Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 513. Terulang Kembali



V 513. Terulang Kembali

0"Apa yang kamu lakukan?" Diane masuk kedalam kamar sementara anaknya, Ruby, selama tinggal menumpang di rumah Sara, teman baiknya semasa kecil.     
0

"Mommy, kenapa tidak mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk?" Ruby yang sedang dalam posisi rebahan absurdnya dengan kepala menjuntai ke atas lantai sementara tubuh dan kakinya berada di atas kasur itu langsung bangun melihat mommynya datang dengan posisi kepalanya terbalik.     

"Mommy sudah mengetuk pintu dua kali tapi kamu tidak menyahut. Jadi, mommy masuk saja." Jawab Diane enteng lalu duduk di tepi kasur anaknya. Ruby yang sedang merapihkan rambut pirang panjangnya itu pun duduk di dekat mommynya dengan wajah ditekuk lesu.     

"Ruby, apa tidak sebaiknya kita pulang saja? Mommy tidak enak sudah merepotkan tante Sara dan om James selama kita tinggal disini."     

"Kenapa mommy dan daddy saja yang tidak pulang? Aku masih ada pekerjaan disini." Jawab Ruby sambil melihat ke arah lain.     

"Kamu ini!" Tangan Diane terkepal dan akhirnya kepala sang anak didorong dengan satu jari telunjuknya.     

"Aww, mommy!" Rungut Ruby kesal.     

"Mommy tidak habis pikir, apa yang kamu lihat dari lelaki itu? Jelas-jelas Parker lebih baik dari … siapa namanya?"     

"Anton,"     

"Ya, Anton."     

"Apa? Parker? Mom, please. Dia itu lelaki playboy. Perempuan yang sudah ditidurinya itu tak terhitung jumlahnya. Mommy masih ingin menikahkan aku dengan pria seperti itu? Lebih baik aku jadi perawan tua selamanya." Ucap Ruby dengan seringai sinis.     

"Tapi, setidaknya juga jangan dengan lelaki muda itu. Aku dengar usianya lebih muda lima tahun darimu."     

"Apa itu masalah?" Jawab Ruby balik. "Tapi, kalian sudah berhasil memisahkan aku dengannya. Dia akan ke propinsi paling jauh dan kami akan sangat berjauhan kini." Jawab Ruby dengan mendesah lemas.     

Diane sebenarnya tidak mempermasalahkan Ruby ingin menjalin hubungan dengan lelaki manapun. Tapi, jurang pemisah antara anaknya dengan adik Calista itu sangat dalam yaitu keyakinan. Diane tidak ingin anaknya berubah kepercayaan dan mengikuti keyakinan sang pria. Karena biar bagaimanapun, mereka termasuk keluarga dari kerajaan yang akan dinilai oleh orang banyak dan menjadi sorotan oleh semua orang, mau tidak mau.     

"Kapan lelaki itu pergi?"     

"Entahlah, aku dengar dalam minggu ini." Jawab Ruby lagi.     

"Ya sudah, kamu tidur istirahat saja. Besok kamu masuk kerja kan? Mommy juga sudah sangat mengantuk."     

"Okay, selamat malam. Selamat beristirahat." Ruby memasukkan tubuhnya kedalam selimut dan mematikan lampu meja. Diane menutup pintu kamar anaknya dengan perasaan campur aduk.     

-----     

Anton duduk diam dihadapan seorang wanita yang merupakan ibu dari kekasih hatinya. Diane menatap lekat-lekat pria yang pernah memberanikan diri melamar anaknya itu. Kalau diamati dari dekat, Anton memang memenuhi semua kriteria menjadi calon menantu keluarga Judith. Postur tubuh, wajah, pekerjaan, sikap, dan semuanya. Hanya satu yang disayangkan dan itu adalah hal terbesar.     

"Maafkan aku mengganggu jam kerja kamu. Aku pastikan ini hanya sebentar." Ucap Diane sambil menyeruput teh manis hangat yang disediakan untuknya.     

"Tidak apa-apa, nyonya. Jam bekerja masih satu jam lagi. Saya memang sudah terbiasa datang lebih pagi seperti ini." Jawab Anton dengan senyum takut-takut.     

"Anton, aku tahu kamu sangat mencintai anakku. Tapi, seperti yang kamu dan Ruby ketahui, kalian memiliki satu perbedaan yang sangat besar dan dalam. Beberapa hari ini aku lihat Ruby selalu murung dan tidak memiliki semangat sama sekali. Kalau ditanya, sering melamun dan tidak fokus mengerjakan apapun. Kemarin tangannya hampir terbakar api kompor karena masak air tapi lupa mematikan kompor di panci yang mendidih. Seumur-umur aku belum pernah melihat dia linglung seperti itu. Huft!" Diane menghela napas berusaha menghilangkan kegundahan di dadanya.     

Ruby adalah anak yang sangat keras kepala kalau sudah punya keinginan tapi Ruby selalu melalukan apapun dengan sebaik mungkin dan hasilnya selalu membuat semua orang terkagum-kagum dengan cara kerjanya. Apa yang dilakukan Ruby saat ini mirip dengan apa yang dilakukannya saat Diane masih muda. Demi menikah dengan suaminya, Harry, Diane menentang kedua orangtuanya dan mereka menikah tanpa persetujuan kedua orangtua masing-masing hingga akhirnya Diane melahirkan dua anak, Ruby dan Emilia. Diane khawatir apa yang dilakukannya dulu akan terulang kembali ke anak sulungnya, Ruby.     

Anton yang mendengar ucapan seorang ibu dihadapannya itu, mendadak terkejut dan melebarkan matanya. Ternyata tidak hanya di kantor saja Ruby kehilangan konsentrasinya dalam bekerja, dirumah pun dia sama. Anton sengaja untuk tidak sering bertemu dengan Ruby agar perpisahan mereka yang dalam hitungan hari ini tidak akan semakin sulit dilakukan. Namun, ternyata keputusannya untuk menghindari Ruby adalah keputusan yang salah.     

"Nyonya, jika nyonya mengijinkan, aku akan berbicara dengan Ruby malam ini pulang kerja. Tadinya aku ingin menghindari dia agar saat aku pergi nanti dia akan terbiasa. Ternyata, itu malah membuatnya tidak baik-baik saja." Jawab Anton dengan wajah penuh harap.     

Diane bisa melihat ketulusan yang ada di setiap ucapan lelaki muda dihadapannya ini.     

"Baiklah, aku berikan kamu kesempatan untuk bertemu dengan anakku malam ini. Semoga dengan begitu, dia akan mulai merelakan kamu yang akan pergi jauh untuk waktu yang sangat lama." Jawab Diane.     

"Terima kasih atas ijin yang diberikan. Sebentar lagi Ruby pasti datang. Apa nyonya ingin bertemu dengannya?" Ujar Anton.     

"Tidak tidak, jangan katakan padanya aku datang kesini. Dia akan sangat marah. Aku pergi lewat lift lain saja. Aku percaya padamu. Kalau begitu, aku pamit undur diri dulu. Selamat bekerja dan maaf sekali lagi sudah mengambil waktumu pagi ini." Diane mengenakan kacamata hitamnya dan beranjak bangkit dari duduknya. Baru saja wanita itu membuka pintu ruangan rapat tempat dia dan Anton mengobrol, tiba-tiba dari kejauhan dia melihat anaknya baru datang dan berjalan menuju ruangan kerjanya.     

Diane kembali masuk kedalam ruangan dengan wajah panik.     

"Ada apa, nyonya?" Anton yang tidak tahu menahu, mengernyitkan alisnya.     

"Ada Ruby baru datang. Bagaimana ini?" Diane berkata dengan suara gemetar. Ruby pasti akan ngamuk besar kalau sampai melihat mommynya datang ke kantornya, apalagi sampai menemui Anton.     

"Aku akan keruangannya untuk mengalihkan perhatian. Nyonya bisa langsung menuju lift begitu aku masuk ke ruangannya sambil membawa dokumen untuk ditandatangani olehnya." Jawab Anton dengan santai.     

"Oh begitu? Baiklah kalaun begitu, kamu keluar lebih dahulu." Diane memberi jalan pada Anton untuk keluar ruangan lebih dahulu dan dia pun kembali bersembunyi dibelakang pintu.     

TOK TOK TOK!     

"Masuk," Suara Ruby dari dalam terdengar malas menyahut. "Kamu, ada apa pagi-pagi begini ke ruanganku?" Ruby yang baru saja menggantungkan jasnya ke hanger yang sudah disediakan di ujung ruangannya, melihat Anton yang masuk pagi-pagi sebelum jam kerja dimulai.     

"Aku ingin bicara panjang lebar denganmu sepulang kerja. Apa kamu ada waktu?" Anton berjalan menghampiri perempuan yang hanya menggulung rambutnya ke atas dan dengan sentuhan riasan natural.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.