Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 504. Bahkan Lebih Hancur



V 504. Bahkan Lebih Hancur

0"Cih, kamu pikir aku peduli dengan syarat ataupun apapun yang akan kamu katakan. Dengar, kalau aku ingin membantumu kali ini, itu bukan karena syarat yang akan kamu katakan, tapi karena aku ingin membalas rasa bersalahku padamu." Jawab Dave sambil mengepalkan tangannya.     
0

Britney tertawa terbahak-bahak mendengarnya.     

"Membalas rasa bersalah? Hahaha, andaikan semua pria yang pernah menikmati tubuhku akan mengatakan kalimat konyol yang baru saja kamu katakan, aku akan menjadi perempuan paling beruntung di dunia ini." Seringai sinis diberikan Britney setelah mengakhiri ucapannya.     

"Aku ingin memiliki setengah dari kekayaan Baron Sabit untuk menjamin kelangsungan hidupku." Wajah Britney mulai serius. Dave mengernyitkan alisnya namun tiba-tiba giliran Dave yang tertawa terbahak-bahak.     

"Hahaha, kamu tahu? Inilah yang membuat beberapa pria WARAS yang telah menikmati tubuhmu pergi meninggalkan kamu. Karena pendamping hidup mereka saat ini tidak pernah meminta harta apapun, bahkan mereka meninggalkan sang pria yang telah mengkhianati mereka meskipun harta si pria tidak habis sampai tujuh turunan."     

"Karena mereka tidak pernah mengalami hidup seperti yang aku alami!" Britney menggebrak meja Dave dan itu cukup membuat Dave kaget.     

Dave berdiri dan menghampiri Britney lalu mencekik lehernya hingga perempuan itu memukul-mukul tangan berotot pria yang masih mempertahankan rambut panjang sebahu dan mengikatnya berbentuk bun di tengah-tengah.     

"Tahu apa kamu tentang kehidupan perempuan yang prianya telah mengkhianati mereka? Istriku hidup lebih menderita dibandingkan kamu anak manja yang tidak bisa hidup tanpa kartu kredit tanpa batas. Andaikan kamu tahu bagaimana hidup istriku, Calista, dan nyonya Agnes, kelak kamu akan merasa hina dan jatuh harga dirimu hingga ke tanah paling dasar bumi." Dave mendorong tubuh Britney ke belakang sehingga perempuan itu terjatuh ke atas lantai sambil terbatuk-batuk dan memegang lehernya yang mungkin ada jejak jari-jari Dave disana.     

"Sekarang, keluar dari tempat ini dan jangan pernah muncul lagi di hadapanku SELAMANYA!" Ucap Dave dengan wajah bengis dan suara geraman kesalnya. "Keluar atau satpam yang akan melemparmu!"     

"Berikan aku seratus juta karena aku ingin pergi keluar negeri!" Britney berteriak histeris.     

"Seratus juta? Satu juta pun tidak akan aku berikan padamu. KELUAR!" Dave berteriak lebih keras lagi. Britney bangkit dan menghentakkan satu kakinya ke atas lantai dan meninggalkan ruangan Dave dengan tergesa-gesa.     

"Sial! Dasar perempuan sial!" Dave menyugar rambutnya dengan jari jemari tangan lebarnya. Hingga kuncirannya pun berantakan.     

"Kapan kamu akan memotong rambutmu? Apa kamu tidak malu dengan Devan yang rambutnya pendek dan rapih?" Suara Dian terngiang-ngiang ditelinganya ketika pria itu melihat ikatan rambut dari bahan karet tipis itu.     

"Biar anak perempuanku yang memotongnya." Jawab Dave kala itu.     

"Ooh jadi ini kode toh, kamu ingin punya anak perempuan? Kalau adik Devan nanti lahir lelaki lagi bagaimana?" Jawab sang istri.     

"Ya, kita usaha terus, hehehe." Jawab Dave sambil merenggangkan jaraknya dengan sang istri yang sudah melotot mendengar jawaban absurd sang suami.     

"Kamu mau mati, ya?! Kamu pikir aku kucing?"     

"Tentu saja tidak. Aku berpikir kamu adalah ibu dari anak-anakku yang akan menjadi generasi hebat dan cerdas. Anak-anakku haruslah anak lelaki yang tampan seperti daddynya dan anak perempuan yang cantik seperti mommynya. " Jawab Dave lagi.     

Dan, Tuhan pun mengijinkan Dave dan Dian untuk langsung memiliki anak perempuan selanjutnya. Ucapan yang pertama kali dibisikkan Dian di telinga sang suami adalah, "Akhirnya ada yang bisa memotong rambutmu." Dan, Dave pun menyeringai senang sambil melayangkan kecupan di dahi, kedua pipi, dan bibir sang istri.     

"Awas kamu, Dave! Aku tidak akan lelah untuk menghancurkan hidup kalian. Sama seperti hancurnya hidupku, bahkan lebih hancur lagi sampai kalian tidak bisa bangkit kembali." Britney menatap wajahnya di cermin kamar mandi. Wajah yang memancarkan dendam sangat berapi-api yang mampu membakar semua yang menyinggungnya.     

-----     

"Selamat pagi, tuan. Ini ada beberapa dokumen yang harus ditandatangani hari ini juga." Andrew meletakkan beberapa tumpukan dokumen yang telah dia periksa sebelumnya, sebelum diserahkan pada bosnya, Darren.     

"Andrew, hari ini aku akan pulang lebih cepat, sekitar jam tiga. Aku sudah janji pada Raja dan Ratu untuk menemani mereka belanja kebutuhan sekolah nanti." Ujar Darren sambil dua jarinya memainkan pulpen seperti yang kadang dia lakukan sebelum menandatangani sebuah dokumen.     

"Baik tuan," Jawab Andrew singkat. "Oya tuan, barusan saya menerima sebuah email dari pengacara yang mengurus harta warisan tuan Baron Sabit."     

Darren mengernyitkan alisnya, "Bukankah pembagian harta warisan ayah mertua kamu itu sudah selesai? Memangnya ada apa lagi?"     

"Memang semua sudah selesai. Istri saya dan adiknya juga tidak mempermasalahkan isinya apa. Seorang wanita menuntut harta pembagian karena statusnya yang telah menjadi istri dari tuan Baron sampai sekarang masih tercatat resmi di pengadilan." Jawab Andrew.     

"Tunggu tunggu, setahuku istri tuan Baron atau ibu dari istrimu dan istri Dave itu sudah meninggal. Ini istri yang mana lagi?" Darren meletakkan pulpennya karena mendapatkan topik yang lebih menarik perhatiannya.     

Sorot mata Andrew yang diam dan mengatupkan bibirnya membuat Darren menduga seseorang, "Apa dia …" Andrew mengangguk pelan.     

"Hahahaha, benar-benar perempuan itu! Tidak ada kapoknya. Bahkan kamar penjara pun tidak bisa mengembalikan akal sehatnya." Ujar Darren sambil menyeringai sinis. "Lalu kamu sudah balas emailnya?"     

"Belum tuan. Pengacara itu hanya minta waktu istriku dan istri Dave untuk mendiskusikan masalah ini." Jawab Andrew.     

"Ahh kenapa aku dulu bisa terobsesi pada perempuan seperti itu? Perempuan yang membuatku gelap mata dan membuat aku menentang mommy and daddy. Britney harus menyudahi kegilaannya atau pusaralah batas akhirnya." Gumam Darren dalam hati.     

"Kamu tahu? Kamu jawab saja email dari pengacara itu dan katakan, silahkan gugat kalau memang dia bisa. Karena aku jamin, Britney tidak punya senjata apapun untuk melawan hukum. Dia sudah benar-benar bangkrut tanpa sepeserpun. Jadi dia tidak akan bisa menggugat kalian lebih lanjut, percayalah. Itu hanyalah gertakan perempuan itu saja," Jawab Darren.     

Andrew tersenyum lega. Lega bukan karena warisan yang sudah menjadi milik istrinya akan diributkan kembali. Tapi, lega karena beban pikiran sang istri yang sedang hamil muda itu bisa terhindar dari pikiran yang mempengaruhi kehamilannya.     

"Ya sudah, kamu kembali ke tempatmu." Darren menyerahkan map yang sudah selesai ditandatangani. "Yang ini nanti aku panggil kalau sudah selesai."     

"Siap tuan," Andrew keluar dari ruangan sang presdir yang kini lebih hangat dan bersahabat sejak memiliki keluarga yang harmonis dan menyenangkan.     

Baru saja Darren ingin mulai mengecek dokumen yang setiap hari menumpuk. Tiba-tiba sebuah dering telpon berbunyi.     

"Ada apa Ratu?" Anak perempuannya yang selalu menghidupkan suasana membuatnya menghentikan lagi pekerjaannya.     

"Ayah kok tahu aku yang menelpon?" Sahut Ratu dengan suara riangnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.