Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

IV 386. Serbuan Preman



IV 386. Serbuan Preman

0Calista tidak mengada-ngada demi lolos audisi. Dia apa adanya dengan apa yang dimilikinya. Yang membuatnya serius dalam menjawab semua pertanyaan saat wawancara adalah uang yang dibutuhkan demi kelangsungan pengobatan bapaknya, bukan untuk hal lain.     
0

Namun, semua nominasi saat itu kembali lagi diserahkan pada tuannya yang menyamar menjadi kakek-kakek yang renta, buta, dan lumpuh. Dan, diantara semuanya hanya Calista yang bersedia walau memang dengan iming-iming harta tapi harta itu harus ditukar dengan pengorbanannya menjadi seorang mahasiswi yang diharuskan cuti kuliah.     

Tok tok tok …     

"Siapa?" Bunyi ketukan di pintu kamarnya membuyarkan lamunan Andrew. Tidak ada sahutan dari luar namun Andrew tetap menghampiri pintu karena penasaran. Matanya terbelalak lebar ketika melihat sosok orang di luar pintu. Pria itu pun segera membuka pintu.     

"Rosa? Sedang apa kamu disini?" Andrew kaget melihat tunangannya ada didepan pintu kamar hotelnya.     

"Boleh aku masuk?" Tanya Rosa kemudian.     

"Oh tentu saja." Andrew menyingkir untuk memberi jalan masuk pada tunangannya. "Kamu ada tugas dinas kesini?" Tanya Andrew lagi.     

"Tidak, aku sedang cuti dari kantor dan ke sini karena ingin memberli mebel asli dari warga kampung sini. Aku tak menyangka melihat kamu dan bos kamu di ruangan balai desa." Jawab Rosa.     

"Oh, kenapa kita bisa berjodoh sekali ya." Andrew tersenyum ceria.     

"Tapi bukan itu maksud kedatanganku kemari," Ujar Rosa dengan nada bicara buru-buru.     

"Lalu apa maksud kamu kesini?" Tanya Andrew lagi, dengan alisnya berkerut.     

"Kalian harus segera keluar dari hotel ini. Sekarang juga!" Ujar Rosa dengan mimic wajah cemas.     

"Apa maksud kamu?" Andrew tidak mengerti maksud dari perkataan tunangannya.     

"Kamu tidak perlu tahu sekarang. Yang penting kalian pergi dulu dari hotel ini. Ayo cepat, temui bosmu di kamarnya sekarang." Rosa menarik tangan Andrew untuk segera keluar dari kamarnya dan menyusul Darren agar segera meninggalkan kamar hotel.     

Baru juga Rosa hendak berjalan keluar, tiba-tiba terdengar suara ribut di luar yang seperti massa mengamuk. Andrew segera menelpon bosnya namun telpon tidak diangkat. Para pengawal Darren pun segera dihubungi agar mengamankan presdir mereka. Entah apa yang terjadi diluar tapi perasaan Andrew seperti tidak enak. Pria itu pun segera mengambil laptopnya dan menarik tangan tunangannnya untuk keluar kamar.     

Baru saja keluar dari kamar, tiba-tiba kerumunan massa berjumlah puluhan orang datang berjalan semakin dekat kea rah Andrew. Rosa panik ketakutan dan menarik Andrew kembali masuk kedalam kamar dan menguncinya dari dalam.     

"Siapa mereka?" Tanya Andrew tidak mengerti. Suara gedoran di pintu luar saling bersahutan seperti kumpulan zombie yang siap merangsek masuk ke dalam. Andrew menelpon pihak hotel dan untungnya mereka langsung berkata kalau pihak polisi sedang menuju ke lokasi.     

"Mereka para preman yang disuruh oleh pihak yang tidak suka karena perusahaan kalian akan membangun di tanah yang mereka sudah incar sejak lama." Jawab Rosa.     

"Apa? Bagaimana kamu tahu itu?" Tanya Andrew lagi.     

"Kebetulan aku mendengar dari ucapan salah seorang diantara mereka sebelum menyerbu hotel. Musuh yang kalian hadapi ini preman berdasi. Mereka seperti gangster namun berlindung dibalik kepolosan warga." Jawab Rosa lagi.     

"Aku tidak mengerti. Aku harus memastikan bosku selamat." Andrew mencoba sekali lagi menelpon bosnya. Setelah tiga kali baru telponnya tersambung.     

BUG BUG BUG!!!     

"Buka pintunya woiii! Buka pintunya atau kami dobrak!" Teriakan salah seorang dari preman itu tidak membuat Rosa panik. Perempuan itu segera mengambil meja dan sofa untuk memberatkan pintu jika didobrak dari luar.     

"Ada apa itu, Andrew?" Darren mendengar kekacauan dari balik suara telpon Andrew.     

"Beberapa preman masuk kedalam hotel dan merencanakan untuk menyerang kita, tuan. Apa tuan baik-baik saja?" Andrew berkata dengan suara cepat-cepat. Matanya melihat tunangannya sedang mendorong sofa untuk mengganjal pintu.     

"Ini sudah tidak bisa ditolerir. Kamu dikamar saja, jangan kemana-mana!" Ucap Darren. Pria bermata hijau itu pun memanggil para pengawalnya yang tidak tidur di hotel. Mereka dipersiapkan di lapangan dan sekarang berada di pabrik untuk mengamankan tempat itu tentu saja.     

Darren mengambil sesuatu dari balik laci bajunya. Ini adalah senjata darurat yang hanya digunakan jika disaat-saat genting. Darren menyelipkannya dibagian dalam jas hitamnya. Pria yang telah selesai mandi dan hendak beristirahat sejenak itu mengurungkan diri dan segera keluar meskipun banyak preman menunggunya.     

Tepat bersamaan Darren hendak keluar dari kamarnya, tiba-tiba datang rombongan polisi yang mengamankan para preman bayaran tersebut. Suasana hotel yang tegang dan memanas karena serbuan para preman itu, perlahan mulai normal kembali. Para preman di giring pihak kepolisiann untuk menuju kantor mereka dan dimintai keterangan.     

"Siapa mereka pak?" Darren bertanya dengan salah seorang petugas polisi yang ternyata adalah inspektur polisi.     

"Nanti kami akan mintai keterangan dari mereka. Mohon tuan bersabar." Jawab polisi tersebut.     

"Sepertinya aku tahu siapa yang menyuruh mereka. Pak polisi lebih baik menangkap sumbernya agar cepat dibekuk yang membayar mereka." Jawab Darren.     

"Baik pak, kami permisi dulu kalau begitu." Ucap inspektur polisi tersebut.     

"Tuan, kamu tidak apa-apa?" Andrew berlarian di lorong demi untuk menemui tuan yang sudah lama diikutinya.     

"Aku tidak apa-apa. Kamu bagaimana?" Darren kembali bertanya.     

"Kami baik-baik saja. Aku dan Rosa akan ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian. Mereka adalah preman bayaran." Ujar Andrew dengan penuh optimis.     

"Baiklah, beritahu aku begitu kamu membutuhkan apapun." Ujar Darren.     

Darren menelpon para pengawalnya untuk sebagian mengawal Andrew dan Rosa, sedangkan sebagian lagi tetap di dalam hotel menemani dirinya kalau-kalau ada preman yang memaksa masuk lagi.     

-----     

Jhonny melamun seorang diri duduk di teras luar dia atas kursi yang terbuat dari besi. Pria bertato itu teringat dengan perkenalan pertamanya dengan Lisa yang merupakan anak yang sangat dimanja oleh kakeknya. Sehingga perempuan itu terbawa pergaulan bebas teman-temannya. Jhonny pun mengenal Lisa didalam klab malam ketika mereka tidak sengaja bertemu dalam acara ulang tahun teman Lisa yang dirayakan di klab tersebut. Jhonny pun langsung suka dan jatuh cinta dengan sosoknya yang bebas dan ceria.     

Akhirnya, malam itu pun mereka langsung melakukan cinta satu malam namun menghilang beberapa minggu kemudian. Ketika bertemu lagi, Jhonny langsung melamar Lisa karena sudah bosan berganti pacar terus setiap saat. Namun, nasib sial menerpa Lisa yang menyukai hidup bebas, dia positif hamil setelah satu bulan berhubungan intim dengan Jhonny. Agar kakeknya tidak tahu, Lisa menyibukkan diri dengan kuliah. Perempuan itu tidak berani menggugurkan kandungannya. Ada nyawa janin tidak berdosa disana. Semua hal itu diceritakan Lisa lewat pesan tertulis yang dikirim pada Jhonny baru saja.     

Jhonny bingung harus bagaimana. Jika benar Boy anaknya, dia tidak punya pengalaman sebagai orangtua.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.