Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 521. Tak Ingin Berpisah



V 521. Tak Ingin Berpisah

0"Ada berita terbaru apa?" Darren memulai percakapan serius begitu mereka sudah saling bertanya jawab kabar masing-masing.     
0

"Aku akan meresmikan cabang restoran kedua ku di tengah kota Jakarta. Lokasinya berdekatan dengan kantorku." Jawab Lewis. "Kalian harus datang ya di acara peresmiannya sekitar dua minggu lagi." Ujarnya lagi.     

"Masih di kota besar? Kenapa kamu tidak coba merambahnya ke luar pulau? Batam misalkan. Disana kehidupan pun sudah sangat dinamis dan penduduknya sudah banyak yang dari luar pulau, bahkan luar negeri sering berkunjung kesana." Ujar Jack tiba-tiba.     

"Hmm, mungkin nanti untuk yang ketiga. Yang kedua ini karena tempat yang pertama kurang luas jadi aku membuka cabang dengan rasa yang sama di tempat kedua." Jawab Lewis lalu menyesap kopi cappucinonya.     

Disaat para pengusaha sedang membicarakan bisnisnya masing-masing, sosok Andrew duduk sambil menyimak apa saja yang diperbincangkan mereka ber empat. Dan, sosok pendiam kedua lainnya adalah Jhonny yang memangku kepala sebelah kiri dengan kepalan tangan kirinya. Dia berusaha mencerna apa yang sedang dibicarakan ke empat orang yang aktif saling bersahutan satu sama lain. Jhonny tidak menyangka kalau dia akan berada di tengah-tengah para pengusaha muda yang dulu malah sempat bersitegang dengannya, bahkan hampir menghilangkan nyawa salah seorang diantaranya. Namun kini mereka saling bersatu padu dan lebih memiliki ikatan kuat dibandingkan saudara sendiri.     

"Calista, kemari sebentar." Dian menarik pelan lengan sahabatnya yang lebih dikenal dahulu menepi menjauh dari empat wanita lainnya.     

"Ada apa?" Ibu dengan tiga anak itu mengerutkan keningnya karena heran.     

"Aku … bertemu Wawan kemarin." Dian berkata dengan suasa sangat pelan.     

"Apa?" Calista berusaha untuk tetap tenang ketika mendengar satu nama dari masa lalu sahabatnya itu. "Dimana kamu bertemu dia?"     

"Kemarin saat aku sedang ke swalayan sendirian, aku melihat dia belanja juga disana. Seorang diri. Awalnya, aku sudah menghindar agar tidak ketahuan. Tapi, ternyata dia melihat aku lebih dahulu dan mencegatku di salah satu lorong." Jawab Dian.     

"Duh, kamu harus berhati-hati jangan menyambung tali yang sudah putus. Ingat, suamimu itu iblis berwujud manusia." Jawab Calista sambil berbisik pelan.     

"Hahhh, justru itu. Dia tahu kantor suamiku berada. Dan, aku tidak yaki kalau dia juga tidak tahu dimana rumahku." Jawab Dian sendu.     

Calista memang tidak mengenal dekat Wawan karena saat Dian dan Wawan menjalin hubungan, Calista tidak berada di waktu yang sama. Namun, Dian pernah menceritakan siapa itu Wawan sebelum dia menikah dengan Dave. Pria yang sederhana, baik, dan rendah hati. Namun, kisah cinta mereka harus kandas karena perbuatan Dave pada Dian. Kini, justru Dave membuktikan bahwa dia pantas menjadi seorang suami dan ayah yang bisa dibanggakan keluarga.     

"Sudahlah, lupakan saja. Toh, dia tidak akan berani mendekatimu lagi. Iya kan?"     

"Aku tidak tahu, Cal. Karena … ternyata anak pacarnya satu sekolah dengan Devan. Huhuhu," Dian menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.     

"Apa maksud kamu?" Calista benar-benar tidak mengerti maksud perkataan temannya ini.     

"Huh, dia pernah menjemput sekolah temannya Devan di TK. Dan, kata guru yang aku tanya, ibu dari anak itu adalah pacarnya Wawan. Dan dia sering antar jemput anak itu. Syukurnya, aku tidak pernah berpapasan dengannya." Jawab Dian lagi.     

"Ya sudah, kamu jangan ungkit-ungkit itu lagi. Nanti kalau suamimu tahu, bisa berabe." Jawab Calista lagi, sambil mengambil minuman dari dalam lemari pendingin.     

"Andaikan semudah itu. Anak pacarnya itu akan merayakan ulang tahun dan Devan diundang. Mau tidak mau aku harus datang." Jawab Dian sambil menghela napasnya.     

"Apa?"     

"Sayang, Daniella sepertinya haus." Dave tiba-tiba muncul di dapur dan menghentikan obrolan dua wanita yang penuh rahasia.     

"Oh, iya iya, aku akan ke kamarnya. Aku duluan ya,"     

"Okay," Ujar Calista menjawab ucapan sang teman.     

"Likha, kamu pasti tidak sabar untuk segera bekerja ya?" Carol, Jenny, dan Rosa duduk melingkari meja bulat bersama dengan Likha, satu-satunya perempuan berhijab yang duduk diantara mereka.     

"Iya, aku sudah tidak sabar lagi untuk memegang jarum suntik, thermometer, dan semua alat medis itu. Bau kaporit lantai rumah sakit sepertinya sudah tercium sampai sini, hehehe," Mereka berempat tertawa terbahak-bahak.     

"Apa yang seru nih? Ketawanya kenceng sekali." Tiba-tiba Calista muncul dan duduk di kursi kosong yang disediakan.     

"Likha sudah tidak sabar ingin bekerja di rumah sakit." Jawab Carol menimpali.     

"Wah selamat yaa, pasti butuh perjuangan yang tidak mudah untuk minta ijin ya pada suami protektif." Ujar Calista sambil tersenyum geli.     

"Sangat. Tapi, dia memberi Batasan agar aku tidak bekerja lembur sampai malam. Aku juga tidak bisa meninggalkan Leon sendirian dengan pengasuh sepanjang waktu." Jawab Likha.     

"Itulah resikonya istri bekerja. Akupun tidak boleh bekerja sampai larut malam lagi. Tapi saat darurat, dia mengijinkan aku jika sewaktu-waktu aku harus melakukan tindakan operasi." Jawab Carol.     

Obrolan para wanita pun tidak kalah serunya denga obrolan para wanita. Suasana didalam rumah Dave dan Dian menjadi hidup dan penuh gelak tawa dari pagi sampai siang. Mereka kembali ke rumah masing-masing menjelang sore. Meninggalkan jejak kenangan tak terlupakan antara sahabat yang selalu ada satu sama lainnya saling berbagi cerita, suka, dan duka.     

-----     

"Ummphhh, sayang, pelan-pelan." Tubuh Ruby langsung dipepet ke tembok begitu dua pasangan kekasih itu sampai di dalam rumah Anton setelah sang pria menjemput kekasih hatinya dari bandara.     

"Kamu tidak merindukan aku selama satu minggu ini?" Anton mulai membuka satu persatu kancing kemeja warna biru laut milik sang perempuan berambut pirang. Sepasang dada kembar yang membusung, nyaris keluar dari penampungnya, langsung menarik hasrat pria yang tinggal jauh dari kekasih dan keluarganya itu. Anton tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan meraup dada penuh Ruby hingga desahan dan lenguhan keluar dari bibir tipis Ruby.     

"Aaaahh, I love you,"     

"I love you more," Anton pun mengangkat tubuh sang pujaan hati dan membawanya ke dalam kamar. Tubuh Ruby langsung direbahkan di atas kasur dan keduanya pun langsung terlibat pergumulan panas setelah tubuh keduanya tanpa sehelai benangpun.     

Sprei warna coklat menjadi saksi bisu betapa panasnya pergumulan mereka dan kamar menjadi saksi lainnya untuk suara-suara erotis yang mengisi seluruh kamar dengan erangan penuh cinta.     

"Akku … mau … keluaaaar, aaahhhh," Anton tidak tahan untuk mengeluarkan jutaan prajuritnya setelah dia membuat Ruby tereng-engah keringetan selama hampir satu jam lamanya.     

"Sayaaaang," Ruby pun akan mencapai klimaks yang ke tiga kalinya.     

"Aaaaahhhhh," Lolongan panjang milik sepasang kekasih yang dimabuk cinta itu pun terdengar jelas dan sangat membuat iri hati bagi siapa yang mendengarnya.     

"Hah hah hah," Anton menjatuhkan tubuhnya ke atas dada sang perempuan dan memeluknya penuh cinta seperti tak ingin berpisah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.