Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

IV 387. Memenuhi Semua Permintaan



IV 387. Memenuhi Semua Permintaan

0Jhonny bingung harus bagaimana. Jika benar Boy anaknya, dia tidak punya pengalaman sebagai orangtua.     
0

"Aku lihat, kamu suka sekali duduk disini gelap-gelapan. Boleh aku bergabung?" Jack yang datang tiba-tiba dari arah belakang, menghampiri Jhonny yang sedang duduk menikmati limpahan cahaya dari bulan.     

"Huh, ini rumahmu. Terserah kamu mau kemana." Jawab Jhonny tanpa menoleh sumber suara.     

"Hehe, kamu tahu? Aku sebenarnya senang dirumah ini ada kamu. Ada teman berbagi cerita yang tidak bisa aku ceritakan pada istriku." Jawab Jack sambil menyandarkan punggungnya dikursi besi tersebut.     

"Dulu, aku tidak mengira jalan hidupku akan seperti ini. Aku pria bebas yang hampir saja menyukai istri dari temanku sendiri, lalu hidupku setiap harinya hanya klab malam, bersenang-senang, dan bekerja. Hingga suatu ketika aku bertemu dengan seorang perempuann yang sangat judes dan galak. Perempuan yang hidupnya hanya didedikasikan pada pekerjaan dan pekerjaan, tanpa peduli menyenangkan diri sendiri. Kamu lihat kan? Aku dan istriku ini punya sifat hampir jauh berbeda. Tapi kami dipertemukan dengan yang namanya jodoh. Huft, aku sangat beruntung menikah dengannya, walaupun dia bukanlah istri yang selalu patuh padaku. Tapi, dengan sifatnya itu, aku jadi lebih tahu apa saja kekuranganku." Jack menghentikan ceritanya sejenak sambil berdiri dan memasukkan dua tangannya kedalam saku celana.     

"Jhonny, tidak peduli siapa wanita yang menghancurkan pandanganmu atas wanita, kamu tidak boleh menyimpan dendam terlalu lama. Lupakan Lisa dan fokuslah pada Boy. Aku yakin, Boy akan hidup lebih bahagia bersama ayahnya." Jawab Jack.     

"Apa maksudmu? Aku belum tahu apakah itu anakku atau bukan. Hasil tes lab baru akan keluar besok." Jawab Jhonny.     

Jack mengeluarkan sesuatu dari balik saku kemejanya. selembar kertas yang dilipat empat dia berikan pada pria bertato yang baru beberapa hari tinggal dirumahnya ini. jhonny memiringkan dagunya bingung. Jangan-jangan …. Pria itu pun menerima kertas yang disodorkan padanya.     

"Maaf, aku mengambilnya baru saja sebelum kamu melihatnya langsung," Jack berkata dengan mata berkaca-kaca. Jhonny semakin penasaran dan dia pun membuka lipatan kertas tersebut.     

Kedua matanya terbelalak lebar ketika melihat hasil yang ditunjukkan diatas kertas tersebut. 99.99% dia dan Boy memiliki hubungan ayah dan anak. Tiba-tiba mata Jhonny berkaca-kaca dan satu tangannya menutup mulutnya.     

"Boy, dia … dia … anakku." Jhonny tidak percaya dengan yang dibacanya. Pria itu pun berlari meninggalkan Jack sendirian di teras untuk menuju kamarnya yang ditempati bersama anaknya. Jhonny menatap wajah Boy yang damai dalam tidurnya. Wajah anak yang jauh berbeda dengan dirinya namun ada darahnya yang mengalir ditubuh anak itu.     

Jhonny tidak berani membangunkan tidur nyenyaknya. Pria itu hanya menatap dari dekat dan duduk di tepi kasur dimana sang anak tertidur. Lima tahun sudah mereka berpisah. Anak ini telah mengalami hari-hari yang sangat berat dan melelahkan. Mulai detik ini. Jhonny berjanji akan memenuhi semua permintaan Boy dan menjadi ayah yang baik untuknya. Jhonny berjanji akan membahagiakan Boy dan memberikan semua harta yang dimilikinya untuk anak satu-satunya ini.     

"Om, kenapa om duduk disini? Apa aku membangunkan om?" Boy merasakan kasurnya memberat ke bawah sehingga dia terbangun dan menyadari ada pria tinggi besar duduk disamping tempat tidurnya.     

"Tidak sama sekali. Tidurlah lagi. Malam masih panjang. Kalau sudah pagi, nanti aku bangunkan." Jhonny masih belum bisa luwes berbicara dengan anak kecil. Dia hanya bisa mengatakan apa yang harus dikatakan.     

"Oh baiklah, om juga tidur." Boy memeluk guling di sisi kirinya dan tidur miring memunggungi Jhonny, yang anak itu belum sadari kalau pria itu adalah ayah kandungnya.     

-----     

"Selamat Pagiiii," Jack yang baru turun dari kamarnya menyapa semua orang yang sudah duduk di meja makan. Jack senang rumahnya menjadi lebih ramai sejak kedatangan Jhonny dan ditambah lagi dengan Boy, teman Gendhis.     

"Pagiii daddy." Sapa Gendhis lebih dulu.     

"Pagi." Sapa Jhonny datar.     

"Pagi om." Sapa Boy dengan senyum cerianya.     

"Mommy kamu kemana, sayang?" Jack celingak celinguk tidak melihat kehadiran wanita tercinta dikursi yang biasa didudukinya.     

"Mommy lagi ganti popok dede Nathan, dad." Jawab Gendhis sambil duduk manis.     

"Di kamar kamu bukan, sayang?"     

"Iya dad." Jawab Gendhis lagi.     

"Sebentar yaa …"     

"Akhirnya, selesai sudah. Maaf yaa kalian jadi menunggu." Jack yang hendak ke kamar Gendhis, tidak jadi melangkah karena istri yang ditunggunya sudah muncul membawa anak lelaki mereka yang sangat tampan.     

Setelah semuanya duduk di tempatnya masing-masing dan membaca doa sebelum makan, semua orang pun menikmati makan mereka dengan masing-masing menu kesukaannya. Jack sebagai kepala keluarga, duduk di ujung bagian tengah seperti biasa mengabsen apa yang akan di lakukan semua orang hari ini.     

"Gendhis diantar sama om Jhonny dan Boy ke sekolah ya. Daddy mau kerumah om Dave sebentar sama mommy. Jhonny, aku titip anak-anak ya." Jack berkata dengan nada lirih. Menitipkan anak-anak pada pria tinggi besar bertato yang belum pernah berpengalaman punya anak kecil sebelumnya, adalah suatu keanehan namun itu harus dilakukan sementara waktu ini.     

"Okay." Jawan Jhonny sambil menghabiskan potongan terakhir roti sandwich dengan isian tuna dan selada tersebut. Tidak ada yang mengira kalau pria berotot ini sarapannya justru hanya sepotong roti dan secangkir kopi hitam. Orang-orang mungkin mengira pria ini makannya banyak dan rakus. Padahal, semuanya salah besar. Makan siang Jhonny pun hanya tiga sendok nasi beras merah dan lauk ikan, malam hanya makan buah. Tidak pernah Jack melihat Jhonny makan dengan porsi besar diatas piring menggunung.     

Setelah acara makan pagi selesai, semua bubar menuju tujuan masing-masing. Jack akan menuju kantor Dave karena semalam Darren mengabarkan kalau hotel tempatnya menginap diserang oleh gerombolan preman yang tiba-tiba datang. Dave langsung merencanakan siasat untuk mencari tahu siapa pelaku provokatornya dan akan membalikkan keadaan sama seperti yang mereka lakukan pada Darren dan sekretarisnya, Andrew.     

Sementara, Jack menurunkan istrinya di rumah sakit tempat ayah Boy dirawat. Carol ingin memeriksa langsung penyakit yang diderita pria yang dianggap ayah oleh Boy dan melakukan apa yang bisa dia lakukan sebagai seorang dokter sebaik-baiknya. Langkah pertama tentu saya bertanya pada dokter yang merawatnya.     

"Carol, kamu sudah selesai cuti?" Jenny, dokter spesialis anak yang memeriksa Boy beberapa waktu yang lalu, menyapa Carol yang baru masuk ke lobi rumah sakit.     

"Jenny, hai apa kabar?" Carol dan Jenny pun saling mencium pipi kiri dan kanan. Kedua dokter wanita yang ahli di bidangnya masing-masing itu, awalnya adalah teman satu kampus dan satu alumni. Namun mereka memilih jalur spesialis masing-masing sehingga mulai disibukkan dengan kegiatan yang membuat mereka terpisah cukup lama dan baru bertemu kembali hari ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.