Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

IV 385. Sesuatu yang panas, segar, dan ...



IV 385. Sesuatu yang panas, segar, dan ...

0"Maka dari itu, tujuan saya membangun pabrik disini adalah untuk meningkatkan taraf hidup warga sekalian yang ada disini. Tolong bantu kami untuk mewujudkan masa depan lebih baik untuk desa ini. Kalian dan anak cucu kalian berhak untuk memiliki hidup lebih baik dari sebelumnya." Ujar Darren mengakhiri pidatonya. Semua orang tertegun mendengarnya. Memang selama ini mereka bisa dibilang hidup dibawah garis kemiskinan. Hidup di desa tidak ada sumber pendapatan apapun selain bertani. Itu pun kalau ada yang punya sawah dan ada yang mau memakai jasa mereka.     
0

Atau sebagai pengrajin mebel yang tentu saja tidak semua orang bisa mengerjakannya. Hanya orang-orang tertentu yang memiliki kemampuan sebagai pengrajin yang bisa mengerjakannya. Yang tidak memiliki keahlian sebagai pengrajin, akan tersingkir dan menjadi pengangguran abadi.     

Dari semua yang hadir, tampak lelaki yang terakhir berkata-kata itu keluar dari ruangan secara diam-diam dan Darren memerintahkan Andrew untuk mengikutinya dengan kode mata. Andrew keluar sejenak untuk memberitahukan para pengawal yang berjaga di luar ruangan agar mengikuti diam-diam lelaki yang keluar tadi.     

-----     

Suasana diskusi pun berjalan dengan lancar dan semua warga mau menerima argumen dan pendapat yang dikemukakan Darren. Darren yang langsung kembali ke hotel setelah selesai bertukar cerita dengan warga, bergegas menelpon istri dan anak-anaknya. Ketika pria bermata hijau tadi bercerita tentang istrinya, seketika dia merasakan rindu yang teramat sangat dengan wanita yang telah melahirkan dua anak untuknya. Wanita yang sangat tegar dan kuat berkat didikan sejak kecil dari kedua orangtua yang luar biasa hebat menempa hidupnya.     

"Ayaaaahhh, kapan pulang?" Ratu seperti biasa mendominasi setiap komunikasi yang terjadi antara ayah dan anak.     

"Hai anak-anak ayah, kalian sudah makan siang?" Darren melihat wajah Ratu dan Raja di ujung telpon via video tapi dia tidak menemukan wajah yang dirindukannya.     

"Sudah dong. Ayah sudah makan belum?" Tanya Ratu kembali. Raja hanya menyimak seperti biasa dibelakang Ratu. Melihat sifat Raja, Darren merasa kasihan pada papinya yang mungkin dulu merasakan sikap Darren waktu kecil sama seperti Raja, cuek dan tidak ada gairah hidup. Darren masih bersyukur dikasih Ratu yang mewarnai dunianya.     

"Ayah baru pulang dari pabrik. Ibu kalian kemana?" Darren akhirnya tidak tahan untuk bertanya.     

"Ibu ada di dapur lagi buatin kami pudding. Kami lagi di ruangan keluarga main game. Kakak Raja kalah terus loh yah." Ratu mulai menyombongkan kepintarannya dihadapan semua orang, termasuk ayahnya.     

"Kamu mainnya curang!" Balas Raja dengan sewot.     

"Ih, apaan! Kakak kalau tidak bisa main, jangan nuduh orang sembarangan." Tinggal Darren diujung telpon garuk-garuk kepala melihat tingkah dua anak kembarnya yang selalu saja akur satu detik bertengkar satu jam. Posisi telpon pun mulai bergoyang tidak jelas arahnya. Hingga akhirnya, ibu mereka menyelamatkan situasi.     

"Hai kalian ini, bisa tidak akur terus tidak usah bertengkar setiap saat? Ayah kalian sedang telpon kan?" Suara Calista dari jauh terdengar oleh Darren dan membuat pria bermata hijau itu kembali tersenyum.     

"Oh iya, kak Raja sih ganggu terus jadi aku lupa kan. Ibu, puddingnya sudah jadi?" Suara Ratu kembali terdengar namun posisi ponsel masih tergeletak di atas sofa dengan laayr menghadap ke langit-langit. Darren menghela napasnya. Dihadapan semua bawahan dan orang-orang yang tidak mengenalnya, wibawa Darren sangat kuat dan semua segan padanya. Tapi, kalau sudah didalam rumah, semua wibawanya langsung turun drastic meski rasa sopan santun terhadap orangtua tetap diajarkan.     

"Bagaimana ayah kerjanya? Sudah selesai?" Calista membisakan memanggil ayah dihadapan anak-anaknya agar mereka juga terbiasa. Istrinya itu memanggil nama atau sayang hanya jika berdua saja.     

"Sudah ibu," Jawab Darren dengan ceria. "I miss you." Darren berkata dengan bahasa bibir dan wajah sendu merajuk agar tidak terdengar oleh anak-anaknya. Calista menyeringai melihatnya lalu mengerutkan bibir untuk meledek suami bermata hijau nun jauh di mata. Darren terkekeh melihatnya.     

Ketika dua anaknya sudah sibuk dengan pudingnya masing-masing, Calista pun baru bisa nyaman melakukan panggilan video dengan suaminya.     

"Jangan telat makan, sekarang sudah jam 1 siang." Ujar Calista lagi.     

"Iya iya, aku tidak akan lupa itu. Karena aku juga mau sehat selalu untuk kalian." Ujar Darren dengan senyum memikatnya.     

"Kamu yakin satu minggu disana? Tidak bisa pulang lebih cepat lagi?" Calista bertanya dengan wajah yang memelas.     

"Aku usahakan pulang lebih cepat. Satu minggu hanya perkiraan saja karena banyak hal yang harus diurus. Tapi sebenarnya Andrew juga bisa sih yang mengurusnya. Aku bisa saja pulang lebih cepat tapi …" Darren memutar bola matanya. Calista pun mengernyitkan alis.     

"Tapi …."     

"Tapi, apa ada kompensasi untukku kalau pulang cepat?" Jawab Darren kemudian yang dibalas dengan helaan napas dan gelengan kepala oleh Calista. Namun, Calista pun tidak kehilangan akal.     

"Aku akan berikan apa yang kamu inginkan. Sesuatu yang panas, segar, dan membuat air liurmu menetes tanpa henti." Jawab Calista dengan mimic wajah penuh menggoda dan diakhiri dengan kecupan di bibir dan kerlingan mata. Darren melihatnya terpana dan terbengong untuk beberapa saat.     

"A-aku akan usahakan pulang secepatnya. Kamu tunggu saja. Tahu-tahu aku sudah berada di belakangmu." Jawab Darren dengan wajah tegang dan memerah.     

"Hahaha, iya iya, tapi kan belum sehari kamu pergi. Ya sudah kerja yang baik yaa. Jangan lirak lirik sana sini. Jaga mata dan hati. Okay?" Ucap Calista dengan senyuman manisnya.     

"Okay, istriku. Aku mau mandi dulu. Baru sampai hotel habis dari cek lokasi ke pabrik juga." Ucap Darren.     

"Iya, sudah dulu kalau begitu. Aku mau ke kamar si kembar. Mereka diam saja tidak ada suaranya, aku curiga ada apa-apa. Sudah dulu yaa. Hati-hati sayang disana. Bye." Ucap Calista.     

"Bye," Dan sambungan telpon pun terputus. Calista menghela napas sejenak dan tersenyum menatap layar ponselnya yang sudah tidak bercahaya lagi. Ibu dua anak itu pun bergegas menuju kamar anak-anaknya. Sementara Darren pun segera menuju kamar mandi setelah mendapatkan imun booster hanya lewat panggilan video.     

-----     

Sementara itu, Andrew di kamar hotel terpisah, sedang merangkum hasil pertemuan dengan warga tadi siang. Memang sudah tidak diragukan lagi aura seorang pemimpin dari bosnya sangat berpengaruh. Demo yang dilakukan berhari-hari pun bisa redam setelah kedatangan bosnya dan menenangkan warga dengan cerita yang dikatakan tentang istrinya. Andrew tahu sejak pertama kali melihat Calista melamar menjadi istri tuannya, aura yang dibawa Calista berbeda dengan kebanyakan wanita lainnya.     

Calista tidak mengada-ngada demi lolos audisi. Dia apa adanya dengan apa yang dimilikinya. Yang membuatnya serius dalam menjawab semua pertanyaan saat wawancara adalah uang yang dibutuhkan demi kelangsungan pengobatan bapaknya, bukan untuk hal lain.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.