Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 453. Robert Anderson, Kakek Buyut



V 453. Robert Anderson, Kakek Buyut

0"Kamu tahu? Diantara semua orang yang ada disini, ternyata hanya darahku yang cocok untukmu." Ujar Baron.     
0

"Terima kasih. Entah apa yang bisa aku berikan sebagai balas budi." Dian berkata terbata-bata karena tubuhnya yang masih sangat lemah.     

"Bukan itu, aku tidak mengharapkan balas budi apapun. Aku hanya penasaran, kenapa aku merasa kalau kita punya kesamaan yang kita tidak tahu," Ujar Baron.     

-----     

"Darren, kakek kamu baru datang dari London. Dia ingin kita kumpul semua." Sara menelepon ke ponsel Darren yang sedang duduk melepas lelah setelah membantu evakuasi Dian ke rumah sakit.     

"Kakek?" Robert Anderson, pria berusia hampir 70 tahun yang merupakan ayah dari daddynya, James, menetap di London sejak menghibahkan perusahaannya pada anak satu-satunya untuk dikelola. Namun, dapuk kepemimpinan The Anderson dihibahkan kembali kepada cucu satu-satunya setelah sang cucu berhasil menepati janjinya untuk menikahi seorang perempuan dan melahirkan tiga anak untuknya. Meskipun saat ini Calista masih hamil anak ke tiga, namun kedatangan Robert sudah membuat jantung Darren berdegup kencang. Pria bermata hijau itu merasakan ada sesuatu yang tidak beres akan terjadi.     

"Okay mom, kami akan kerumah mommy besok sepulang dari kantor." Ucap Darren lalu mematikan ponselnya.     

"Sayang, kita harus pulang sekarang. Kamu lagi hamil tidak boleh terlalu capek." Ujar Darren pada perempuan yang telah melahirkan dua anak untuknya.     

"Siapa yang tadi menelepon?" Calista bertanya dengan wajah yang lumayan lelah.     

"Mommy, mommy berkata kalau kakekku baru kembali dari London. Aku baru ingat kalau anak-anak belum pernah bertemu dengan beliau. Mereka harus memanggilnya apa ya?" Darren merangkul bahu sang istri dan meletakkannya di dada bidangnya.     

"Hmm, kalau kamu saja memanggil kakek, berarti mereka memanggilnya kakek uyut." Jawab Calista sambil cekikikan.     

"Uyut? Apa itu uyut?"     

"Uyut itu nama lain dari buyut yang artinya ayahnya kakek. Ya begitu lah pokoknya." Calista semakin tidak kuat menahan ketawanya dan menepuk dada Darren dengan lembut. Calista lupa kalau suaminya ini bukanlah orang Jawa asli dan lebih banyak tinggal di luar negeri jadi istilah-istilah seperti ini pasti tidak paham.     

"Aahh apapun itu, kita pulang sekarang. Kita temui Dave lebih dahulu." Darren mencium ubun-ubun Calista dengan dalam. Semua orang sudah tahu betapa pria pemilik Anderson Group ini sangat menyayangi istri dan anak-anaknya. Tidak ada yang bisa mengalihkan dunianya dari keluarganya.     

Darren dan Calista pun bertemu Dave untuk berpamitan dan berjanji akan menemuinya kembali secepat mungkin. Calista pun menemui sahabatnya, Dian, sebelum meninggalkan rumah sakit. Darren dan Calista pulang kembali ke Jakarta dengan supir yang mengemudikan mobilnya. Darren merasa mengantuk dan lelah jadi tidak ingin mempertaruhkan nyawanya menyetir dalam keadaan mengantuk. Sepasang suami istri itu pun menyandarkan punggungnya dan berpelukan sambil memejamkan mata. Hari yang sangat berat bagi semua orang, terutama Dave dan keluarganya.     

-----     

Hari yang cerah dan memberi pilihan baru untuk semua orang. Apakah akan bahaga atau bersedih, apakah akan selalu bersyukur atau justru menggerutu. Seperti biasa di rumah Darren, pagi ini sepasang suami istri itu sudah kembali bersiap-siap untuk ke kantor yang sama namun dengan kendaraan yang berbeda. Mereka kembali sangat malam sehingga waktu tidur mereka hanya beberapa jam. Beruntung Raja dan Ratu sedang menginap di rumah Sara. Kakek nenek mereka merindukannya dan itu berarti mereka sudah bertemu lebih dahulu dengan kakek buyut mereka, Robert.     

"I love you, honey. Jangan terlalu lelah. Andrew akan segera masuk kembali besok. Dia sudah mendapatkan orang yang akan menjaga istrinya selama dia bekerja. Jadi hari ini adalah hari terakhirmu menjadi sekretaris." Jawab Darren sambil mencubit pipi istrinya yang mulai chubby.     

"Ahhh, aku harus sedih atau gembira?" Calista merengutkan bibirnya.     

"Bergembiralah, karena misi sayangku selanjutnya adalah menaklukkan hati buyutnya Raja dan Ratu." Jawab Darren sambil terkekeh.     

"Oh iya ya, misi itu lebih penting." Calista tersenyum cerah. Misi apa? Kenapa harus disebut misi jika bertemu kakeknya Darren? Apa sebegitu menakutkan kah pria itu? Gumam Darren dalam hati.     

Sepanjang hari Darren dan Calista bekerja dengan banyak deadline menunggu mereka. Di saat jam istirahat, Calista di tarik ke kamar khusus Darren dan disuruh memejamkan mata dan beristirahat agar tidak terlalu lelah. Sesungguhnya Calista memang mudah lelah di kehamilannya yang kedua ini. Fisiknya lebih mudah capek meskipun semangatnya masih tetap membara. Calista berpikir, jangan-jangan ini kehamilan kembar lagi?Karena katanya kalau pernah hamil kembar maka kemungkinan untuk kehamilan kembar selanjutnya lebih besar.     

Suhu kamar yang dingin menyejukkan, aroma terapi yang menenangkan, suasana yang sepi dan damai, membuat Calista cepat tertidur. Dunia mimpi telah membelainya dan membuatnya tidur terlelap lebih lama.     

"Sayang, ayo bangun, kita pulang sekarang." Darren membangunkan istrinya dengan berbisik lembut di telinga istri yang selalu tampak cantik meskipun dalam keadaan tidur.     

"Oh, jam makan siang sudah selesai? Aku ketiduran yaa?" Calista membuka matanya perlahan dan mencoba untuk bangun dan Darren membantunya dengan menopang punggung wanita hamil dengan telapak tangannya yang besar.     

"Kita pulang, hari sudah malam." Ujar Darren.     

"Apa? Malam? Kamu jangan becanda. Aku hanya perlu tidur 1 jam saja." Jawab Calista tidak percaya.     

"Kalau kamu tidak percaya, coba lihat jam berapa sekarang." Ayah dari Raja dan Ratu itu menunjuk jam di dinding kamar khusus ini.     

"APA? Jam setengah 7? Darren, kenapa kamu tidak membangunkan aku? Aku terlalu lama tidur nanti aku susah tidur malam lagi. Huhuhu," Calista seketika menjadi melek se melek-meleknya. Dirinya memang sangat lelah tapi tidak dengan tidur siang berjam-jam sampai sore menjelang malam.     

"Sudahlah, kita kerumah mommy sekarang. Anak-anak sudah tidak sabar untuk bertemu ayah dan ibunya." Darren membantu istrinya mengenakan kembali blazer dan sepatu tanpa tumit tingginya. Calista dilarang Darren mengenakan sepatu hak tinggi jadi selama bekerja Calista memakai flat shoes.     

"Duh bagaimana ini, Darren? Hari terakhirku bekerja malah ketiduran dan kamu tidak membangunkan aku." Calista menggerutu sepanjang memakai pakaian dan keluar dari kamar.     

"Kamu bekerja hanya untuk mengisi waktu luang, bukan untuk mencari nafkah. Apa kamu sudah meremehkan aku? Kamu pikir aku sudah tidak sanggup menghidupi kamu dan anak-anak dengan bekerja keras?" Darren menjawab pertanyaan istrinya sambil menuju pintu lift.     

"Oh Darren, kamu benar-benar ... Aku tidak pernah bisa menang bicara denganmu." Jawab Calista sambil menggeleng-gelengkan kepala.     

"Kata siapa? Kamu mendebatku saja itu sudah merupakan kemenangan terbesarmu. Karena selama ini tidak pernah ada yang berani berdebat denganku." Jawab Darren lagi.     

"Ada, dan kamu pasti kalah bicara dengannya." Jawab Calista sambil menyeringai sinis.     

"Siapa? Berani sekali dia! Apa dia sudah tidak mau bekerja lagi?" Darren menjawab dengan wajah angkuhnya.     

"RATU!" Keduanya kompak menyebut satu orang yang sama.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.