Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 520. Curahan Hati Sang Suami



V 520. Curahan Hati Sang Suami

0"Aku tidak sabar untuk menantikan hari itu. Kita akan memiliki tiga hari paling menakjubkan karena tidak ada siapapun yang kita kenal disini." Jawab Anton dengan seringai nakalnya.     
0

"Atau, haruskah aku berangkat sekarang?" Ujar Ruby tiba-tiba. Keduanya pun tergelak tertawa sambil menahan rindu yang membuncah di dada.     

-----     

Ruangan tamu yang sebelumnya dipenuhi perabotan dan vas berukuran jumbo, hari ini terlihat berbeda karena tergantikan dengan meja dan kursi yang sangat nyaman. Didepan layar televisi pun disediakan karpet bulu besar yang sangat lembut untuk para anak-anak kecil bermain. Hari ini, Dave dan Dian menjadi tuan rumah untuk acara rutin yang diadakan setiap bulannya. Para tamu pun hanya sebatas teman-teman dekat mereka saja. Darren dan keluarga, Lewis dan keluarga, Jack dan keluarga, juga Andrew dan keluarga. Dian mengundang keluarga ayah angkat Dave namun Agnes berkata kalau mereka bertiga akan berlibur ke Singapura bersama untuk menghabiskan akhir pekan.     

Tampak Dian masih sibuk mengatur dekorasi dan juga menu makanan yang akan dihidangkan untuk sahabat-sahabatnya juga sahabat-sahabat suaminya. Kejadian demi kejadian membuat mereka saling menguatkan meskipun pada awalnya Dave merupakan musuh besar Darren dan teman-temannya. Namun, Dave bisa membuktikan kalau dia telah berubah drastis dengan memberikan cinta dan kasih sayangnya pada semua keluarga sahabatnya itu.     

"Sayang, dimana Devan?" Dave yang baru turun dari kamarnya, mencari anak sulungnya yang tidak ada di kamarnya.     

"Devan tadi ke taman bersama pengasuh." Jawab Dian sambil menggendong Daniella dalam dekapannya.     

"Berikan Daniella padaku. Aku dan putri kecilku ini akan mencari kakaknya ke taman." Jawab Dave sambil mengulurkan tangannya untuk mendekap Daniella, si cantik menggemaskan yang selalu membuat Dave pulang lebih cepat dari kantornya setiap hari.     

"Aahh, baiklah. Aku akan menyusul kalian setelah menyelesaikan ini." Dian memberikan perlahan bayi menggemaskan yang seusia dengan Kral, anak bungsu Darren dan Calista.     

Dave mencium pipi chubby Daniella dan menggendongnya penuh cinta.     

"Kamu jangan terlalu capek ya. Serahkan saja semuanya pada pelayan." Ujarnya sebelum keluar rumah.     

"Tenang saja. Aku sudah sangat menantikan momen ini." Senyum manis perempuan yang konsisten mempertahankan rambut sebahunya itu, membuat Dave selalu merasa bersyukur dan beruntung. Bersama Dian, dia bisa memiliki keluarga yang harmonis dan tidak pernah dimiliki sebelumnya.     

Dian melanjutkan sesi terakhir yaitu mengatur makanan untuk para sahabatnya dan sahabat suaminya. Dua jam lagi mereka akan tiba sesuai waktu yang diinformasikan. Wanita dengan dua anak itu pun menaiki anak tangga menuju kamarnya untuk berganti pakaian dengan yang lebih bersih setelah terkena debu dan cipratan bahan masakan.     

"Huaaa, kenapa kamu masuk tidak mengetuk pintu terlebih dahulu?" Dian yang baru saja melepas dasternya dan masih mengenakan bra dan celana pendek itu, terkejut begitu pintu terbuka begitu saja dan suaminya masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.     

"Kamu sudah mandi kan?"     

"Tentu saja, memangnya kenapa? Apa badanku bau tidak enak?" Dian mengendus-endus tubuhnya dan cuping hidunya bergerak kembang kempis.     

"Kalau begitu, mandi dua kali tidak masalah bukan?" Jawab Dave dengan seringai jahilnya.     

"Kamu jangan macam-macam, Dave. Aku belum menyusui Daniella. Aku harus segera keluar sekarang." Dian melangkah mundur seiring langkah suaminya yang semakin mendekat.     

"Putri kecil kita sedang tidur. Tadi aku yang menidurkannya langsung. Jadi, tidak akan ada yang mengganggu kita." Helaian rambut Dian yang jatuh di pipinya, disentuh Dave dan diciumnya. Aroma shampoo favorit istrinya itu masih melekat di rambut hitam cantiknya.     

"Sebentar lagi mereka akan datang." Dian memiringkan dagunya berharap rambut yang dipegang sang suami terlepas dan dia akan lanjut berpakaian di midi dress yang sedang digenggamnya.     

"Semalam kamu tidur cepat, kemarin malam aku pulang kemalaman kamu sudah tidur. Dua malam yang lalu sayangku sudah bersih dari datang bulannya. Tidakkah istriku sudah sangat keterlaluan membuat aku berpuasa selama ini?" Dave menghirup puncak rambut sang istri dan mengusap pipi kenyalnya.     

Dian menahan senyum mendengar curahan hati sang suami.     

"Sungguh malang sekali nasib suamiku. Tapi sayangnya, tidak untuk pagi menjelang siang ini. Nanti malam aku akan berikan apapun yang kamu mau. Bahkan jika kamu mengibarkan bendera putih, aku tidak akan melepaskanmu." Dian mengedipkan satu mata pada sang suami dan pergi begitu saja meninggalkan Dave setelah memakai gaun midi dressnya sebelum dirinya dilahap pria penuh gairah.     

Dave termenung mendengarkan kata-kata sang istri. Wajahnya memerah, dan bulu kuduknya berdiri.     

"Apakah dia masih Dian istriku yang pemalu dan takut-takut bila melihatku?" Pria itu luruh jatuh duduk berlutut di atas lantai.     

-----     

"Haii, senang sekali rasanya kalian bisa datang." Dengan senyum penuh keramahan, Dian sebagai tuan rumah menyambut langsung semua tamunya yang datang bergantian satu persatu. Tamu pertama adalah pasangan Calista dan Darren beserta ke tiga anak mereka dan Hera tentunya. Tidak berapa lama, datang sebuah mobil milik pemilik klab malam dan istrinya yang seorang dokter bedah bersama dua anak mereka. Menyusul pasangan Lewis dan Likha juga anak satu-satunya mereka, lalu tidak ketinggalan pula Jhonny dan Jenny yang semula tidak bisa datang karena sang istri, Jenny, harus menerima banyak pasien di detik-detik terakhir. Namun, akhirnya menjelang jam pertemuan, mendadak semua pasiennya sudah tidak ada lagi. Rose dan Andrew datang paling terakhir karena keduanya masih sama-sama sibuk dengan kegiatannya merenovasi halaman depan yang akan dijadikan taman bunga.     

Ruangan tamu yang disulap menjadi ruangan berkumpul itu pun riuh dengan suara besar para pria dan suara renyah para wanita. Anak-anak mereka disediakan di ruangan bermain khusus yang memang disediakan oleh Dian untuk anak-anaknya dan tamu mereka kelak.     

"Apa kabar kalian? Lama kita tidak berkumpul." Dian, sebagai tuan rumah, langsung menawarkan secangkir sirup merah yang dibawanya diatas nampan.     

"Aku akan mulai bekerja sebentar lagi di rumah sakit tempat dokter Carol bekerja." Jawab Likha dengan senyum beseri-seri.     

"Likha, panggil aku Carol saja. Kita semua sama, tidak usah memanggilku dengan gelar." Jawab Carol dengan suara lembutnya.     

"Tapi, tetap saja aku tidak enak." Jawab perempuan yang mengenakan jilbab panjang hingga menutupi dada warna ungu muda yang sangat cantik.     

"Ahh, pokoknya panggil aku nama saja kalau kita sedang berkumpul begini. Kalau dirumah sakit, kamu boleh panggil aku dokter. Okay?" Ujar Carol.     

"Siap." Para wanita itu pun tertawa jenaka. Termasuk calon ibu, Jenny, yang sedang mengandung lima bulan.     

"Ada berita terbaru apa?" Darren memulai percakapan serius begitu mereka sudah saling bertanya jawab kabar masing-masing.     

"Aku akan meresmikan cabang restoran kedua ku di tengah kota Jakarta. Lokasinya berdekatan dengan kantorku." Jawab Lewis. "Kalian harus datang ya di acara peresmiannya sekitar dua minggu lagi." Ujarnya lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.