Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 512. Seperti Satu Banding Dua



V 512. Seperti Satu Banding Dua

0"Pasien selanjutnya, anak Dewa," Seorang perempuan berseragam serba putih memanggil pasien selanjutnya yang akan diperiksa oleh dokter spesialis anak, Jenny.     
0

Jenny, yang sedang hamil muda 3 bulan, tetap melaksanakan tugasnya dengan baik. Kesibukannya membuatnya lupa sejenak dengan morning sickness yang datang tidak hanya di pagi hari, tapi juga siang, sore, dan malam hari. Tidak hanya satu penyebab, tapi Jenny bisa muntah-muntah kalau melihat wajah suaminya, Jhonny. Sehingga mereka tidur terpisah karena Jhonny tidak ingin istrinya menjadi lemas karena sering muntah-muntah.     

Setelah selesai memeriksa pasien terakhir, Jenny meninggalkan ruangan prakteknya dan berjalan menuju taman sambil membawa roti dan susu ibu hamil yang dikemas didalam tumbler. Perempuan hamil itu duduk di kursi taman yang terbuat dari besi.     

"Aku rindu ayah kamu, sayang. Sudah satu minggu ini ibu dan ayah kamu tidak bertemu wajah meskipun kita tinggal dalam satu atap. Entah apa yang membuat kamu tidak ingin melihat wajah ayah kamu. Tapi, ibu sangat merindukan dia. Kalau ibu tidur dengan ayah kamu, ayah kamu itu akan menggaruk-garuk punggung ibu, memeluk ibu dengan hangat hingga detak jantungnya terdengar jelas, bahkan ayah kamu tidak segan-segan untuk menemani ibu ke kamar mandi di tengah malam." Jenny mencoba mensugesti anak yang dikandungnya bahwa tidak melihat Jhonny itu sudah sangat menderita. Apalagi sudah hampir satu minggu.     

"Miss me?" Tiba-tiba dari belakang kursi yang diduduki Jenny, sebuah pelukan hangat mendekapnya. Sepasang tangan besar dan kokoh itu terasa nyaman dan sangat dirindukan oleh perempuan hamil.     

"Sayang? Aku kangen." Jenny membalikkan tubuhnya dan berdiri menghampiri sang suami.     

"Apalagi aku. Mungkin karena dosa yang aku lakukan di masa lalu jadi anak kita tidak mau melihat ayahnya." Jawab Jhonny sambil mendekap lembut tubuh dokter anak yang meski sedang berbadan dua itu namun berat badannya tetap stabil dan ramping.     

"Kamu jangan berkata seperti itu. Aku juga tidak tahu kenapa aku … eh, aku kok tidak mual lagi ya? Ah, sepertinya aku sudah tidak mengalami morning sickness lagi. Ahhh, aku senang sekali." Dokter muda itu memeluk sang suami tak peduli kalau dia masih berada di wilayah kerjanya.     

"Sayang, semua orang melihat kita." Jhonny tersenyum lirih pada sang istri. Namun, Jenny tidak peduli meskipun dia melepas perlahan pelukannya.     

"Malam ini, tidur di kamarku lagi ya." Ujar sang istri.     

"Tentu saja, aku sudah tidak sabar memeluk istriku saat sedang tidur." Jawab sang suami berbadan kekar.     

"Oh iya, kamu ada apa datang kesini? Aku tidak memanggil kamu kan?" Jenny keheranan untuk sesaat.     

"Tidak, sayang. Aku sengaja kesini untuk menemui istriku. Tadi aku keruanganmu tapi kata suster yang bertugas, kamu biasanya ada di taman. Jadi, aku kesini. Kebetulan, aku baru saja mengantarkan anak buahku ke IGD." Jawab Jhonny lagi. Sang istri pun mengerutkan keningnya.     

"Ada apa? Apa kalian habis berkelahi?"     

"Tentu saja tidak. Dia mengalami kecelakaan kerja saat sedang mengawal bosnya ke bank. Ada orang tak dikenal yang menusuknya dari belakang. Beruntung pisau itu tidak sampai terlalu dalam menembus tubuhnya." Jenny merintih lirih mendengar penjelasan Jhonny yang sangat detail. Meskipun dia seorang dokter, tapi kalau mendengar korban penusukan, hatinya langsung merasa ngilu.     

"Terus sekarang bagaimana keadaannya?"     

"Sudah ditangani oleh dokter dan sekarang dia sedang menjalani rawat inap. Resiko dari pekerjaan memang seperti ini." Jawab Jhonny dengan wajah tenang seperti tidak ada beban. Jenny mengangguk-angguk pelan.     

"Waktu istirahatmu sudah berakhir kan?" Jhonny melirik arlojinya yang dikenakan di pergelangan tangan kirinya.     

"Oh iya, aku lupa. Aku harus kembali ke ruangan. Kamu … mau langsung pulang atau?"     

"Aku akan mengurus anak buahku terlebih dahulu. Setelah itu baru aku pulang. Ayo istriku, aku antarkan ke ruanganmu." Jhonny menggenggam erat telapak tangan halus dan lentik sang istri. Perbandingan ukuran telapak tangan mereka seperti 1 banding dua. Jenny memang tidak mungil tapi tubuhnya ramping proporsional sehingga ukuran tangannya pun kecil.     

Sepasang suami istri itu pun berjalan dengan penuh kemesraan. Jenny merindukan momen-momen berduaan bersama sang suami. Sudah terbayang dalam benaknya apa yang akan dia lakukan nanti dengan suaminya saat berduaan. Kepalan tangan hangat ini akan menelusuri punggungnya dan mengusap-usap kulitnya sampai dia tertidur pulas dengan sendirinya.     

Namun, tidak dengan bayangan Jhonny. Malam ini, dia dan istrinya akan memadu kasih setelah sekian lama mereka berpisah padahal masih tinggal dalam satu atap. Senyuman Jhonny dan Jenny masing-masing memiliki fantasi yang berbeda.     

-----     

"Anton, aku mencari kamu kemana-mana. Telpon kamu juga tidak aktif. Tuan Donni mencari kamu." Ayu memanggil Anton yang baru akan memasuki lift menuju lantai tempat dimana dia bekerja.     

"Oh, ada apa?" Pria yang baru saja selesai memadu kasih dengan pacarnya itu, tampak lebih segar dan senyumnya pun lebar. Dia mengecek ponselnya dan benar saja ada puluhan panggilan tak terjawab. Salah satunya dari bapak angkatnya, Donni. "Terima kasih infonya, aku langsung keruangan tuan Donni saja." Jawab Anton.     

Anton langsung menekan nomer lantai yang tertera di dinding lift setelah pintu lift tertutup. Hatinya mendadak gusar karena lagi-lagi waktu berduaan dengan sang kekasih sangat tidak tepat. Bapak angkatnya menelponnya saat dia sedang bercinta dengan sang kekasih dan dia pun menonaktifkan dering ponselnya.     

Tok tok tok!     

"Masuk." Suara jawaban dari dalam membuat dada Anton berdegup kencang. Panggilan berkali-kali dari bapak angkatnya bukan tanpa alasan. Pasti ada sesuatu yang sangat penting yang ingin dibicarakan presdir perusahaan ini.     

"Selamat siang, pak." Anton melangkah masuk ke dalam ruangan sang presdir dengan langkah sedikit gugup.     

"Kamu darimana saja?" Pertanyaan singkat dan padat dan baru kali ini terdengar menusuk jantungnya.     

"Aku … "     

"Aku?"     

"Aku baru kembali dari bertemu Ruby di luar." Jawab Anton sambil membetulkan kacamatanya.     

Donni tersenyum tipis. Dia tahu apa yang dimaksud 'bertemu'. Donni adalah mantan Don Juan dan pernah menghancurkan hati banyak wanita. Apa yang dilakukan Anton saat ini, belum seberapa dibandingkan apa yang dia lakukan saat masih muda.     

"Huft, kamu sudah mempersiapkan semua dokumentasi untuk kepindahanmu ke tempat baru?"     

"Sudah, pak. Tinggal Sebagian lagi yang menunggu acc dari bagian keuangan." Jawab Anton. Selama disana, biaya hidup Anton akan ditanggung perusahaan selama satu bulan pertama. Untuk seterusnya, Anton akan membiayai hidupnya sendiri dengan menggunakan gajinya. Donni merasa Anton perlu penyesuaian sejenak selama satu bulan pertama terutama biaya makan dan kebutuhan pokok lainnya.     

"Bagus, aku berharap kamu bisa menyelesaikan semuanya dua hari lagi. Mereka membutuhkanmu segera jadi kamu harus bergegas berangkat kesana." Jawab Donni dengan intonasi tenang. Anton terdiam. Tidak lama lagi dia akan berpisah dengan pacar bulenya. Dan, entah kapan mereka bisa bertemu kembali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.