Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 507. Lamaran (1)



V 507. Lamaran (1)

0Akhirnya, Darren memutuskan untuk berlibur mengajak seluruh anak-anak, istrinya tentu saja, dan Hera. Mereka akan ke Seoul untuk mengabulkan keinginan sang istri yang ingin melihat oppa-oppa yang sering di tonton sang istri ketika anak-anaknya sudah lelap tidur.     
0

Darren sangat menikmati acara belanjanya bersama dua anak kembarnya. Kemanapun kaki mereka melangkah, semua orang disekitarnya pasti tidak berhenti menatap tiga orang yang berhasil menarik perhatian mereka. Seorang ayah dan anak lelaki dengan mata hijau mereka dan anak perempuan yang wajahnya mirip dengan anak yang lelaki, sungguh sangat membuat iri bagi siapapun yang melihatnya.     

"Ayah, buku kamus belajar Bahasa Korea. Ibu pasti butuh ini." Ratu berdiri di rak khusus Bahasa asing dan mendapati sebuah buku bertuliskan 'KAMUS BAHASA KOREA – INDONESIA'. Darren mengangguk dua kali dan bibirnya membentuk kerutan ragu-ragu.     

"Hmm, okay. Tapi ayah punya ide lain." Jawab Darren dengan sorot mata berbinar-binar.     

"Apa itu?" Bocah perempuan kecil itu bertanya dengan nada menyelidik.     

"Kalian selesaikan membeli buku, setelah itu kita pergi ke butik baju." Jawab Darren. "Ayah tunggu kalian di kursi tunggu itu saja ya." Jawab Darren pada kedua anaknya.     

Raja dan Ratu pun langsung mencari buku yang diinginkan dan juga semua peralatan sekolah mereka yang belum ada dirumah. Sang ayah mengambil tempat duduk di kursi yang disediakan pihak toko buku. Ketenangan Darren selama beberapa menit terusik dengan suara seseorang yang menghampirinya.     

"Maaf, tempat ini tidak ada pemiliknya kan?" Seorang wanita dengan penampilan cukup trendi dengan wajah cantik, bertanya pada Darren yang sedang berselancar dengan ponselnya.     

"Silahkan," Jawab Darren singkat sambil menggeser duduknya lebih merapat ke sebelah kanannya yang dekat dengan tangan kursi. Wanita itu melirik ke arah pria yang duduk di sebelahnya. Sesekali dia tersenyum sendiri karena baru kali ini dia melihat seorang pria yang sangat tampan. Biasanya dia melihat wajah pria tampan di layar televisi atau film yang sedang tayang dan laris manis.     

"Anda sedang menunggu seseorang?" Wanita itu berusaha membuka percakapan agar bisa kenal lebih dekat.     

"Ya," Jawab Darren singkat. Dengan senyum lirih dan merasa tidak mendapatkan tanggapan yang baik. Wanita itu menyeringai sinis. Darren benar-benar malas melayani orang tak dikenal, terutama wanita.     

"Namaku …"     

"Ayah, aku dan Raja sudah selesai memilih. Sekarang tinggal membayar di kasir." Ratu berlari-lari kecil menghampiri sang ayah yang sedang duduk fokus sambil memegang ponselnya. Ratu menatap wanita yang duduk di sebelah ayahnya dengan tatapan tidak suka. Wanita itu mengernyitkan alisnya melihat dirinya ditatap oleh seorang anak kecil dan dia pun membalas dengan tatapan mata melotot tajam. Darren yang sempat melihat apa yang wanita itu lakukan pada anak perempuan satu-satunya, turut menatap wanita itu dengan pandangan tidak suka. Wanita yang tidak diketahui namanya itu langsung mengalihkan tatapannya ke arah lain.     

Darren dan Ratu menghampiri Raja yang sedang mengantri di kasir dengan dua keranjang belanjaan milik dirinya sendiri dan punya adiknya. Setelah selesai dari toko buku, mereka bertiga menuju butik baju yang mereka lewati dalam perjalanan menuju ke tangga escalator. Berbagai baju model cantik terpajang dengan bersih dan rapihnya. Setelah mendapatkan beberapa saran dan pertimbangan, akhirnya Darren memilih dress simple warna ungu lembut yang sangat cantik. Raja dan Ratu yang ikut memilih tersenyum lebar keluar dari butik dan kini sang ayah pun menenteng belanjaan seperti mereka.     

Ketiganya mengakhiri acara belanja hari ini dengan mampir ke restoran yang dipilih Darren dengan menu makanan ala barat.     

-----     

"Kamu sudah siap?" Donni menghampiri Anton yang sedang melamun dengan kedua tangan terkepal bertumpu di bawah dagunya. Kedua pria itu sangat tampan dengan kemeja lengan panjang warna hitam dan celana bahan hitam.     

"Kamu kenapa melamun?" Donni bertanya pada sang anak angkat. Anton menghela napasnya berat. "Kamu … ragu-ragu?" Pria yang usianya hampir berusia lima puluh tahun itu langsung menebak dengan benar isi hati dan pikiran Anton.     

"Seharusnya aku tidak ragu-ragu. Tapi …" Anton menghentikan kalimat yang keluar dari bibirnya.     

"Tapi?"     

"Aku melupakan satu hal yang sangat penting." Jawab Anton dengan wajah menunduk menatap lantai yang ada dibawahnya.     

"Keyakinan?" Tebak Donni lagi. Tidak perlu dijawab karena Anton tidak berkata apa-apa setelahnya.     

"Satu hal itu adalah hal dasar kalau kita ingin menjalin suatu hubungan ke jenjang yang lebih serius. Aku dan istriku juga kedua orangtuamu juga pasti menginginkan kalian kelak saat menikah mengarungi lautan dengan satu nakhoda dengan tujuan yang sama. Kamu bisa bicarakan itu nanti saat kita bertemu dengan kedua orangtua Ruby. Aku yakin mereka juga mengerti akan hal ini dan berpikiran luas." Jawaban Donni cukup menenangkan Anton yang sempat galau dan ragu-ragu untuk menemui sang pujaan hati bersama orangtuanya.     

"Ayo, aku sudah siap." Agnes muncul dari menuruni tangga. Donni menepuk punggung pria berkacamata seolah memberi kekuatan padanya untuk menghadapi apa yang harus dihadapi malam ini karena sudah tidak mungkin untuk melarikan diri. Anton memukul kedua pahanya sambil menghela napas dengan sekali tarikan lalu berdiri dengan mantab.     

Ketiganya pergi meluncur dalam satu mobil dengan seorang supir. Anton duduk di kursi sebelah supir. Sedangkan om dan tante angkatnya duduk di kursi penumpang bagian belakang. Sepanjang jalan Anton hanya diam sambil memikirkan apa yang harus dia katakan dan lakukan disana. Karena ini memang pertama kalinya dia berhadapan secara resmi dengan orangtua Ruby.     

Kedua orangtua Anton di Jogja sudah diberitahu perihal lamaran yang akan dia lakukan malam ini. Teguh dan Dini sangat senang anak bungsunya sudah menemukan tambatan hati dan akan segera menikah. Mereka berdua bersyukur sekali dan sangat merasa terbantu dengan kesediaan Donni dan Agnes yang mewakili mereka berdua yang memang tidak bisa datang secepat ini.     

Mobil yang membawa rombongan Anton pun tiba di sebuah pekarangan rumah yang sangat luas dengan gaya Eropa yang sangat kental. Sara dan James menyambut besannya di depan pintu. Agnes dan Sara saling memeluk hangat dan menempelkan pipi kiri dan kanan mereka, sementara James dan Donni berjabat tangan dengan erat. Anton yang berdiri di belakang kedua orangtua Calista sempat ragu untuk masuk namun Donni menyuruh pria berkacamata itu untuk masuk dengan kode menaikkan alisnya.     

Anton mengambil dan menghembuskan napas sekali lagi. Momen ini akan menuju perubahan hidupnya sekali seumur hidup. Adik angkat Calista itu segera berjalan dengan langkah tegap setelah mengucapkan doa. Penampilan Anton sangat tampan dengan ciri khas pria Jawa asli Jogja yang sangat kental. Donni dan Agnes masuk ke dalam ruangan tengah dimana sudah berada sepasang orangtua Ruby yang sudah pasti terlihat jelas wajah baratnya. Ruby tampil dengan dress pola sederhana namun sangat anggun dengan riasan nude nya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.