Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

IV 382. Ayah Kandung Boy



IV 382. Ayah Kandung Boy

0Darren yang ahli dalam hal negosiasi akan menggunakan skillnya yang sudah lama terpendam karena posisinya sebagai seorang presdir tidak perlu turun tangan langsung menghadapi masalah yang terjadi didalam perusahaanya. Karena keadaan yang mendesak, akhirnya sang presdir pun harus turun tangan langsung menangani masalah yang menghambat laju pembangunan.     
0

"Andrew, kamu sudah buat janji dengan kepala desa disana?" Darren memastikan sore ini ada pertemuan yang direncanakan, bukan pertemuan mendadak yang akan menyulitkan semua orang.     

"Sudah tuan, mereka sudah siap bertemu dengan kita."     

"Bagus. Kalian, kawal terus jalannya negosiasi dan cari solusi yang terbaik untuk semua. Bukan hanya untuk kepentingan kita. Terutama, buatlah perjanjian akan menggunakan sumber daya manusia dari desa mereka untuk bekerja di cabang perusahaan disana, asalkan sesuai dengan kriteria pekerjaan yang dibutuhkan." Ujar Darren. Tiga orang yang duduk di sekitar Darren mengangguk paham.     

Dan,terdengarlah panggilan petugas maskapai yang akan mereka tumpangi untuk segera masuk kedalam pesawat karena pesawat akan segera terbang.     

Ke empat pria dengan aura pembawaan masing-masing berjalan dengan penuh percaya diri. Darren yang mengenakan setelan jas serba hitam dan kacamata hitam, adalah pria paling tinggi diantara tiga pria lainnya sehingga tampak paling menonjol ketika berjalan.     

-----     

"Gendhis, aku mau minta maaf karena aku selalu maintain duit kamu." Boy yang duduk di sebelah Gendhis saat di dalam kelas, berbisik kearah Gendhis yang sedang memperhatikan guru yang menerangkan pelajaran membaca.     

"Oh iya, tidak apa-apa." Jawab Gendhis menoleh sekali dan langsung menyimak lagi penjelasan bu guru. Boy duduk kembali di kursinya dan diam mendengarkan gurunya mengajar.     

Dalam seumur hidupnya, baru semalam dia merasakan kehangatan keluarga dan tadi pagi kehangatan keluarga itu muncul kembali di meja makan. Bahkan Om Jhonny juga duduk di meja yang sama. Boy ingin merasakan itu lagi tapi takut untuk meminta ijin kepada ibunya. Hari ini Boy harus pulang kembali ke rumahnya yang sunyi sepi meskipun besar bagaikan istana.     

TENG TENG TENG …     

Jam pelajaran sekolah pun berakhir. Semua murid berebutan untuk pulang, kecuali Boy. Dia masih duduk di kursinya dan tidak ingin beranjak meninggalkan kelas. Gendhis yang melihat Boy menatap lantai kelasnya dengan wajah sedih, merasa kasihan.     

"Boy, kamu tidak keluar?" Gendhis memanggil dari agak jauh.     

Boy tidak menjawab namun menyeret tasnya sambil berjalan keluar. Diluar pintu gerbang, mommy Gendhis alias Carol sudah menunggu. Hari ini Carol sengaja menjemput Gendhis karena akan mengantarkan Boy pulang juga untuk bertemu dengan ibu Boy. Semalam mereka sudah membuat janji untuk bertemu dirumahnya.     

"Ayo kita kerumah kamu. Ibu kamu sudah menunggu dirumah." Gendhis mencium punggung tangan mommynya dan Boy pun mengikuti.     

"Tante, apa boleh aku tinggal di rumah tante? Aku akan jadi anak yang baik dan bantu beres-beres rumah. Aku tidak akan nakal dan aku akan bantu menjaga dede bayi kalau tante sibuk." Carol mengatupkan bibirnya. Entah mengapa dadanya mendadak sesak seketika. Jhonny yang memakai kacamata hitam, matanya memerah mendengar permintaan bocah yang semalam tidur dengan nyenyak di kamarnya.     

"Kita temui ibu kamu dulu ya sayang. Nanti kita lihat apakah ibu kamu setuju atau tidak." Jawab Carol dengan lembut.     

Carol, Gendhis, dan Boy duduk di kursi penumpang bagian belakang. sementara Jhonny duduk disamping supir. Mereka akan menuju rumah Boy untuk bertemu dengan ibu Boy. Selama perjalanan, Boy diam menatap jalanan. Baginya tidak ada rumah yang memberinya kehangatan. Bocah kecil itu tidak suka pulang. Dia lebih suka di sekolah atau di rumah sakit. Setelah setengah jam lebih, akhirnya mobil yang dikendarai supir pun sampai didepan rumah mewah dengan penjagaan dibagian depan.     

Setelah mengatakan sudah membuat janji dengan ibunya Boy, satpam itu pun membuka pintu gerbang. Masuk kedalam melewati pintu gerbang melewati jalanan yang lumayan cantik. Mobil pun berhenti dan empat orang didalamnya keluar dari mobil. Jhonny keluar mobil terlebih dahulu dan membuka pintu untuk Carol dan anak-anak kecil disebelahnya. Carol menarik dan menghembuskan napasnya sampai tiga kali. Berdoa dan mulai melangkah dengan penuh keyakinan.     

"Silahkan masuk." Seorang pelayan yang memakai seragam kerjanya sehari-hari, membuka pintu dan mempersilahkan dua orang dewasa dan dua anak kecil yang salah satunya adalah tuan mudanya untuk masuk. "Nyonya sudah menunggu di ruang tamu." Jawabnya lagi.     

Carol yang mengenakan kemeja lengan pendek warna hijau army dan rok selutut warna senada sungguh merupakan warna yang berani menghadapi apa yang akan terjadi hari ini. Mereka dipersilahkan duduk di sofa yang disediakan sambil menunggu minuman datang.     

"Silahkan duduk dulu. Nyonya sebentar lagi keluar." Pelayan paruh baya itu berkata dengan ramah sehingga Carol merasa nyaman di kesan pertama.     

Tok tok tok …     

Langkah kaki sepatu pantopel mulai terdengar menuruni anak tangga.     

"Itu suara sepatu ibuku." Ujar Boy. Carol mengangguk sambil tersenyum. Carol pun berdiri dengan kesantunan seorang tamu pada pemilik rumah.     

"Selamat datang, dan …" Ucapan wanita itu terhenti, ketika melihat Jhonny. Ada yang salah dengan matanya yang diam melotot sementara bibirnya terbuka, dan tiba-tiba senyum tipisnya muncul sambil menggeleng-gelengkan kepala.     

"Akhirnya kita bertemu lagi, Jhonny." Wanita itu berkata.     

"Jhonny, kamu kenal dia?" Carol bertanya pada Jhonny yang sama terdiamnya.     

"Anggap saja aku tidak kenal." Jhonny memakai kembali kacamata hitamnya. "Aku tunggu di mobil saja." Ucapnya lagi sambil melangkah keluar.     

"Jhonny, tunggu." Jhonny pun berhenti melangkah tepat ketika melewati nyonya rumah. Tiba-tiba hal mengejutkan terjadi. Wanita itu yang tidak lain adalah ibunya Boy menjatuhkan tubuhnya dan berlutut dibawah Jhonny.     

"Jhonny, aku minta maaf dengan perbuatanku di masa lalu. Pernikahan kita batal karena kesalahanku dan sifat rakusku. Hiks hiks hiks …" Wanita itu menangis tersedu-sedu meminta maaf sambil memegang kaki Jhonny.     

"Ibu? Apa yang ibu lakukan?" Jhonny dan semua orang heran dengan pemandangan yang terjadi didepan mereka ini.     

"Boy, sudah saatnya kamu tahu sesuatu sayang. Ayah kamu yang sebenarnya adalah dia nak. Ayah kamu yang dirumah sakit bukan ayah kandung kamu." Wanita itu berkata.     

"APA?" Semua orang kaget dan melotot keheranan.     

"Apa maksud kamu?" Jhonny membalikkan badannya dan mengangkat tubuh wanita yang telah mengatakan kalimat yang membuat semua shock mendengarnya. Carol meminta bibi rumah itu untuk membawa Boy dan Gendhis untuk ke dapur agar tidak mendengarkan ucapan orang dewasa. Boy bingung namun dia menurut juga. Boy dan Gendhis menikmati makan siang di dapur rumah Boy.     

"Jhonny, setelah kita melakukan itu, satu bulan kemudian aku hamil. Dan, aku berencana memberitahukan padamu sebelum pernikahan tapi aku tergoda dengan lelaki lain sehingga aku mengacaukan semuanya. Hiks hiks hiks …" Wanita itu menangis sesenggukan dan airmata membanjiri pipinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.