Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 524. Ruby Kecelakaan



V 524. Ruby Kecelakaan

0"Mommy minta tolong, bisakah kamu menelpon Anton dan katakan padanya untuk menyuruh Ruby kembali ke Jakarta?" Ucap Sara. Walaupun Sara tidak meminta padanya, Calista tetap akan menelpon Anton karena biar bagaimanapun, Anton juga adalah tanggung jawab yang diserahkan bapak ibunya di Jogja.     
0

"Aku coba telpon Anton sekarang, mom." Calista mengambil ponselnya dan menekan beberapa angka. Cukup lama dia menunggu panggilan itu diterima. Hingga dering ketiga kalinya, tetap saja Anton tidak menerima panggilan.     

"Bagaimana?" Sara menunggu respon menantunya disampingnya. Calista menggelengkan kepalanya lemah.     

"Hahhh," Sara menyandarkan punggungnya ke kursi.     

"Mom, Anton telpon." Calista kaget karena ponsel yang dipegangnya berdering dan nama yang tertera di layar adalah 'Anton'. Sara kembali semangat untuk mendengar percakapan dua kakak beradik itu.     

"Anton, kamu dimana? Apa disana ada Ruby?" Sara mendekatkan telinganya pada telinga sang menantu. "Sudah pulang? Sejak kapan? Kemarin? Tapi sampai sekarang Ruby belum masuk kantor." Jawab Calista bingung. Sara pun ikutan bingung. Apa yang terjadi sebenarnya? Keduanya mendadak saling menatap dengan pandangan kosong.     

-----     

Seorang perempuan cantik dengan rambut pirang, terbaring tidak berdaya di sebuah ruangan gawat darurat di salah satu rumah sakit yang tidak seberapa besar, setelah kecelakaan mobil yang menimpanya sehari yang lalu. Kain perban putih melilit kepala, tangan, dan kakinya. Beruntung wajah cantiknya tidak mendapatkan luka serius.     

"Kami menemukan tanda pengenal di dalam dompetnya. Dia berkewarganegaraan London. Namanya Ruby Judith. Tapi, tidak ada keterangan nama wali yang bisa dihubungi karena ponselnya tidak ditemukan di tempat kejadian." Seorang polisi yang menemukan korban yang ternyata bernama Ruby itu, menjelaskan hasil penemuannya pada seniornya.     

"Hmm, apa sudah disiarkan di televisi?" Tanya sang senior.     

"Banyak wartawan yang meliput kecelakaan ini jadi seharusnya kita tinggal menunggu saja keluarga yang bisa dihubungi." Jawab sang polisi.     

"Bagaimana dengan mobil yang menabraknya? Dari kondisi mobil korban, kerusakan paling parah terdapat di bagian belakang mobil."     

"Kami tidak menemukan mobil lain di tempat kejadian. Sepertinya penabraknya melarikan diri." Jawab sang petugas polisi lagi.     

"Hmm, okay. Perketat penjagaan di sekitar kamar rawat inap korban. Aku punya feeling kalau penabraknya akan kembali lagi untuk memantau kondisi korban." Jawab sang petugas polisi paling senior itu.     

"Siap, komandan!"     

-----     

Satu jam yang lalu …     

"GAWAT! Sayang, kamu sudah nonton TV baru saja?" Donni menelpon istrinya dengan suara panik tidak menentu. Jay melaporkan padanya kalau terjadi kecelakaan mobil dengan korban yang berhasil dikenali dari foto kartu identitas adalah Ruby, perempuan berambut pirang yang dicari semua orang.     

"Kenapa? Aku jarang menonton tv, kamu tahu itu. Ada berita apa?" Agnes pun ikutan panik karena baru kali ini suaminya menelpon dengan suara tergesa-gesa.     

"Ruby kecelakaan mobil. Dia sekarang berada di rumah sakit. Jay dan anak buahnya sedang meluncur kesana." Jawab Donni.     

"Ya ampun, terus apa yang harus aku lakukan?" Agnes mulai tertular aura panik sang suami.     

"Kamu bisa kerumah Sara untuk sampaikan berita ini. Sebelum kamu sampai disana, aku pastikan kamu akan mendapatkan kabar terbaru." Ujar Donni.     

"Okay, aku siap-siap dulu."     

Agnes menitipkan Axel pada pengasuhnya, sementara dia langsung bersiap-siap memanggil supir untuk mengantarkannya ke rumah Sara. Agnes tidak memberitahu Sara perihal kedatangannya agar tidak menimbulkan rasa khawatir dan panik berlebih.     

"Sara? Calista?" Betapa kagetnya Agnes ketika menjumpai besan dan anaknya sedang duduk bersama dengan wajah penuh kebingungan.     

"Mama?"     

"Agnes?     

"Ada apa mama kesini?" Calista menghampiri mamanya yang tampak tergesa-gesa.     

"Sara, Calista. Aku bawa berita buruk." Suasana menegangkan langsung terasa disekitar tiga perempuan itu.     

"Suamiku tadi telpon memberitahukan kalau … Ruby mengalami kecelakaan dan sedang dirawat disalah satu rumah sakit. Baru saja suamiku mengirimkan pesan nama rumah sakit dan foto yang berhasil didapatkan anak buahnya di lapangan." Agnes membuka ponsel yang digenggamnya sejak dari rumah dan memperlihatkan layar berupa foto seorang gadis cantik dengan rambut pirang sedang terbaring lemah dengan perban hampir di seluruh tubuhnya.     

"RUBY!" Sara berteriak panik. "Kita harus segera menjenguknya. Aku … aku akan ambil tasku dulu. Kalian tunggu disini." Tanpa menunggu jawaban lagi, Sara langsung menuju kamarnya untuk mengambil tas sekaligus memberitahu supir untuk bersiap-siap.     

"Mama, apa Anton sudah mengetahuinya?" Calista bertanya pada sang mama yang masih gemetaran.     

"Mama belum beritahu dia. Tapi, entahlah kalau papa kamu yang memberitahunya." Jawab Agnes langsung terduduk lemas, setelah berlarian sejak turun dari mobil.     

"Ayo kita kesana. Calista, sebaiknya kamu tidak usah ikut. Kral pasti membutuhkanmu. Biar kami berdua saja yang pergi." Agnes mengangguk setuju dengan ucapan besannya itu. Kedua wanita itu pun bergegas menuju mobil yang dikendarai supir Sara. Mobil Agnes dipulangkan agar mempersingkat waktu.     

Calista tertegun melihat kepergian dua ibunya yang terburu-buru. Dia ingin menelpon Darren tapi khawatir mengganggu jam kerjanya. Perempuan itu juga ingin menelpon Anton tapi lagi-lagi Calista khawatir kalau Anton akan sembrono buru-buru kembali ke Jakarta. Biarlah semua dia serahkan pada papanya.     

-----     

Suasana rumah sakit yang semula lengang, perlahan mulai didatangi banyak pengunjung yang tidak lain adalah keluarga dari sang pasien dengan rambut pirang, Ruby. Hingga satu hari pasca kecelakaan, Ruby masih belum menunjukkan tanda-tanda akan bangun dari pingsannya. Ada Sara dan Agnes, Jay beserta anak buahnya, Darren yang mendapat kabar dari Donni untuk datang mewakili dirinya yang masih berada di luar kota, juga ada Jack, dan Lewis.     

"Bagaimana ini bisa terjadi?" Sara tidak bisa menahan tangisnya. Ruby sudah dia anggap sebagai anak perempuannya sendiri. Sikap anak itu sangat ceria dan menyenangkan hati semua orang.     

"Menurut polisi, taksi yang dinaiki Ruby ditabrak dari belakang dan mobilnya menabrak pembatas jalan. Penabraknya melarikan diri. Mereka masih mencari jejak penabrak lewat cctv jalan yang ada di sekitar tempat kejadian.     

"Mencurigakan sekali. Apakah Ruby punya musuh disini?" Gumam Lewis dengan suara cukup terdengar Darren dan Jack.     

"Entahlah. Mungkin saja ada yang tidak suka dengan hubungan dia dan Anton." Jawab Darren asal.     

"Bagaimana dengan Anton? Apa dia sudah mengetahuinya juga?" Jack bertanya pada Darren.     

"Aku tidak memberitahunya. Biar papa Donni saja yang melakukannya." Semua orang mengangguk-angguk setuju.     

Untuk saat ini yang terpenting adalah kesadaran Ruby kembali seperti sedia kala. Karena belum ada yang bisa menjenguk, mereka pun hanya bisa menatap dari balik kaca jendela.     

"Maaf, apa ada suami dari pasien?" Seorang perawat membuyarkan suasana hening yang bercampur kecemasan.     

"Suami? Keponakan saya …"     

"Ada masalah apa, sust?" Jack menyela ucapan Sara.     

"Bapak suaminya?" Tanya suster itu lagi.     

"Bukan, kami semua keluarganya." Jawab Jack dengan suara tenang namun tegas.     

"Dokter ingin bicara dengan suami dari pasien. Karena ada yang mau didiskusikan perihal kehamilan pasien." Jawab sang suster.     

"APA?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.