The Eyes are Opened

Bunga Bersemi Namun Bukan Untuk Ku (Part 03)



Bunga Bersemi Namun Bukan Untuk Ku (Part 03)

0Malam ini terasa sangat panjang untukku. Hampir semalaman aku tak dapat tidur dengan nyenyak, namun mengetahui kejadian hari ini membuatku lebih bersyukur dengan kehidupan yang aku jalani. Aku mulai memejamkan mataku agar aku dapat tidur dan bangun dengan kondisi yang segar. Aku perlahan mulai terlelap dan diriku mulai memasuki alam mimpi hingga tak terasa saura burung berkicau di depan kamar, menandakan fajar sudah menyingsing. Aku merasa malam itu aku tidur hanya beberapa jam saja. Mataku sangat berat untuk ku buka. Mama yang telah bangun lebih awal, memasuki kamarku dan membuka jendela kamar kami lebar-lebar agar udara pagi masuk dan sinar mentari menghangatkan ruangan kami. Kakak yang tertidur di sebelahku akhirnya terbangun dan beranjak dari tempat tidur sambil berjalan dengan sempoyongan.     
0

"Ndraaa... kamu nggak bangun? Sudah jam setengah delapan lho!" Ucap mama yang sedang merapikan kamar kami yang berantakan.     

"Hmmm.. masih ngantuk ma.." Ucapku yang masih enggan untuk membuka mataku dan memilih untuk menutup kembali badanku dengan selimut.     

"Deeeekkk!! Ayo bangun! Temeni kakak renang yuk! Biar seger, nggak bikin bosen di kamar mulu." Ucap kakak yang sambil mengoyang-goyangkan badanku agar aku cepat bangun. Lalu di saat aku mulai membuka mataku dan teringat dengan janji dengan kak Andrew yang mengajakku berenang pagi ini akhirnya dengan malas aku membuka selimutku dan bangun dari tempat tidur.     

"Naaahhhh.. gitu dong.. bangun.. Kalau tidur terus malah nanti jadi badmood lho!" Ujar kakak yang tengah menyiapkan pakaian renangnya.     

Aku berjalan dengan lambat menuju kamar mandi untuk mencuci mukaku dan bersiap-siap. Mengambil kimono handuk yang tergantung di lemari baju, menggunakan pakaian renang dan perlengkapan renang lainnya.     

"Sudah selesai? Yuk turun."     

"Iya ini sudah selesai." Ucapku yang sudah menggunakan baju renang yang aku tutupi dengan kimono handuk berjalan keluar dari kamar mandi menyusul kakak yang sudah menunggu di depan pintu.     

"Kamu mau pakai kaya gini ke kolam renang? Kok nggak pakai baju biasa aja dulu?"     

"Udah ahhh.. gini aja juga sama aja kan? Toh aku juga nggak telanjang bulat kok. Masih pakai baju renang."     

"Terus bajumu buat ganti nanti?"     

"Nih!" Ucapku sambil menunjuk ke dalam tas.     

"Hmmmm.. ya sudah deh. Yuk ah keburu siang nanti tambah rame. Maaa.. paaaa... kita renang dulu yaaa.."     

Aku berjalan menyusuri lorong hotel hingga ke depan pintu lift yang menghubungkan hingga ke kolan renang. Pagi itu aku terdiam tak mengucapkan apapun selama di dalam lift. Setiap orang yang masuk dan keluar lift yang aku gunakan semuanya memandangiku aneh. Yaaahhh... mungkin karena aku hanya menggunakan kimono handuk keluar kamar, tapi masa bodoh yang penting aku tidak membuat malu.     

"Dek are you okey?" Tanya kakak memastikanku yang sedari tadi terdiam tanpa mengajaknya bicara.     

"Iya aku nggak apa kok kak. Cuman lagi ngumpulin nyawa aja." Ucapku yang sedang berjalan menuju kolam renang.     

Pagi itu kolam renangnya sangat seppi dan hampir tak ada pengunjung yang berenang, bisa juga karena ini masih sangat pagi dan hawa di pagi hari juga sangat dingin. Aku melakukan pemanasan bersama kakak sebelum masuk ke kolam agar tidak terjadi kram selama berenang nanti. Selesai pemanasan, aku mulai membasahi badanku sebagian lalu menyelamkan diriku ke dalam kolam yang dalam. Kakak masih di atas kolam, ia sibuk dengan lotion sunblocknya agar tidak terbakar selama berenang. Tak lama kemudian kak Andrew datang bersama keponakan dan sepupunya yang juga ikut berenang bersama. Aku yang masih asik berenang tak mengetahui jika kak Andrew telah datang.     

"Halo kak. Sendirian aja?" Tanya kak Andrew pada kak Dita yang sedang bersiap-siap hendak turun ke dalam kolam.     

"Oh, halo.. nggak kok ini sama Dyandra. Tuh anaknya sudah nyebur duluan dari tadi. Kamu sama siapa?" Tanya kakak basa basi.     

"Oh.. ini sama keponakan dan sepupuku.. Yaaahhh karena aku saudara yang paling gede di keluarga dan anak paling bontot, yaaa mau gimana lagi kalau harus jadi baby sitternya mereka. Hahahaha.."     

"Hahahaha.. iya sih emang kalau kita anak paling bontot selalu jadi korban baby sitternya anak dari saudara gak sih.. Hahahaha.. Ya udah yuk masuk ke kolam dulu yaaa.."     

"Iya kak. Aku bentar lagi juga nyusul setelah anak-anak ini siap semua. Hahahaha.."     

Kak dita yang sudah mulai berenang menghampiriku di kolam yang sangat dalam dan memberi tahuku jika kak Andrew juga ikutan berenang pagi ini. AKu yang mendengarnya langsung menanyakan dia dimana saat ini dan aku memastikan ke kakak apakah aku perlu menanyakan perihal fotonya Karin kemarin.     

"Apa? Ngapain kamu bahas lagi? Toh dia juga nggak ada niat buat cerita ke kamu kok. Udah biarin aja. Nanti aja kakak yang tanyakan. Oke? Kamu nggak usah khawatir, bersikap biasa aja.." Ujar kakak yang meyakinkanku.     

"Andraaaa!!! Hei!!" Sapa kak Andrew yang sedang berenang di pinggiran kolam bersama keponakannya yang masih kecil.     

"Halo kak? Lho sudah punya anak?" Ledekku saat bertemu dengannya.     

"Hahahahaha.. Anaknya kakakku ini. Gila aja sudah punya anak di umur segini. Mau di kasih makan apa juga anaknya. Hahahaha.. lagian masih belum ada calon kok. Hahaha.."     

"Ahhh.. masa nggak punya cewek sih lu Ndrew?" Tukas kak Dita yang tiba-tiba ikutan ngobrol.     

"Iya kak. Masih belum punya. Hehehehe.."     

"Halah pura-pura nggak punya apa ngode nih. Hahahaha.."     

"Hahahahaha.." Kak Andrew yang hanya tertawa tak dapat menjawab pertanyaan dari kakak sambil malu-malu menunjukkan wajahnya yang seakan terbaca jika memang belum punya pasangan.     

Aku dan kak Dita yang mengetahui reaksinya hanya saling bertatapan dan cuman tersenyum simpul.     

"Umur berapa kak? Namanya siapa? Lucu banget. Mirip kaya mamanya ya?" Tanyaku yang tertarik pada keponakan kak Andrew yang sangat lucu dan imut, saat itu keponakannya sedang bermain air di dalam pelampung anak yang sedang di jaga oleh kak Andrew sendiri.     

"Ini? Ini namanya Thalia baru berumur satu tahun kemarin. Makanya aku kesini seklaian ngerayain ulang tahun Thalia. Hehehe.. Imut ya?"     

"Iya imut banget. Cantik. Duuhh gemes deh.."     

"Kamu nggak renang dulu? Renang aja duluan nggak apa kok. Aku masih nungguin kakakku ke sini, nanti baru bisa renang." Ucapnya sambil mengajak bermain Thalia.     

"Ya udah deh aku renang bentar dulu ya kak.." Ucapku sambil meninggalkannya dan berenang ke arah kolam yang sangat dalam. Sedangkan kak Dita yang baru saja selesai berenang dan hendak beristirahat, ia menghampiri kak Andrew yang masih duduk menjaga keponakan dan sepupu-sepupunya.     

"Hai Ndrew.. belum renang?"     

"Halo kak.. Belum nanti aja, masih tunggu kakakku datang nemenin nih anak-anak. Kalau aku renang mereka sama siapa? Hahahaha.."     

"Ya sudah aku temenin boleh?"     

"Yap. Silahkan kak.." Ucapnya sambil memberikan tempat duduk yang berada di pinggir kolam.     

"Eh Ndrew, menurut lu adik gue gimana?"     

"Hah? Maksud kakak? Hahahaha.."     

"Yaaaa.. lu cowo anggap adik gue apa nih. Nggak apa kan gue tanya gini ke lu?"     

"Uhmm.. Andra itu anaknya manis dan cantik sih.. Imut. Kecil soalnya. Hehehe.."     

"Lu sejak kapan kenal adik gue?"     

"Uhmm.. waktu dia baru gabung di osis buat bantu-bantu pentas seni sih kak. Dan aku tertarik sama dia saat dia memiliki kemampuan yang sama dengan ku ternyata. JAdi asik aja punya teman yang sama."     

"Iya Andra juga cerita kalau dia tiba-tiba punya kemampuan yang kaya gitu. Padahal di keluarga gue nggak ada yang punya kaya gituan. Tapi dia bilang, dia nggak bisa lihat makhluk halus setiap saat gitu. Cuman bisa ngerasaain di sekitarnya ada 'mereka' atau nggak."     

"Yaa.. itu sama juga kok kak.. Tiap orang emang beda-beda kemampuannya. Ada yang bisa telepati, ada yang bisa pindah ke suatu tempat gitu. Tapi cuman rohnya aja lho kak. Jangan di samakan kaya yang di tv gitu. hahahahaha.."     

"Jadi adik gue menarik nih di mata lu? Atau ada cewek lain yang lu sedang suka?"     

"Iya Andra memang menarik kak..uhmm.."     

Pernyataan kak Andrew seketika saja terhenti saat aku mengalami kram pada kakiku dan aku tak dapat berenang ke pinggir kolam. Aku berteriak sekencang mungkin agar terdengar dengan kak Dita atau kak Andrew. Aku yang terus berusaha untuk tetap terapung di tengah-tengah kolam yang dalamnya 4 meter sambil menahan kakiku yang kaku dan sakit.     

"Kaaaakkkkk!!! Toloooonggg!!!" Teriakku.     

"Eh kak, itu Andra minta tolong tuh! Nitip Thalia ya kak!" Ucap kak Andrew yang langsung keluar dari kolam dan berlari menuju tempatku berada lalu ia melompat untuk menyelamatkanku. Ia menggendongku di punggungnya sambil berenang ke tepian. Aku yang hampir pingsan kelelahan di bawanya ke atas kolam sambil terus memijat kaki ku yang kram.     

"Kak makasi ya sudha nolongin aku." Ucapku yang tengah duduk di pinggiran kolam.     

"Sudah! Jangan bbicara terlalu banyak dulu! Kok bisa kram? Apa kamu nggak pemanasan?"     

"Sudah pemanasan tadi Ndrew sama aku. Mungkin dia nggak bener pemanasannya makanya tetap kram kakinya. Nih dek air minum." Ujar kakak yang sambil menyodorkanku sebotol air minum yang kubawa.     

"Lain kali pemanasan yang bener! Jangan asal-asalan. Kalau kaya gini dan gak ada yang nolongin kamu gimana ini tadi?" Omelnya yang terlihat khawatir padaku.     

"Iya maaf ya kak sudah ngerepotin." Ucapku.     

"Iya Ndrew.. Makasi ya sudah nolongin adik gue. Kalau lu nggak ada mungkin ya gak tahu lagi." Ucap kakak yang membantuku untuk berdiri.     

"Sudah kamu duduk di sini dulu sampe kaki lu terasa enakan dan kram lagi. Aku mau antar Thalia dulu ke mamanya di depan sana ya."     

"Oke kak."     

Lagi-lagi jantungku berdetak kencang saat ia menggendongku dna memijat kakiku. Wajahku terasa panas dan memerah jika mengingat hal itu. Aku bingung dengan sikpanya yang sangat baik padaku, padahal ia sekarang telah memberikan perhatiannya juga pada sahabatku.     

"Sudaahhh.. nggak usah galau. Tadi kakak sudah tanya-tanya ke dia dan terlihat dia itu tertarik sama kamu tapi mungkin dia punya alasan tersendiri jika ia dekat dengan Karin saat ini." Terak kak Dita yang menemaniku di kursi dekat kolam sambil menuggu kak Andrew datang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.