mengejarku dan cepat kembali ke penginapan. Suara langkah kaki yang membuntutiku pun terdengar mengikutiku dengan berlari di belakangku, lalu di saat di depanku ada pohon besar, aku memutuskan untuk bersembunyi di balik pohon itu dan menunggu orang yang mengikutiku mendekat.     

Dan benar saja, orang yang mengikutiku secara diam-diam itu berlari mengejarku hingga tak menyadari jika aku bersembunyi di balik pohon besar. Saat aku hendak memukul orang yang mengikutiku, betapa terkejutnya aku melihat orang itu ternyata kak Dita yang mencoba mengerjaiku. Kami berteriak karena terkejut dan hampir saja tongkat kayu yang kupegang melayang memukul kepala kak Dita saat itu. Aku kesal dan marah dengan sikap kak Dita yang membuatku takut itu, sedangkan ia tertawa terbahak-bahak melihatku yang terkejut.     

"Iiiihhhh!! Kakak kalau bercanda itu keterlaluan tahu nggak!! Gimana kalau itu memang orang jahat yang mau mencelakaiku? Dan bagaimana kalau aku benar-benar memukul kepala kakak jika nggak menyadarinya?!" Omelku di sepanjang perjalanan menuju penginapan sambil di ikuti kak Dita di belakang yang masih tertawa melihatku ketakutan.     

"Hahahahahaha.. Yaaa.. maaf lah deekkk.. Abisnya kamu tadi kakak panggil-panggil di taman bunga dekat kamar nggak ngejawab sih.. Ya akhirnya kakak ikutin kamu diam-diam.. Hehehehe.."     

"Tadi Andra bangunin buat ajak kakak jalan-jalan nggak mau! Sekarang usilin Andra sampai jantungan! Kalau Andra ada apa-apa gimana? Mau tanggung jawab?" Omelku yang terus-terusan tak henti hingga berada di depan kamar, sampai mama dan papa yang sedang duduk bersantai di taman bungapun heran dengan sikapku yang marah-marah sepulang jalan pagi.     

"Ada apa Dit? Kok adikmu ngomel-ngomel sih pagi-pagi?" Tanya papa pada kak Dita yang lewat di depannya.     

"Ittuuu tadi Dita ngikutin Andra ke sungai di bawah penginapan ini, tapi Dita sembunyi di balik pohon, sampai akhirnya Andra ngira ia di ikutin orang jahat sampe-sampe bawa batu sama dahan pohon buat nimpuk Dita. Hahahahaha.." Terang kak Dita pada mama dan papa.     

"Ihhh bahaya kamu ini kak.. Kalau beneran ada apa-apa sama kamu dan adekmu gimana? Apalagi di sini nggak ada CCTV ataupun orang yang tahu kalian ada dimana? Jangan kaya gitu lagi kak. Bahaya. Kalian sudah sarapan?" Ujar mama yang menasehati kak Dita pagi itu.     

"Belum ma. Emang ada di mana ruang makannya? Terus menunya apa?" Tanya kakak.     

"Ada di belakang sana. Kamu tinggal ikutin aja jalan ini terus kebelakang, sampai ada papan tulisan ruang makan. Nah di situ ruang makannya. Menunya ada nasi goreng, Nasi jagung, ubi kukus, jagung rebus, sama bubur ayam kalau nggak salah." Ucap mama menjelaskan.     

"Terus mama papa makan apa tadi?" Tanya kak Dita lagi.     

"Kami makan nasi jagung sama ubi bakar. Enak lho kak ubinya. Manis banget." Timpal papa.     

"Lha tadi bilangnya ada ubi kukus, kok sekarang ada ubi bakar?"     

"Ya tadi papa minta ubi yang di bakar, ternyata bisa. Ya udah deh.. hahahaha.. Udah gih sana mandi-mandi dulu terus ajak adikmu sarapan. Jangan usil-usil sama adikmu, tahu kak!" Ucap papa.     

"Iyaaaa iiiyaaaa.. Ya udah Dita mau balik kamar dulu." Ujar kakak yang berjalan meninggalkan papa dan mama di taman.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.