Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 522. Hormon Testosteron



V 522. Hormon Testosteron

0"Hah hah hah," Anton menjatuhkan tubuhnya ke atas dada sang perempuan dan memeluknya penuh cinta seperti tak ingin berpisah.     
0

Tidak berapa lama terdengar dengkuran halus milik perempuan yang baru saja datang dari Jakarta.     

"Aku lupa kalau kamu pasti sangat lelah setelah perjalanan panjang. Maafkan aku, sayang. Tidurlah dengan nyenyak." Anton menyelimuti tubuh Ruby yang masih tanpa mengenakan busana sama sekali. Adik dari Calista itu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah memakai pakaian yang bersih, dia pun menuju dapur untuk memasak makanan untuk sang kekasih tercinta yang sudah mau jauh-jauh datang dari Jakarta untuk menemui dirinya dan menghabiskan waktu akhir pekan bersamanya.     

Ruby mengerjap-ngerjapkan matanya berulang-ulang. Rasa lelah di matanya bersamaan dengan tubuhnya yang pegal luar biasa. Dia baru teringat kalau sekarang dia berada di propinsi paling ujung dari negara Indonesai. Ruby tersenyum tipis. Dia benar-benar nekat terbang kesini meski hanya dua hari menghabiskan waktu demi menjumpai sang kekasih hati yang usianya lebih muda lima tahun itu.     

Dia berusaha untuk bangun perlahan-lahan namun tubuhnya masih terasa lelah luar biasa.     

"Kamu sudah bangun?" Suara Anton yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar, mengagetkan dirinya yang sedang berjuang untuk sekedar duduk.     

"Aaah," Suara rintihan tidak bisa disembunyikan dari mulutnya. Anton segera menghampiri sang kekasih dan membantunya untuk duduk. Masih dengan selimut putih membungkus tubuh putih mulusnya, Ruby duduk bersandar di kepala ranjang.     

"Maafkan aku yang terlalu berlebihan." Anton mengusap pipi sang kekasih dan tersenyum sangat bahagia karena dia bisa melihat dan menyentuh lagi kekasihnya secara langsung.     

"Tidak apa, aku juga yang menginginkannya. Aku kangen kamu. Sangat kangen." Ujar Ruby.     

"Aku juga. Sekarang mandilah lebih dahulu. Aku sudah memasak makanan kesukaan kamu." Jawab Anton dengan senyum tak lepas dari bibirnya.     

"Ahh kebetulan, aku lapar sekali. Baiklah, aku mandi dulu." Ruby menurunkan kedua kakinya dari atas ranjang dan dengan berjalan tertaih-tatih, Ruby menuju kamar mandi. Anton yang tidak bisa tinggal diam, membantu sang kekasih untuk berjalan sampai di depan pintu kamar mandi.     

Setelah keduanya duduk bersama menghadap meja makan, tampak air liur Ruby hampir menetes di bibirnya manakala melihat makanan yang tersaji diatas meja. Steak daging sapi, salad, smashed potato, dan minuman soda membuat malam ini terasa syahdu dan romantis karena bisa menghabiskan makan malam bersama orang tercinta berdua saja.     

"Sayang, apa tidak ada satupun yang tahu kemana kamu pergi akhir pekan ini?" Anton berkata dengan lembut dan penuh kasih. Kalau hanya berduaan, mereka akan memanggil mesra satu sama lain.     

"Aku tidak bilang siapapun. Tapi, aku tidak bisa jamin kalau mereka tidak menyelidiki kemana aku pergi. Huh,"     

"Benar juga. Lalu, bagaimana denga tawaran orangtuamu yang ingin membawa kamu pulang ke London?" Anton bertanya lagi setelah menyuap sepoton steak ke dalam mulutnya.     

"Aku masih punya banyak hutang pekerjaan disini. Thanks God untuk om Donni karena berkat beliau aku tidak perlu kembali ke London. Banyak proyek yang menghalangiku untuk pulang." Jawab Ruby lagi sambil terkekeh. Anton senang sekali melihat senyum sang kekasih yang akan menjadi obat pelipur lara untuk dua hari kedepan.     

-----     

"Acaranya sangat melelahkan, bukan?" Dave menghampiri sang istri yang selesai mandi lebih dahulu setelah mereka selesai menjadi tuan rumah selama sehari penuh. Dian mengeringkan rambutnya dengan hair dryer yang ada di meja riasnya. Dave mengambil alat pengering rambut tersebut dari tangan sang istri dan membantunya mengeringkan helaian rambut yang tidak terlihat oleh sang istri.     

"Tidak melelahkan sama sekali. Aku sangat menikmatinya. Mereka adalah teman-teman terbaik yang aku miliki setelah aku mengenal Calista. Dan kamu tentunya." Suhu hangat menerpa leher Dian dan membuat matanya terpejam merasakan sensasi nyaman yang tiba-tiba membuat kepalanya menjadi lebih relaks.     

"Betul sekali. Dulu, aku adalah orang paling jahat untuk mereka. Paling kejam bahkan hampir saja menghilangkan nyawa temanmu. Aku bersyukur masih diberi kesempatan hidup untuk memperbaiki sifatku dan hidupku untuk menjadi lebih baik." Ujar Dave.     

Dian memutar tubuhnya dan kini menghadap sang suami yang masih dalam posisi berdiri dihadapannya yang sedang duduk.     

"Kisah pertemuan kita juga bukan hal yang menyenangkan untuk diceritakan ke anak cucu. Tidak mungkin aku akan jujur mengatakan pada anak-anak kalau awal pertemuan kita saat itu adalah …"     

"Karena daddy kalian memperkosa mommy kalian. Begitu bukan?" Ucapan Dave yang keluar begitu saja membuat wajah Dian merah merona. Spontan mommy dari Devon dan Daniella itu memalingkan wajahnya ke samping.     

"Kalau memang itu yang harus aku lakukan untuk mendapatkanmu, aku tidak akan menyesali peristiwa itu. " Dave mengusap pipi sang istri dengan ibu jarinya yang panjang dan besar. "Kamu adalah anugerah terindah yang pernah kumiliki selama aku hidup. Setelah aku memilikimu, kebahagian lain beruntun menghampiriku. Keluarga bahagia yang tidak pernah aku miliki sebelumnya, kini sudah aku rasakan setiap saat." Kini giliran jari jemari tangan Dian dikecup dengan penuh kelembutan oleh pria yang sedang mengingat masa lalunya dengan sepenuh hatinya.     

Dian mendengarkan semuanya sambil mengatupkan bibir. Ada rasa haru membuncah di dadanya. Pria yang dulu sangat dibencinya, kini justru duduk berlutut di hadapannya dan mencurahkan semua isi hatinya. Pria dominan dan posesif bahkan cenderung impulsive itu, tidak pernah terbayangkan oleh Dian akan menjadi suami dan ayah dari anak-anaknya kelak.     

Dengan satu tangan lain yang tidak digenggam Dave, perempuan yang mempertahankan rambut sebahunya itu mengusap rambut hitam dan tebal sang suami lalu menelusuri dengan jemarinya. Dian menarik tengkuk sang suami dan berbisik di telinga kirinya,     

"Aku milikmu seutuhnya malam ini." Sepasang mata Dave terbelalak lebar. Dia lupa kalau istrinya sudah menjanjikan sesuatu di malam hari setelah semua teman-temannya pulang. Dengan seringai lebarnya, pria yang sudah terpancing hormon testosteronnya akibat ulah nakal sang istri, langsung memeluk Dian dan melumat bibirnya dengan penuh gairah.     

Perempuan yang sudah berjanji itu menerima semua yang diberikan sang suami dan membalasnya dengan penuh cinta.     

"I love you, honey. I love you so much."     

Malam panas pun berlangsung di ranjang kamar utama milik kediaman Dave Kingstone. Seorang pria yang layaknya serigala kelaparan, sedang menikmati mangsanya yang seperti sudah lama tidak didapatkan dengan segala macam posisi.     

"Aaaaahhh, pelan-pelan," Dian tidak pernah habis pikir kenapa suaminya selalu memiliki stamina luar biasa meskipun telah seharian beraktivitas.     

"Tahan sayang, aku tidak akan membiarkanmu tidur sampai pagi." Bisikan Dave di telinga kanan sang istri yang dalam posisi memunggunginya itu, dilanjutkan dengan menggigit telinganya pelan-pelan hingga desahan dan erangan kembali keluar dari bibir manisnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.