Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

IV 384. Menghipnotis Semua Orang



IV 384. Menghipnotis Semua Orang

0"Sayang, kenapa kamu bisa tahu tentang sertifikat rumah itu?" Carol penasaran dengan trik yang dimainkan sang suami.     
0

"Rumah yang luas, tanpa ayah, sang ibu punya banyak teman kencan, anak sendirian, yang harus diselamatkan tentu saja asset kekayaannya sebelum jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab. Aku sudah menyelidiki ibunya Boy. Dia wanita yang selalu mencari perhatian semua lelaki. Ketika dia akan menikah dengan Jhonny, dia digoda oleh lelaki lain yang ingin mengincar hartanya. Lisa atau tunangan Jhonny itu mewarisi banyak kekayaan dari kakeknya. Namun, kedua orangtuanya sudah tiada. Banyak pria yang mengincar hartanya." Ujar Jack dengan cerita panjangnya yang berkelanjutan hingga sepanjang perjalanan pulang.     

"Kita mau ngapain disini, om?" Boy bertanya pada Jhonny yang duduk menunggu panggilan.     

"Kita akan main tusuk jarum. Siapa yang bisa menahan sakit dan tidak menangis setelah ditusuk jarum, maka dia boleh makan dan minum apa saja. Bagaimana?" Jhonny membuat penawaran dengan wajah tegap dan tanpa senyum. Boy melihat pria tinggi besar disebelahnya dengan tatapan tidak percaya. Pria yang hampir jarang berbicara dengannya itu, kini telah banyak mengucapkan banyak kata.     

"Makan dan minum apa saja?" Tapi penawaran Jhonny merupakan iming-iming yang sangat menggiurkan. Boy sudah lama ingin makan burger, ayam goreng di restoran fast food, dan makan es krim dalam mangkuk besar. Tapi, dia juga takut dengan jarum suntik. Boy diam sejenak dan berpikir bagaimana caranya agar bisa mengalahkan rasa sakit jarum.     

"Jarum suntik itu tidak sakit. Seperti kamu digigit semut kalau duduk sembarangan." Ujar Jhonny mencoba menenangkan bocah lelaki tersebut.     

"Tuan Jhonny, anak Boy." Seorang petugas lab memanggil keduanya.     

"Tarik napas, tahan, hembuskan. Ingat, aku bisa mendengar suaramu kalau menangis." Ujar Jhonny sambil menaikkan alisnya.     

"Siap! Demi makanan dan minuman yang banyak, aku akan tahan gigitan semut itu." Jawab Boy dengan penuh optimis.     

"Bagus. Tunggu aku disini kalau sudah selesai, jangan kemana-mana." Jhonny dan Boy pun berpisah di kamar berbeda. Setelah 10 menit berlalu, Jhonny tidak mendengar suara tangisan sama sekali.     

"Bagaimana? Tidak sakit kan?" Tanya Jhonny kepada anak yang matanya berkaca-kaca ketika keluar dari kamar lab. Boy diam tidak menjawab namun anak kecil yang tampan itu menggeleng-geleng kencang.     

"Hebat, itu baru anak hebat. Ayo, kita beli makanan dan minuman. Kamu boleh makan apa saja sesukamu. Tapi, tunggu sebentar." Jhonny mendekati meja penerimaan bukti pemeriksaan dan mendapatkan selembar kertas untuk menebus hasilnya paling cepat 1 x24 jam.     

Jhonny pun membawa Boy untuk berjalan-jalan menuju sebuah tempat fast food yang sudah lama jadi incarannya.     

-----     

Suasana ruangan rapat mendadak sunyi mencekam, ketika 4 orang dari perusahaan yang sedang bermasalah dengan warga sekitar itu datang dan menduduki kursi sederhana yang telah disediakan. Aura pria bermata hijau langsung menghipnotis semua orang yang hadir disana ketika sebelumnya terjadi kegaduhan dan saling menyalahkan.     

"Apa kabar bapak dan ibu sekalian? Perkenalkan nama saya, Darren Anderson, saya presiden direktur dari perusahaan induk yang anak cabangnya sedang anda semua demo. Disini saya membawa dua pengacara saya dan sekretaris saya untuk mendengarkan masalah yang ingin bapak dan ibu sampaikan." Ucap Darren dengan suara berat dan wibawanya.     

Untuk sesaat beberapa perwakilan dari warga sekitar yang terdiri dua puluhan orang tersebut, yang rata-rata adalah bapak-bapak yang berusia tiga atau empat puluhan dan juga ibu-ibu yang tampak lebih berkelas dengan kemeja dan rok selutut juga sepatu tumit tingginya.     

"Maaf, saya ingin berbicara pertama kali." Seorang pria muda mengacungkan jari telunjuknya sambil berdiri.     

"Silahkan pak." Andrew kali ini yang bersuara.     

"Mengenai pabrik yang akan didirikan di dekat desa kami, kami merasakan bahwa itu akan mengancam kehidupan kami disini.Lingkungan kami akan menjadi kotor dan air kami akan menjadi keruh. Jadi, kami menolak pembangunan pabrik itu dengan alasan apapun." Ujar lelaki tersebut. Berbagai dengungan suara mendukung dan anggukan kepala mengomentari ucapan yang lelaki itu katakan.     

"Mohon maaf bapak ibu sekalian, semua itu sudah kami antisipasi sejak awal. Jadi, bapak ibu tidak perlu khawatir lagi. Tim kami di lapangan sudah mengecek kalau apa yang kami kerjakan sejauh ini tidak membahayakan lingkungan dan semua berjalan aman dan terkendali dengan baik. Bahkan, kami sudah membuat perencanaan untuk pengangkatan karyawan 80% akan diambil dari warga sekitar, selama sesuai dengan syarat yang kami ajukan. Karena kami juga ingin membangun desa ini menjadi lebih berkembang dan taraf kehidupan masyarakatnya menjadi lebih baik." Ujar Andrew. Semua orang saling berbisik kembali mendengar apa yang disampaikan Andrew. Untuk sesaat mereka menjadi goyah. Namun, tiba-tiba suara menyela kembali datang dari arah belakang.     

"Pabrik manapun pasti mencemari lingkungan. Dan, janji kalian palsu! Kalau sudah berdiri pabriknya, pasti kami tidak akan mendapatkan kesempatan untuk bekerja disini. Karena kalian orang kota hanya mempermainkan kami orang-orang bodoh. Mana pernah kalian merasakan hidup susah seperti kami di kampung? Kalian tidak akan tahu rasanya jadi orang terbuang dan sering makan janji-janji manis." Ujar lelaki tersebut dengan berapi-api.     

Suara berisik saling berbisik kembali terdengar setiap kali ada yang selesai mengeluarkan pendapatnya. Memang semua orang akan mudah terpancing kalau berada dalam frekuensi yang sama. Frekuensi yang membuat mereka merasa senasib dan kesusahan yang dirasakan selalu dirasa lebih berat dibanding orang lain. Padahal, orang lain bisa jadi lebih berat masalah yang dihadapi hanya saja mereka tidak pernah menunjukkannya.     

"Maaf, mungkin bapak dan ibu sekalian tidak tahu, kalau istri saya adalah anak dari ibu penjual jamu gendong dan bapak seorang tukang becak." Mendadak suasana menjadi hening seketika. Andrew dan dua orang yang berada di sisi kanan dan kiri Darren ikut terdiam.     

"Istri saya bercerita bagaimana rasanya mencari recehan demi membantu bapak dan ibunya bekerja, dengan berjualan di sepanjang jalanan Malioboro. Dan, adik istri saya juga mempunyai sambilan sebagai pengamen jalanan di sepanjang jalanan Malioboro." Jawab Darren dengan tegas sambil berdiri sejak awal berbicara.     

"Saya pun merasakan sendiri bagaimana mencari uang sendiri demi uang sekolah, meskipun orangtua saya sangat mampu. Jadi, bapak dan ibu sekalian, jangan pernah menyangka hidup kalian lebih berat dari orang lain hanya karena orang lain itu hidup lebih baik dari anda. Bisa jadi dia berjuang sekuat tenaga untuk merubah hidupnya. Karena kalau bukan diri kita sendiri yang berjuang, maka tidak akan ada yang mau memperjuangkan hidup kita sendiri." Jawab Darren panjang lebar. Perkataannya mampu membungkam semua orang yang ada disana, termasuk satu orang lelaki yang terakhir bertanya.     

"Maka dari itu, tujuan saya membangun pabrik disini adalah untuk meningkatkan taraf hidup warga sekalian yang ada disini. Tolong bantu kami untuk mewujudkan masa depan lebih baik untuk desa ini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.