Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

IV 399. Apa Aku Pantas?



IV 399. Apa Aku Pantas?

"Baiklah, setelah makan malam ini, daddy dan mommy akan minta dedek bayi dikamar. Devan tidak boleh ikut ya. Devan didalam kamar saja sama bibi." Ujar Dave dengan mata nakal dan otak mesumnya. Dian mencubit lengan Dave yang tampaknya sedang merencanakan siasat licik. Dave meringis pura-pura tersenyum sambil menahan perih cubitan sang istri.     

"Okay, aku sudah selesai makan. Daddy dan mommy cepat buat dedek bayi di kamar. Kalau sudah keluar dedek bayinya, nanti aku dikasih tahu." Jawab Devan polos sambil meninggalkan daddy dan mommynya yang masih di ruangan makan. Begitu bayangan Devan menghilang, Dave tertawa geli.     

"Kamu ini mengajarkan anak yang tidak-tidak." Dian memukul lengan sang suami saking gemasnya.     

"Aku ngajarin dia apa? Dia sendiri yang minta adik. Aku kan hanya menyetujui saja." Jawab Dave sambil menahan ketawa melihat ekspresi istrinya yang kesal. "Lagipula, memang sudah waktunya Devan punya adik, bukan?" Ujar Dave lagi.     

"Ihhh, aku malas bicara sama kamu." Dengan wajah cemberut, Dian meninggalkan Dave sendirian di meja makan dan berjalan menaiki anak tangga menuju kamar mereka di lantai dua.     

"Sayang, tunggu aku!"     

"Jangan ikuti aku!" Dian berjalan lebih cepat agar bisa sampai di kamar lebih dulu.     

Dave tertawa cekikikan. Tidak ada yang bisa menduga kalau seorang pria yang terkenal dingin dan cuek pada semua orang, ternyata sangat hangat dirumah bila bersama anak dan istrinya. Tapi, bila di kantor, Dave bisa merubah sifatnya 180 derajat ke sikap seorang pemimpin yang tidak suka becanda dan tidak bisa didebat ucapannya.     

"Sayang, buka pintunya. Nanti aku tidur dimana?" Dave mengetuk pintu yang dikunci istrinya dari dalam.     

"Kamu tidur sama Devan saja." Jawab Dian malas. Sesungguhnya, Dian didalam kamar sedang mengganti pakaiannya ke piyama tipis nan seksi. Dian ingin mengejutkan sang suami yang sejak pulang dari hotel belum mendapatkan hak batinnya kembali.     

"Sayang, buka kamarnya. Nanti kalau Devan tangan adiknya bagaimana? Masa aku bilang kalau adiknya sedang dikurung mommynya?" Jawab Dave dengan suara dibuat manja.     

"Nah bilang gitu saja." Jawab Dian sambil menyemprotkan parfum dan menyisir rambutnya lalu diikat tinggi ke atas sehingga menampakkan lehernya yang terbuka lebar.     

"Sayang, buka pintunya atau aku dobrak!" Dave yang mulai kehabisan kesabarannya, mulai bersuara dengan nada tinggi meski masih sedikit ditahan.     

CKLEK!!!     

Dave mendengar suara pintu terkunci di buka dari dalam. Pria itu pun memutar gagang pintu yang terbuat dari besi ringan yang diukir indah. Mata Dave menyipit karena melihat lampu didalam kamar sedikit pencahayaan. Hanya mengandalkan lampu kecil yang berada di sudut kamar bagian langit-langit.     

"Sayang, kamu dimana?" Dave tidak bisa melihat kehadiran istrinya dengan cahaya sedikit ini. Namun, tiba-tiba pintu tertutup dan Dave pun membalikkan tubuhnya.     

Betapa terkejutnya pria dengan satu anak tersebut. Baru kali ini selama hampir berjalan enam tahun pernikahan mereka, istrinya mengenakan pakaian yang sangat seksi dan transparan. Bersyukur dengan bentuk tubuh Dian meskipun telah melahirkan namun masih tampak langsing dan berisi dibagian-bagian tertentu saja.     

"Kamu … sedang menggoda aku?" Dave menaikkan satu alisnya sambil tersenyum nakal.     

"Apa aku pantas pakai ini? Atau aku buka saja ya." Dian hendak berjalan menuju lemari pakaian namun tangan Dave lebih cekatan menarik pinggang sang istri.     

"Aku … lebih suka kalau kamu tidak memakai apa-apa." Dave membopong tubuh sang istri dan merebahkannya di tengah kasur. Dian tersenyum malu manakala pakaian dalam yang dipakainya justru membuat mata Dave tidak bisa berkedip melihatnya.     

"Siapa yang mengajarimu berpakaian seperti ini? Apa kamu tahu konsekuensinya setelah memperlihatkan bentuk tubuhmu yang sama sekali tidak tertutup ini? Hmm?" Ujar Dave dengan jarinya yang mulai membuka satu persatu tali yang mengikat tubuh san istri dibagian dada, perut, dan pinggangnya.     

"A-aku membelinya dari internet. Aneh yaa? Hehehe, aku tidak akan pakai lagi." Jawab Dian merasa sungkan.     

"Aku lebih suka kamu tidak mengenakan apa-apa saat bersamaku." Jawab Dave sambil berbisik ke telinga sang istri. Dian tersipu malu dan menggigit bibirnya.     

"Dave, ayo kita membuat adik untuk Devan." Jawab Dian dengan suara lirihnya. Dave tersenyum senang mendengar persetujuan dari sang istri.     

Malam pun terasa berjalan begitu cepat berlalu ketika engkau menikmatinya. Sepasang suami istri yang membutuhkan perjuangan keras untuk saling memahami satu sama lain di awal pernikahan mereka itu, kini sedang berusaha memperbanyak keturunan demi hadirnya calon-calon penerus Kingston.     

"Aaarrhhhh," Erangan panjang penuh kenikmatan diteriakan dengan suara tertahan oleh Dave dan Dian yang akhirnya mencapai puncak kenikmatan setelah lebih dari setengah jam mereka saling memadu kasih dan cinta.     

-----     

Namun, malam terasa begitu lama berganti pagi di tempat berbeda. Seorang perempuan duduk sendirian di atas balkon rumahnya. Rumah dua tingkat yang minimalis ini hanya dihuni oleh dirinya seorang diri. Jenny menitipkan ibunya untuk malam ini pada pengasuh yang dibayarnya ketika dia sibuk menangani pasien. Hari ini Jenny luar biasa lelah, setelah tadi pagi selesai menjalankan operasi dan dikejutkan dengan pemandangan didepan mata berupa pengrusakan sebuah mobil.     

Namun, mata perempuan cantik ini tidak bisa terpejam. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. selama dua puluh delapan tahun hidupnya, sejak sekolah sampai sekarang, Jenny tidak pernah mengijinkan seorang pria memasuki hatinya. Bahkan, anak seorang dosen pun dia tolak mentah-mentah saat kuliah karena Jenny ingin segera menamatkan kuliah dan menjadi dokter spesialis yang diidam-idamkannya sejak kecil.     

Namun, kejadian hari ini membuka matanya tentang kehadiran seorang pria yang tidak disangkanya. Meskipun dia bukan pria yang memiliki pekerjaan mapan dan wajah yang jauh dari kesan pria tampan sejagat raya, namun entah mengapa, jantung Jenny berdegup kencang setiap berada didekat pria tersebut.     

"Apakah ini yang dinamakan kenyamanan? Aku selalu merasa nyaman dan aman bila berada didekatnya. Padahal dia preman dan wajahnya sangat menyeramkan." Gumam Jenny lemas.     

"Ihh apaan sih aku mikirin dia? Memangnya dia mikirin aku juga? Sudahlah, aku mau tidur saja." Jenny pun menutup jendela balkon kamarnya dan mematikan lampu untuk segera menuju ke pulau kapuk.     

Tanpa dia sadari, kehadirannya di jendela balkon sejak tadi telah mendapatkan pengawasan dari seorang pria yang duduk di dalam mobil jeepnya di pinggir jalan. Pria bertato itu pun segera menyalakan mobilnya dan bergerak meninggalkan rumah seorang dokter muda yang tadi sore dia antarkan pulang.     

Jhoony baru saja pulang dari menyelidiki orang-orang yang melakukan percobaan penculikan pada anaknya. Ternyata, sumbernya hanya satu orang. Dia adalah orang yang sama yang menembak Jack di klab hiburan malamnya. Jhonny sedang membuat scenario agar pria itu mau keluar dari persembunyianya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.