Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 523. Bersikaplah Biasa Saja



V 523. Bersikaplah Biasa Saja

0"Tahan sayang, aku tidak akan membiarkanmu tidur sampai pagi." Bisikan Dave di telinga kanan sang istri yang dalam posisi memunggunginya itu, dilanjutkan dengan menggigit telinganya pelan-pelan hingga desahan dan erangan kembali keluar dari bibir manisnya.     
0

Keduanya pun mencapai klimaks berkali-kali. Membawa kepuasan terdalam hingga dalam mimpi mereka masing-masing. Kepuasan sepasang suami istri yang selalu melewati banyak suka dan duka sejak awal pertemuan. Dave memeluk tubuh perempuan yang semakin berisi sejak melahirkan dua kali, tidak termasuk keguguran pertama di kehamilan pertamanya. Namun, Dave lebih menyukai bentuk tubuh istrinya yang sekarang ini karena menurutnya lebih segar, lebih enak dilihat, dan juga dipeluk.     

Deru napas Dian yang masih belum teratur terdengar jelas. Ibu dari dua anak-anaknya itu merupakan perempuan yang paling dia cintai di dunia ini. Bahkan mungkin cintanya pada sang istri, melebihi cintanya pada perempuan lain yaitu Daniella, anaknya sendiri. Dave bisa tidak konsentrasi bekerja jika sang istri sedang ngambek atau marah padanya.     

Pria itu terbangun di malam hari ketika ponsel sang istri yang belum sempat dimatikan sebelum tidur, berbunyi sebuah pesan masuk. Dave pun mengambil ponsel sang istri dan membaca pesan masuk yang tidak semestinaya dia lakukan meskipun Dian tidak pernah merahasiakan apapun darinya.     

"Dian, apa kabar kamu? Jangan tanya aku dapat nomer kamu darimana. Aku … hanya ingin bicara empat mata denganmu. Tolong balas pesanku ini. Wawan, kekasih pertamamu." Spontan kedua mata Dave menggelap. Pesan singkat yang dikirim oleh mantan pacar istrinya itu, terbaca dengan jelas kata demi kata. Rahang Dave mengeras. Baru kali ini selama mereka menikah, Dave cemburu pada istrinya. Biasanya justru dia yang sering dicemburui oleh sang istri.     

-----     

"Perkenalkan, namaku Likha Sujana. Aku pernah bekerja di rumah sakit di Denpasar beberapa tahun yang lalu, sebelum aku resign dan mengabdikan hidupku hanya untuk keluarga." Likha memperkenalkan namanya pada beberapa teman sejawatnya yang baru. Semua orang menyambut Likha dengan antusias. Terutama salah seorang perawat pria yang ikut serta menyambut Likha.     

Setelah sesi perkenalan tidak sampai lima menit itupun, semuanya kembali bubar ke tempatnya masing-masing, mempersiapkan pasien yang akan segera datang. Seorang perawat pria datang menghampiri Likha,     

"Hai, salam kenal. Namaku Aryo. Kita akan bertugas di poli bedah ini bersama." Ujar pria yang sudah mengenakan seragam serba putih itu. Wajahnya yang bersih dan tingginya pun tidak jauh dari Likha, tersenyum ramah pada ibu dari Leon tersebut.     

"Hai, mohon bantuannya." Jawab Likha.     

"Oya, kalau boleh tahu … kamu tinggal dimana?" Tanya Aryo lagi.     

"Lumayan jauh dari sini." Likha teringat wejangan sang suami saat sarapan tadi pagi.     

"Jangan terlalu dekat dengan lelaki manapun di rumah sakit. bersikaplah biasa saja dan aku tidak ingin kamu makan siang atau pulang kerja diantar teman lelaki kamu, sayang." Ujar pria pemilik hatinya itu dengan suara yang tegas dan sangat jelas.     

"Kapan-kapan aku boleh mampir?" Tanya Aryo lagi. Likha langsung merasa kalau teman barunya ini sangat ingin mengenal dirinya dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan, dibandingkan teman-teman baru lainnya.     

"Maaf, aku harus langsung memeriksa data pasien yang akan berobat hari ini." Likha berjalan cepat meninggalkan Aryo yang menatapnya dari jauh dengan senyum tipisnya.     

"Kamu akan jatuh cinta padaku, seperti perempuan lainnya." Gumam Aryo dalam hati.     

"Likha, kemarilah." Panggilan Carol menyelamatkan Likha dari kebingungannya tentang apa yang harus dia kerjakan selanjutnya, setelah menyelesaikan pekerjaan yang dilimpahkan kepadanya.     

"Ya, dokter." Ujar Likha dengan nada patuh.     

"Ish, kamu tidak usah terlalu formal begitu. Aku bisa dicekek daddynya Leon kalau lihat istrinya seperti ini." Jawab Carol sambil menarik lembut tangan Likha ke ruangannya. "Perkenalkan, ini dokter Ella. Beliau juga merupakan salah satu dokter bedah di rumah sakit ini. Aku dan dokter Ella bergiliran membagi jam konsul. Kalau aku pagi sampai siang, tiga hari dalam seminggu. Nah, dokter Ella ini praktek di hari aku tidak sedang bertugas." Jawab Carol menjelaskan.     

"Halo Likha, dokter Carol bilang kalau suami kalian berdua adalah sahabat baik. Aku harap aku bisa ikut menjadi sahabat kalian juga." Jawab Ella, seorang dokter perempuan yang usianya sekita tiga puluhan dengan wajah yang oriental dan mata cukup sipit. "Aku belum menikah. Kalau suami kalian masih ada teman yang jomblo, bolehlah kenalkan ke aku. Hehehe," Ketiga perempuan itu pun terkekeh bersama.     

-----     

"Sayang, kamu dimana? Aku telpon ke ponsel kamu tidak diangkat." Darren yang baru saja kembali ke ruangannya, setelah bertemu klien besarnya di luar kantor itu, langsung menyempatkan diri untuk menelpon istrinya yang susah dihubungi sejak tadi.     

"Aku kan sudah kirim pesan ke ponselmu. Kamu pasti belum baca." Ucap Calista dengan satu ujung bibir ditarik keatas. Suaminya ini jarang sekali membuka kotak pesan. Dia lebih suka menelpon langsung tanpa harus capek-capek mengetik.     

"Oya? Ya sudah kamu katakan saja sekarang." Jawab Darren berkelit tidak mau mengaku salah.     

"Aku sedang dirumah mommy. Grandpa James sedang pergi ke London sejak kemarin." Ucap Calista. Suara tertawa renyah ketiga anaknya terdengar jelas oleh Darren dari ujung telpon.     

"Oh begitu? Mommy sakit kah? Aku belum sempat kerumah mommy sudah hampir satu bulan."     

"Mommy hanya kangen sama cucu-cucunya. Aku dan mommy sedang minum teh di ruanagan tengah. Kamu mau bicara dengan mommy?" Tanya Calista lagi.     

"Nanti saja aku telpon mommy. Kamu bawa supir bukan?"     

"Iya, kamu tenang saja. Selamat bekerja ya." Jawab Calista.     

"Okay, see you, honey. Love you."     

"Love you too,"     

Panggilan itu pun terputus, dimana wajah Sara berharap cemas karena ingin segera melanjutkan percakakan mereka yang sempat terputus.     

"Jadi maksud mommy, Ruby pergi mengunjungi Anton dan belum balik ke kantor?" Calista memastikan apa yang didengarnya tidak salah.     

"Hmm, dasar anak muda! Mereka sedang dimabuk cinta dan seharusnya kami para orangtua langsung saja meresmikan pernikahan mereka." Ucap Sara yang wajahnya tidak bisa disembunyikan kecemasannya. Biar bagaimanapun, kedua orangtua Ruby adalah teman baik Sara dan James. James sekarang ke London selain ingin mengurus bisnisnya, juga akan berbicara dengan baik pada ayah Ruby." Jawab Sara lagi.     

Calista merasa bersalah juga karena biar bagaimanapun Anton adalah adiknya. Dulu adiknya terkenal menjauh dari semua perempuan karena tujuan utamanya bekerja adalah ingin memiliki rumah dan pekerjaan mapan terlebih dahulu. Setelah semuanya berhasil dia dapatkan, sepertinya dia sudah pantas untuk melangkah ke tahapan lebih serius lagi.     

"Jadi, bagaimana mom?" Calista pun tidak tahu apa yang harus dia lakukan.     

"Mommy minta tolong, bisakah kamu menelpon Anton dan katakan padanya untuk menyuruh Ruby kembali ke Jakarta?" Ucap Sara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.