Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

IV 393. Lima Puluh Juta Tunai



IV 393. Lima Puluh Juta Tunai

0"Kalian sudah bosan hidup? Maju saja kalau kalian berani ingin menghajarku! Tapi, sebelum itu … peluru ini akan melobangi kepala kalian dan menyebabkan otak kalian terburai ke jalanan." Ucap pria itu dengan nada mengancam.     
0

"Kamu tahu, dalam kehidupanku, melihat usus terburai, kepala pecah, leher digorok pisau, darah muncrat seperti air mancur, mata keluar, kaki tangan diamputasi, itu sudah biasa. Kamu pasti belum pernah melihat jantung dikeluarkan dari tubuh. Sini aku kasih lihat." Ucapan Jenny yang pelan spontan membuat pria itu langsung muntah hebat.     

"Hueeeeekkkkk," Pistol yang masih digenggamnya dalam posisi lemah sehingga Jhonny bisa mengambilnya dengan mudah.     

"Jangan tembak aku. Aku hanya orang bayaran. Kami dibayar untuk menculik anak lelaki itu dan juga membunuh kamu." Jawab pria itu sambil menatap Jhonny.     

"Aku? Bersihkan mulutmu!" Jhonny menendang tubuh pria itu hingga terjerembab ke belakang.     

"Uughhhhh," Pria itu memegang dadanya. Jenny segera menuju mobil untuk mengecek kondisi dua anak yang berada didalam. "Kalian tidak apa-apa?" Tanyanya.     

"Kami tidak apa-apa, tante." Ucap Gendhis dan Boy hampir bersamaan.     

"Siapa yang menyuruhmu untuk membunuh aku dan anakku? Hmm?" Jhonny menarik kerah pria yang masih sadar dan memaksanya duduk berlutut.     

"Aku … aku tidak tahu. Kami hanya menerima perintah lewat telpon dan pesan bergambar. Uang muka pun kami terima tunai didalam amplop." Jawab pria itu kesakitan sambil memegang dadanya.     

"Berikan telponmu. Taruh diatas jalanan!" Jhonny berkata dengan suara berat dan penuh ancaman.     

Pria itu mengambil ponsel di saku celananya dan meletakkannay diatas jalanan. Jhonny mengambil ponsel tersebut.     

"Kalian sungguh orang-orang tidak berguna." BUKKK! Jhonny menonjok pipi pria tersebut hingga terkapar pingsan. Pria bertato itu segera berdiri dan menghampiri dokter yang bagaikan bayangan karena selalu ada dimanapun Jhonny berada.     

"Aku minta tolong, antarkan anak-anak kerumah dokter Carol. Aku yang akan menyetir mobil ini pulang." Jawab Jhonny. Jenny melihat kondisi mobil itu yang bodynya memang sudah rusak parah dan kacanya pun hampir lepas dari tempatnya.     

"Baiklah,"     

"Anak-anak, ayo naik mobil tante. Tante antarkan kalian pulang. Om kalian akan naik mobil ini sendirian." Ucap Jenny dengan senyum manisnya.     

"Baik tante." Jawab kedua anak-anak lucu yang sempat mengalami ketegangan beberapa saat yang lalu.     

Jenny pun membawa dua anak TK itu masuk ke mobilnya dan dia pun segera menghidupkan mesin setelah memastikan semua penumpangnya mengenakan sabuk pengaman. Jhonny memandang dari jauh kepergian mobil itu dan dia pun masuk kedalam mobil yang rusak. Dipandanginya telpon dari penjahat tadi dan dibukanya. Beruntung ponsel itu tidak dipasang password. Pria itu pun berselancar masuk kedalam aplikasi pesan sejuta umat.     

Pada baris paling atas, ada pesan dari nomer yang tidak disimpan. Jhonny membuka pesannya dan benar saja. Isi dari percakapan itu adalah tentang transaksi jual beli jasa membunuh dengan bayaran uang senilai 50 juta tunai. Tidak ada profil di nomer asing pemberi perintah tersebut. Jhonny mencoba menekan tombol panggilan berwarna hijau dan menekan tombol pengeras suara juga.     

"Halo, bagaimana? Kalian sudah berhasil?" Suara pria yang Jhonny tidak kenal. Namun, Jhonny pastikan dia akan mencari tahu siapa orangnya.     

"Huh, tunggu saja malaikat maut mengambil nyawamu sebentar lagi." Ucap Jhonny dengan nada santai. Tut tut tut … telpon itu pun dipastikan langsung ditutup oleh orang diujung telpon.     

"Dasar pengecut! Beraninya menyuruh orang dan main keroyokan. Tunggu saja pembalasanku!" Ujar Jhonny. Pria bertato itu pun segera menghidupkan mesin mobil dan mempercepat laju kendaraan rusaknya agar cepat menyamai dokter perempuan itu sampai rumah Jack.     

"Mommy," Gendhis berlarian kedalam memeluk mommynya. Carol yang mendapat info dari Jenny sebelumnya kalau dia yang akan mengantarkan dua bocah itu, sudah menunggu didepan pintu untuk menyambut anak-anak.     

"Jenny, terima kasih yaa. Maaf merepotkan kamu." Carol berkata dengan nada lirih kepada rekan seprofesinya itu.     

"Tidak apa-apa. Kebetulan aku pulang dinas. Pengawalmu …."     

"Itu dia …" Carol terbelalak matanya melihat kondisi mobil yang dikemudikan Jhonny benar-benar rusak parah. Mulut Carol ditutup satu tangan saking terkejutnya.     

"Apa yang terjadi? Kenapa bisa begini?" Carol menatap mobil hitam mewah itu tidak ada bedanya dengan mobil yang ada di tempat pembuangan mobil-mobil bekas. Tidak ada jejak mobil mewah sama sekali.     

"Aku akan membayar ganti rugi mobil ini. Yang penting anak-anak aman dan selamat." Ujar Jhonny. Pria itu merasa harus bertanggung jawab karena para penjahat mengincar dirinya dan Boy namun membuat kehancuran pada mobil lain.     

"Bukan bukan begitu, tenang saja, mobil itu ada asuransinya. Tapi, siapa yang berbuat seperti ini? Kamu tidak apa-apa?" Tanya Carol pada pengawalnya.     

"Aku tidak apa-apa. Beruntung ada dokter ini yang menolong. Kalau tidak, mungkin kami masih dalam bahaya." Ujar Jhonny. "Maaf aku permisi dulu mau ke kamar." Jawabnya lagi.     

"Iya iya silahkan. Terima kasih banyak ya Jhon. Jenny, ayo masuk. Kamu harus bercerita banyak padaku." Carol menarik tangan Jenny untuk masuk. Gendhis dan Boy masuk kedalam rumah dibantu dua orang pembantu yang sudah menunggu mereka.     

"Jack,"     

"Jhonny, ada apa?" Jack yang baru saja keluar dari ruangan rapat, langsung menerima telpon dari Jhonny dalam perjalanannya menuju ruangan kerjanya.     

"Coba kamu buka pesan bergambar yang baru saja aku kirim. Nanti aku telpon lagi." Ujar Jhonny singkat. Jack mengerutkan dahinya. Pria itu pun menuruti apa kata pengawal yang baru bekerja kurang dari satu minggu itu.     

Mata Jack terbelalak, mulutnya menganga, dan tidak ada satu katapun yang keluar dari bibirnya.     

"Jhonny, apa yang terjadi?" Jack lah yang menelpon Jhonny tidak lama setelah pria flamboyant itu melihat foto berisi penampakan mobilnya yang hancur babak belur body luarnya. Entah dibagian dalamnya.     

"Tadi sepulang aku menjemput Gendhis dan Boy, mobilnya dicegat oleh 4 orang tidak dikenal. Mereka menghancurkan mobil dengan menggunakan tongkat. Beruntung dua bocah baik-baik saja karena ada temannya dokter Carol yang menolong kami. Mobilmu akan aku ganti biaya service. Atau, aku belikan yang baru dengan nilai yang sama. Kamu juga tahu kan aku bukan pria miskin yang tidak bisa membeli mobil seperti yang kamu punya." Ucapan menohok Jhonny membuat Jack tertawa terbahak-bahak.     

"Tentu saja, mana mungkin kepala gang The Golden Eagle tidak memiliki kekayaan berlimpah. Aku yakin kamu bisa membeli 10 mobil seperti yang aku punya. Anyway, kamu tahu siapa yang menyuruh orang-orang itu?" Jack lebih peduli dengan orang dibelakang layar yang melakukan pengrusakan, dibandingkan menanyakan ganti rugi.     

"Aku memegang barang buktinya. Aku sudah merekam ucapan orang itu. Tapi, aku tidak pernah mendengar suaranya. Jadi aku butuh waktu beberapa hari lagi untuk menemukan orangnya." Jawab Jhonny.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.