Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 501. Menantu Angkat



V 501. Menantu Angkat

0"Ih kamu itu! Besok malam kamu kerumah aku untuk melamar tahap pertama. Tahapan kedua baru kita ajak orangtua kamu ke sini."     
0

"Melamar juga ada tahapan-tahapannya? Aku baru tahu." Anton mengernyitkan alisnya.     

"Sebenarnya di negara aku tidak ada acara lamaran rumit. Hanya saja banyak acara makan malam pertemuan dua keluarga sekitar dua atau tiga kali sebelum acara pernikahan." Jawab Ruby. Anton diam memejamkan matanya namun otaknya dipaksa untuk terus berpikir.     

"Ruby, orangtuaku bukanlah dari keluarga yang sangat ternama dan hidup bergelimang harta. Bahkan waktu aku dan mba Calista masih sekolah, kami membantu orangtua kami dengan melakukan usaha apapun. Mbak ku itu ulet mulai dari memberi les privat, jadi pemandu wisata untuk turis yang ingin menjelajahi kota Jogja, dan lain sebagainya. Sedangkan aku, menjadi pengamen jalanan di sepanjang jalan Malioboro juga ke tempat wisata lainnya. Huh, keluargaku jauh dari kata ideal untuk menjadi besan kedua orangtua kamu." Anton mengusap pipi halus perempuan yang saat ini statusnya menjadi kekasihnya.     

"Bawa aku menemui kedua orangtuamu, setelah aku membawamu menemui kedua orangtuaku." Ruby berkata dengan sorot mata memelas.     

"Okay, selama kamu yakin maka aku tidak akan mundur." Ruby tersenyum manis. Perempuan itu duduk di atas pangkuan sang pria yang duduk bersandar di kepala ranjang. Kedua tangannya di silangkan ke leher sang pria muda yang akan segera menjadi suaminya itu. Tanpa ragu dan malu lagi, Ruby mencium lembut bibir pria yang sudah menarik perhatiannya sejak pertama bertemu.     

"Kita sudah terlalu lama diluar. Sudah waktunya kembali ke kantor." Sang pria mengusap kedua paha mulus yang ada di kanan kirinya itu.     

"Tapi, aku masih ingin berlama-lama disini."     

"Aku tidak enak dengan om Donni."     

"Aahhhhh, baiklah. Malam ini kita tidak bisa bertemu lagi dan besok pagi sampai sore kita akan berhadapan dengan status sebagai seorang bos dan anak buah. Ahhh, aku masih rindu kamu." Ruby menempelkan tubuh polosnya ke dada sang pria yang terbuka lebar.     

"Kalau begitu, satu kali lagi ya. Kamu juga harus bertanggung jawab telah memancing juniorku." Anton merebahkan tubuh sang perempuan ke atas kasur. Dan, mereka pun mulai melanjutkan ke ronde berikutnya sebelum akhirnya mereka tiba di kantor dua jam setelah jam makan siang berakhir.     

-----     

Anton menundukkan wajahnya saat berdiri di hadapan om yang merupakan presdir dari tempatnya bekerja sekarang. Pikirannya dipenuhi dengan rangkaian kalimat permintaan maaf karena telah datang terlambat dan menyalahi wewenang sebagai wakil manager yang tidak berkompeten.     

"Tuan, maafkan aku aku …"     

"Besok kamu diundang ke rumah mertuanya Calista, kamu sudah tahu?" Donni meletakkan kacamata minusnya karena menunda melihat layar laptop.     

"Apa tuan?" Jadi om Donni memanggilku kesini bukan karena aku datang terlambat setelah jam makan siang? Gumamnya dalam hati.     

"Ayah mertua Calista menelponku dan bilang katanya orangtua Ruby besok lengkap datang menginap sementara dirumahnya. Dan, Ruby sudah menelpon Sara dan mommynya untuk meminta ijin memanggil kamu ke rumah mereka sekedar berkenalan." Jawab Donni dengan suara berat dan tegasnya.     

"Iya tuan. Tapi …"     

"Kenapa? Kamu tidak percaya diri?" Tanya Donni. Donni dan Agnes sudah menganggap Anton sebagai anak mereka sendiri karena mereka juga sangat berhutang budi pada kedua orangtua Anton yang telah menjaga dan merawat Calista hingga anak perempuannya itu tumbuh menjadi anak yang cantik dan disukai semua orang.     

Anton diam dan tersenyum tipis. Dia benar-benar tidak tahu harus bicara apa.     

"Anton,"     

"Ya tuan,"     

"Katakan padaku, apa kamu benar-benar mencintai Ruby?"     

"Tentu saja, tuan!" Jawab Anton spontan dengan nada berapi-api. Donni pun hampir saja shock mendengar jawaban anak angkatnya ini. "Awalnya aku memang sedikit tidak menyukainya karena dia terlalu agresif dan mau tahu apa saja yang aku kerjakan. Ditambah lagi, aku sering melihat perempuan bule di tempat kelahiranku. Karena aku tahu kebiasaan mereka jadi aku mengira dia sama dengan bule-bule itu. Tapi, ternyata, dia berbeda dan lebih Indonesia dibanding perempuan Indonesia itu sendiri." Jawab Anton panjang lebar.     

Donni mengernyitkan alisnya. Jadi memang anak muda ini sudah jatuh cinta dan siap ke jenjang yang lebih serius.     

"Besok malam, aku dan istriku akan menemani kamu menemui orangtua Ruby. Kami adalah perwakilan dari orangtua kamu jadi jangan lupa itu." Ujar Donni. Wajah Anton bengong tidak percaya. Memang sih membawa kedua orangtuanya ke Jakarta dalam waktu sehari bukanlah hal yang mudah. Ditambah lagi bapaknya sudah tidak bisa bepergian jauh. Kalau harus naik pesawat, pak Teguh tidak berani.     

"Benarkah om?" Anton bertanya balik tidak percaya.     

"Tadi tuan, sekarang om, besok apalagi? Panggil aku dengan satu sebutan saja. Pak. Sama saja dengan bapak kamu yang ada di Jogja. Okay?"     

"Okay, pak." Anton tersenyum haru. Memang tuan Donni dan istri sudah banyak membantu kehidupanku dan kedua orangtuaku. Entah itu terlepas dari balas budi atau bagaimana. Yang pasti keramahan dan kebaikan mereka memang tulus dan tidak dibuat-buat. "Terima kasih banyak," Anton membungkuk hormat, hampir saja kacamatanya lepas dari hidungnya.     

"Sudah sekarang kamu kembali kerja."     

"Siap, terima kasih … pak." Jawab Anton dengan tersenyum senang. Pria muda itupun berjalan meninggalkan ruangan kerja sang presdir.     

"Anton,"     

"Iya pak!" Handle pintu yang digenggamnya tertahan setelah mendengar panggilan lagi dari bosnya.     

"Jangan terlalu asik berpacaran. Atau kalian akan aku pisahkan beda divisi." Jawab Donni sambil menatap layar laptopnya kembali dengan kacamata yang sudah menempel di hidungnya.     

"Aaahh, iya terima kasih pak. Maaf atas kelancangan dan kecerobohan kami." Ujar Anton membungkuk lagi. Donni pun mengangguk dan Anton langsung keluar pintu.     

"Anton, sepertinya akhir-akhir ini kamu susah untuk ditemui. Apakah kamu sudah punya kekasih?" Ayu yang menunggu arjunanya sejak tadi keluar dari dalam ruangan presdir, langsung mencegahnya sebelum masuk ke dalam lift.     

"Maaf aku sudah tidak bisa menemani kamu kesana kemari lagi. Aku sedang sibuk untuk proyek selanjutnya." Anton masuk kedalam lift begitu pintu itu terbuka lebar.     

"Malam ini aku traktir gaji pertamaku. Kamu mau kan?" Ayu menekan pintu lift dengan ujung sepatunya agar tidak tertutup.     

"Maaf, aku benar-benar tidak bisa. Kamu ajak saja yang lain ya. Sekarang aku harus segera kembali ke mejaku." Anton melirik ujung sepatu Ayu yang menghalangi pintu lift tertutup.     

Sekretaris presdir itu mendecih kesal dan menarik kakinya.     

"Awas ya kamu Anton! Tidak ada yang bisa lolos dari jeratan pikatku. Kamu juga! Aku tidak akan melewatkan kesempatan menjadi menantu pemilik perusahaan ini. Walaupun cuma menantu angkat. Hehehe," Gumam Ayu dalam hati. Sedangkan Anton didalam lift menghela napas lega bisa terbebas dari perempuan yang dulu malah ditaksirnya itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.