Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

IV 400. Sekretaris Baru



IV 400. Sekretaris Baru

0Jhonny baru saja pulang dari menyelidiki orang-orang yang melakukan percobaan penculikan pada anaknya. Ternyata, sumbernya hanya satu orang. Dia adalah orang yang sama yang menembak Jack di klab hiburan malamnya. Jhonny sedang membuat scenario agar pria itu mau keluar dari persembunyianya.     
0

Drrrt … drrrt … drrrt …     

Jhonny melihat layar ponselnya yang berdering. Tertera 'Nomer tidak dikenal' muncul di layar ponselnya.     

"Halo," Jhonny menyapa lebih dulu telpon yang memanggilnya. Selama 3 detik tidak ada sahutan dari penelpon.     

"Kalau anda orang iseng, aku akan tutup telponnya." Ujar Jhonny dengan suara mengancam.     

"Kamu … aku lihat mobil kamu lewat didepan rumahku." Ternyata suara Jenny yang menelpon. Jhonny menepikan mobilnya ke pinggir jalan dan mematikan mesinnya.     

"Aku baru pulang ada urusan dan kebetulan melewati rumah kamu." Jawab Jhonny sambil menatap lurus kedepan. "Bukan hanya melewati, tapi aku sudah menunggu cukup lama memperhatikan kamu yang melamun sendirian." Ini suara hati Jhonny yang tidak mungkin diungkapkan.     

"Oh begitu. Bagaimana dengan lukamu? Apakah ada efek sampingnya?" Jenny teringat dengan luka terkena pecahan kaca yang menancap cukup dalam di lengan pria bertubuh tinggi besar dan bertato tersebut.     

"Sudah lebih baik. Aku minum obatnya jadi tidak ada efek samping apapun." Jawab Jhonny. "Ini baru luka pecahan kaca. Aku pernah ditusuk pisau dan besoknya aku sudah kembali ke jalanan." Gumam Jhonny lagi dalam hati.     

"Oh, syukurlah. Ya sudah kalau begitu, aku …"     

"Darimana kamu dapat nomer ponselku?" Jhonny tiba-tiba menyambung pembicaraan.     

"Oh itu, aku dapat dari Carol. Dia bilang padaku untuk menanyakan efek samping setelah terkena pecahan kaca tersebut." Jawab Jenny dengan gugup. Perempuan ini tidak pernah merasa segugup ini bicara dengan lelaki. Dia yang menghabiskan waktunya di buku dan jadwal beruntun setiap saat, tidak pernah mengijinkan seorang pria singgah di hatinya.     

Tapi kini, Carol merasa kalau Jhonny sudah berhasil mengetuk kerasnya dinding pertahanan seorang Jenny, kutu buku yang belum pernah sama sekali berpacaran.     

"Tenang saja, aku pernah mendapatkan luka lebih parah dari ini." Jawab Jhonny lagi.     

"Iya, aku percaya. Tubuh besar bertato mu pasti sering mengalami luka. Ya sudah kalau begitu, aku sudahi dulu. Hmm, maaf mengganggumu. Hati-hati dijalan." Jenny berkata sambil mengepalkan tangannya yang keringetan.     

"Okay, terima kasih." Tuuuut!     

Telpon pun langsung dimatikan Jhonny sepihak. Jenny mengerucutkan bibirnya kesal. Dia yang menelpon malah dia yang justru dimatikan telponnya. Dasar pria preman! Rutuk Jenny dalam hati.     

-----     

Hari ini Gendhis dan Boy libur sekolah. Waktu ini dimanfaatkan Jhonny untuk kembali kerumahnya memeriksa penemuan yang berhasil dia dapatkan semalam. Jack yang sudah mengetahui pun menyetujui apa yang dilakukan Jhonny.     

Sesampainya dirumahnya sendiri, Jhonny mengaktifkan laptopnya dan mulai membuat analisa mengenai pelaku penembakan yang juga merupakan pelaku yang hampir menculik anaknya. Jhonny mulai mengumpulkan gambar-gambar dan potongan cctv di klab malam dan di jalanan yang berhasil dia dapatkan dari beberapa orang yang memilikinya.     

Setelah beberapa jam, Jhonny akhirnya mengetahui kalau pelaku yang menembak Jack adalah Bara, mantan pacar istrinya, Carol. Sedangkan, pelaku yang hampir saja menculik anaknya adalah pacar Lisa, Adit. Pria itu ingin menculik Boy dan menjadikannya sandera untuk diganti dengan sertifikat rumah dan kepemilikan asset berharga lainnya.     

Sedangkan, Bara … pria pecundang itu sudah lama mengincar Jack dan ingin melenyapkan ayah Gendhis tersebut. Namun, sayangnya hingga tahun kelima pernikahan Jack dan Carol, rencana pria pecundang itu selalu menemui kegagalan. Baru kali ini, dia berhasil melumpuhkan Jack.     

Bara dan Adit mereka saling mengenal ketika Adit kerumah sakit ingin melihat suami dari Lisa, pacarnya dan kebetulan bertemu Bara disana yang merupakan dokter yang merawat pria yang diakui ayah oleh Boy. Kedua pria pecundang itu menurut anak buah Jhonny, mereka sering menghabiskan waktu bersama para perempuan penghibur di sebuah klab malam yang berada di pinggiran kota Jakarta. Pria bertato itu mempersiapkan segalanya untuk menuju klab malam tersebut berangkat dari rumah jam 9 malam.     

Kini, yang bisa dia lakukan pagi ini adalah mengurus administrasi kepulangan ayah angkat Boy. Jhonny menyimpan baik-baik laptopnya di brankas berkode. Pria itu pun keluar dari rumah dan kembali menuju rumah sakit.     

-----     

Tok tok tok …     

"Masuk." Andrew memutar handle pintu dan masuk melangkahkan kakinya menuju ruangan bos yang telah setia dia ikuti sejak bosnya itu belum menikah dan kini sudah punya dua anak.     

"Tuan, mohon maaf saya … ingin memberikan kartu undangan untuk tuan dan nyonya Calista sekiranya bersedia untuk hadir di pernikahan aku dan Rosa." Jawab Andrew dengan senyum lirih.     

"Wow, undangan. Kapan kamu menikah?" Darren mengambil kertas undangan berwarna putih gading dengan tulisan warna keemasan itu.     

"Dua minggu lagi, tuan. Dan, bersamaan dengan ini saya juga mengajukan cuti selama satu minggu sejak hari pertama menikah." Jawab Andrew dengan lebih mantab.     

"Cuti? Hmm … lalu siapa yang membantuku? Aku tidak mau sekretaris baru kalau hanya satu minggu cuti." Ujar Darren sambil mengernyitkan alis.     

"Saya sudah punya satu kandidat tetap untuk dijadikan sekretaris sementara untuk satu minggu itu." Jawab Andrew dengan wajah cerah sumringah.     

"Sepertinya kamu sudah mempersiapkan dengan baik. Siapa dia? Dari divisi mana kamu ambil?" Tanya Darren penasaran.     

"Dia dari divisi sekretaris juga. Tuan Darren pasti suka kalau punya sekretaris dia." Jawaban Andrew membuat Darren semakin penasaran.     

"Dia ada sekarang? Bawa dia menghadap padaku sekarang juga kalau bisa." Pria bermata hijau itu mengusap-usap dagunya. Tampak ada sesuatu yang tidak beres dengan Andrew. Dia mudah mengambil sekretaris yang dia yakin percaya. Karena pria ini susah untuk percaya pada orang lain.     

"Ada tuan, sebentar saya telpon dulu. Dia tadi lagi ke toilet katanya." Ucap Andrew sambil mengeluarkan ponsel dan menekan beberapa angka.     

"Kamu bisa masuk sekarang." Ucap Andrew yang mungkin ditujukan ke perempuan sekretaris penggantinya kelak.     

Pintupun di ketuk dan tiba-tiba masuklah seorang perempuan dengan setelan kemeja dan rok selutut dengan warna senada, rambutnya berwarna merah menyala dan ada tompel kecil di atas bibirnya. Ya itu tompel, bukan tanda lahir. Dengan rambut di gerai dan kacamata minusnya yang tebal membuat Darren mengernyitkan alisnya.     

Tiba-tiba rahang Darren mengeras dan tangannya terkepal kencang. Pria itu tersenyum sinis dan berkata, "Mommy Raja dan Ratu, istri dari Darren Anderson, Calista Ardiningrum. Apa yang kamu lakukan?" Teriakan Darren yang tiba-tiba membuat Andrew dan Calista yang sedang menyamar menjadi ketakutan dan tersenyum lirih dengan wajah memelas.     

"Sayang, kamu … kenal aku ya? Hehehe … "Calista tersenyum lebar sehingga barisan giginya yang rapih terlihat jelas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.