Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

IV 392. Bisa Meramal Masa Depan



IV 392. Bisa Meramal Masa Depan

0"Istirahatlah yang tenang, anakku. Aku sudah ikhlas sayang. Kamu anak yang baik, berkumpullah dengan ayahmu dan tunggulah ibu menyusul kalian." Wanita tua itu berkata sambil tersenyum didepan jendela dimana didalam kamar itu semua petugas medis sedang sibuk untuk menyelamatkan nyawa seorang pria yang denyut jantungnya sudah menunjukkan garis lurus di layar monitor.     
0

Jhonny terdiam dan menatap haru interaksi antara ibu dan anak yang terjadi dihadapannya. Jhonny tahu, pasti arwah anak wanita itu sedang berdiri dihadapanya dan berbicara dengannya. Tidak berapa lama, seorang dokter keluar dari dalam dan mengatakan berita duka cita yang memang sudah diduga ibu dari pria itu dan Jhonny. Mereka berdua mengangguk lemas dan Jhonny berkata akan mengurus semua administrasinya sampai selesai.     

"Ibu, ibu tinggal dengan siapa?" Jhonny bertanya dengan lembut.     

"Aku tinggal sendiri. Suamiku sudah tidak ada." Jawab wanita tua yang Jhonny perkirakan usianya sekitar 60an.     

"Ibu, maukah ibu tinggal bersamaku dan Boy?" Jhonny berkata pada wanita tua itu. Tampak dahi wanita tua itu berkerut mendengar nama Boy disebut.     

"Kamu … siapanya Boy? Kenapa kamu bisa kenal Boy?" Wanita tua itu berkata.     

"Ceritanya panjang. Tapi, untuk menebus kebaikan yang ibu berikan pada Boy, aku akan memberikan ibu sejumlah uang untuk saat ini. Kelak kalau urusanku sudah beres, aku akan membawa ibu dan Boy kerumahku sendiri." Jawab Jhonny dengan penuh kelembutan.     

"Huh, anak muda. Aku sudah sering berkata pada anakku. Jangan pernah memandang orang dari fisiknya. Karena terkadang fisik itu menipu. Aku melihat kamu dari tadi sangat tekun dan sabar mendengarkan ceritaku juga tidak menyela sekalipun apa yang aku katakan. Aku sudah tahu kalau kamu pria baik-baik, hanya saja tersembunyi didalam tubuh bertato dan wajah yang tidak bersahabat." Jawab wanita tua itu dengan ekspresi datar.     

"Hufftttt …" Seorang dokter berdiri dibelakang mereka sambil menutup mulutnya menahan tertawa. "Maafkan aku." Dokter perempuan itu berkata lagi.     

"Kamu? Kenapa selalu mengikutiku?" Jhonny tidak tahan juga untuk bertanya pada perempuan yang sepertinya selalu ada dimanapun dia berada dirumah sakit ini.     

"Hei, maaf ya, aku bekerja disini. Kenapa jadi aku yang mengikutimu? Cih!" Jawab Jenny sambil berdecih sinis.     

"Kalian berdua pasangan yang serasi. Kelak kalau kalian berjodoh menjadi sepasang suami istri, kalian pasti langgeng sampai maut memisahkan. Aku bisa meramal masa depan loh." Jawab ibu tersebut sambil tersenyum tipis.     

"Ih, berjodoh dengan dia? Aduh, maaf ya bu. Pria yang mengantri saya panjangnya dari sini sampai pintu gerbang rumah sakit. Dan, saya harus berjodoh dengan pria ini? Yang wajahnya bikin anak-anak susah tidur. Cih! Apa kata dunia?" Jawab Jenny sambil melipat kedua tangannya didepan dada.     

Jhonny menggeleng-gelengkan kepalanya. "Maaf bu, aku urus dulu administrasi anak ibu. Aku permisi sebentar." Jawab Jhonny pada ibu itu, tapi tidak pada dokter wanita itu.     

"Iya, terima kasih ya nak sudah merepotkanmu." Jhonny tersenyum singkat dan pergi bergegas menuju bagian administrasi.     

"Bu dokter, kadang cinta itu tidak memandang fisik dan pekerjaan. Yang mengantri menunggu cinta dari bu dokter mungkin sepanjang yang bu dokter sebutkan. Tapi, kembali lagi ke hati bu dokter mau memilih siapa. Karena hati itu tidak bisa di bohongi." Ucap ibu tersebut sambil meninggalkan Jenny yang termangu sendirian.     

-----     

"Om Aquaman …" Suara Gendhis dari jauh sudah membuat telinga Jhonny gatal untuk menengok. Tampak Gendhis dan Boy berjalan beriringan keluar dari pintu gerbang sekolah.     

"Kita langsung pulang ya." Kedua bocah itu pun mengangguk dan mereka bertiga masuk kedalam mobil yang dikemudikan sendiri oleh Jhonny. Baru sampai di tikungan, tiba-tiba sebuah mobil menyalip mobil mereka dengan gerakan sangat cepat. Untung saja Jhonny lebih cepat awas sehingga tidak terjadi tabrakan dengan mobil lainnya.     

"Kenapa om?" Gendhis yang sedang duduk manis hampir saja terloncat dari kursinya andaikan tidak mengenakan sabuk pengaman.     

"Kalian tidak apa-apa? Gendhis … Boy …" Jhonny bertanya.     

"Kami tidak apa-apa om. Kami pakai sabuk pengaman." Jawab Gendhis.     

"Syukurlah." Ujar Jhonny. Namun, keterkejutan itu hanya sebentar. Karena dari dalam mobil tiba-tiba muncul empat orang pria yang mengenakan jaket kulit, topi, dan kacamata hitam yang menutupi wajah mereka.     

"Kalian jangan kemana-mana. Tetap tinggal didalam mobil." Jhonny merasakan ada gelagat tidak baik dari empat orang pria didepan mobilnya itu. Jhonny mencoba membaca situasi dan tidak langsung keluar tanpa tahu apa maksud mereka.     

Tiba-tiba salah seorang dari mereka mengeluarkan tongkat kecil dari balik jasnya dan seketika memukul kaca depan mobil Jhonny hingga nyaris mengenai wajah Jhonny andaikan kaca itu tidak terbuat dari bahan khusus yang tidak mudah pecah. Suasana jalanan yang sepi membuat mereka semakin bebas melakukan aksinya.     

Tidak cuma satu orang, tapi tiga orang lainnya pun melakukan hal yang sama. Mobil Jack itu dipukul dari berbagai sisi oleh empat pria tidak dikenal. Gendhis dan Boy berteriak ketakutan. Gendhis malah menangis. Sayangnya mobil ini tidak bisa bergerak karena terhadang mobil didepannya dan terlalu mepet ke pinggir jalan.     

Jhonny yang tidak membawa senjata apapun tidak bisa berbuat apa-apa sampai mereka menghentikan aksi anarki mereka.     

"KALIAN BERHENTI!" Seorang perempuan, lagi-lagi Jenny datang disaat yang tidak pernah terduga. "APA YANG KALIAN LAKUKAN?" Dokter perempuan itu sudah mengenakan pakaian bebasnya. Sepertinya jam dinasnya sudah berakhir.     

"Hei, ada perempuan cantik. Sayang, kamu tidak usah membuang-buang waktu melerai kami. Lebih baik kamu masuk kedalam mobilku dan duduk manis disana. Abang akan segera menyelesaikan ini dan kita akan segera bersenang-senang. Hahaha …" Ucapan pria itu disambut dengan gelak tawa tiga orang lainnya.     

"Bersenang-senang kepalamu peyang. BUG!" Jenny meloncat dan menendang dua pria yang ada dihadapannya dengan tendangan memutar. Dua orang pria yang ada dihadapannya langsung tersungkur diatas jalanan beraspal.     

"Kurang ajar! Tangkap perempuan ini lalu baru kita culik anak lelaki yang ada didalam." Ujar salah seorang diantara mereka yang diyakini sebagai pemimpinnya.     

"Culik? Mereka mau menculik Boy?" Dahi Jenny berkerut. Wanita itu pun memundurkan gerakannya agar Jhonny bisa keluar dari mobil dan menghajar sisa pria yang belum tumbang.     

Benar saja, jhonny keluar dari mobil dan mengunci mobil itu dari luar. Dengan sekali tarikan, pria yang pertama kali memukul kaca mobil Jack itu langsung ditarik tangannya oleh Jhonny dan dilemparkan sejauh mungkin hingga beberapa meter. Tinggal satu pria lagi dan pria itu ternyata mengeluarkan senjata api dari balik sakunya.     

"Kalian sudah bosan hidup? Maju saja kalau kalian berani ingin menghajarku! Tapi, sebelum itu … peluru ini akan melobangi kepala kalian dan menyebabkan otak kalian terburai ke jalanan." Ucap pria itu dengan nada mengancam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.