Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

IV 380. Koper Kecil



IV 380. Koper Kecil

0Hari beranjak sore, Darren memutuskan untuk pulang lebih awal karena besok pagi-pagi dia dan Andrew akan bertolak ke lokasi tempat terjadinya demo besar yang menentang pembangunan pabrik disana. Tempatnya berada di daerah penghasil mebel terbesar di Indonesia. Darren mengemudikan mobilnya dengan cepat. Dia ingin segera bertemu istrinya untuk menuntaskan kesalah pahaman yang terjadi. Pikirannya tidak akan tenang kalau masalah ini belum selesai sebelum dia berangkat besok pagi.     
0

Sesampainya dirumah, Darren langsung menaiki anak tangga menuju kamarnya langsung. Pria bermata hijau itu berharap akan menjumpai istrinya disana. Perempuan yang selalu penuh kejutan dan bisa membuatnya merasa tenang. Entah apa yang terjadi pada pikirannya sehingga bisa mengatakan yang tidak-tidak pada Calista.     

Sayangnya, kamarnya kosong. Sprei pun masih rapih belum ada jejak bekas ditiduri.     

"Calista, sayang," Darren mencari ke kamar mandi namun tidak menemukannya. Pria itu berpikir mungkin istrinya ada di kamar anaknya. Tanpa membuka jasnya, Darren langsung menuruni anak tangga dan menuju ke kamar anaknya.     

Benar saja, istrinya ada disana sedang menemani si kembar mengerjakan pekerjaan rumah mereka dari sekolah. Melihat kedatangan Darren, Ratu yang paling antusias.     

"Ayah sudah pulaaaang." Ratu pun berlari menghampiri. Disusul Raja yang berjalan biasa. Kedua anak kembar itu mengecup salim punggung tangan ayahnya. Khusus Ratu, anak itu selalu menambahkannya dengan mencium pipi kiri dan kanan ayah tampannya. Sementara itu Calista hanya diam saja dan tidak memperhatikan apa yang dilakukukan mereka bertiga. Darren yakin istrinya masih marah. Raja dan Ratu merasakan kalau ibu mereka jadi aneh karena tidak mau menyambut ayah mereka pulang kerja.     

"Ayo cepat selesaikan PR nya. Sudah malam lalu lanjut tidur." Ucap Calista dengan matanya terus menatap buku PR anak-anaknya. Tidak sedikitpun dia menatap Darren. Pria dengan warna mata hijau itu tidak ingin ribut didepan anak-anaknya. Jadi, dia hanya berkata,"Aku ke kamar dulu." namun Calista tidak menjawab dengan kata, kalimat, atau bahkan kode.     

Raja dan Ratu yang duduk didepan ibunya untuk melanjutkan mengerjakan PR mereka, saling berpandangan.     

"Ibu kenapa?" Ratu berkata dengan komat kamit bahasa bibir.     

Raja hanya mengangkat bahu tidak tahu. Dan Ratu pun mengerucutkan bibirnya.     

Darren yang sudah sampai di kamar langsung ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Didalam kamar mandi, Darren berpikir banyak. Calista masih marah padanya karena kata-katanya. Tapi, dia juga tidak habis pikir kenapa dia bisa mengatakan hal yang keterlaluan seperti itu. Darren akan menanyakannya nanti saat Calista kembali ke kamar.     

Sambil menunggu istrinya balik ke kamar, Darren mengambil koper dan mempersiapkan sendiri pakaiannya yang diperkirakan satu minggu disana. Pria itu mengambil beberapa setel pakaian diatas hanger didalam lemari, pakaian dalamnya, dan beberapa kaos kaki, juga jaket dan topi. Setelah lama mengemas pakaian, Darren merasa Calista tidak naik-naik juga. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Anak-anaknya pasti sudah tidur.     

Darren berinisiatif untuk turun ke lantai satu dimana kamar anak-anaknya berada. Pria dengan rambut hitam tebal itu perlahan memutar handle pintu agar anak-anaknya tidak terbangun. Matanya tertegun melihat istrinya yang tertidur dengan satu tangan memanjang di meja belajar anaknya sementara tangan lainnya memangku wajahnya. Tampaknya sang istri kebagian menuntaskan pekerjaan rumah anaknya yang belum selesai.     

Darren membereskan peralatan tulis anak-anaknya dan memasukkannya kedalam tasnya masing-masing. Setelah itu, pria tinggi menjulang itu mengangkat tubuh istrinya dan menggendong istrinya dengan kedua tangannya. Calista yang sejak dulu terbiasa tidur dimana saja dan tidak pernah terbangun mesti diangkat pindahkan ke kasur, justru menggeliat di dada Darren hingga sampai ke dalam kamarnya.     

Pria itu pun merebahkan sang istri dan menyelimutinya. Darren menatap wajah Calista yang damai saat sedang tidur. Beberapa helai rambut panjangnya menyentuh pipinya dan Darren menyingkirkannya ke belakang telinga.     

"Maafkan semua perkataanku tadi siang. Aku berkata tanpa alasan jelas. Besok aku akan pergi selama satu minggu. Baik-baik dirumah ya sayang, jaga anak-anak dan kamu juga. Jangan telat makan dan tidur." Darren mengecup dahi sang istri yang sudah terlelap. Darren menuntaskan mengemas baju dan meletakkan koper yang sudah selesai di dekat pintu.     

Biasanya, istrinya akan mempersiapkan semuanya namun karena kelalaiannya dalam berbicara, menyebabkan Calista marah padanya, dan dia pun memakluminya. Akhirnya, Darren pun ikut menyusul tidur disamping istrinya. Pria itu mengulurkan tangan kanannya dibawah leher Calista dan tangan kirinya menarik tubuh sang istri untuk mendekat di dadanya. Dan,kini mereka tidur dalam posisi saling berpelukan menghadap satu sama lain.     

-----     

Dua jam yang lalu …     

"Ini pakaian kamu dan peralatan sekolah lainnya. Pelayanmu bilang, ibumu akan pergi selama beberapa hari jadi rumah kosong. Akan lebih baik lagi kamu diluar katanya. Aku heran dengan semua pelayan kamu, anak muda. tidak adakah yang bersikap ramah dan sayang pada anak kecil?" Jhonny membawa satu koper pakaian untuk Boy dan menyerahkannya di ruang tamu. Jack, Carol, dan Gendhis yang melihat interaksi mereka berdua, terharu dengan Boy. Anak malang yang masih berusia 4 tahun harus mengalami kerasnya dunia dan juga benda tumpul dari pacar ibunya.     

"Boy, mulai saat ini, kamu bisa tinggal disini sampai kapanpun. Kami punya banyak kamar dan makanan. Kamu tidak akan kesepian dan kelaparan. Lagipula, kamu bisa belajar bersama Gendhis dan main bersama Nathan. Bukankah itu bagus?" Ujar Jack.     

Boy yang masih diam tidak berkata apa-apa. Mungkin malu, takut, atau sungkan. Carol bangkit dari duduknya dan menarik tangan Boy untuk duduk didekat mereka.     

"Boy sayang, kamu mau tidak tinggal bersama kami sementara waktu ini? Dirumah kamu juga tidak ada siapa-siapa. Besok tante dan om akan kerumah kamu lagi untuk bertemu dengan ibu kamu. Bagaiamana?" Carol memegang lembut lengan Boy dan berkata dengan nada pelan.     

"Iya tante, om, terima kasih. Gendhis, maafkan aku kalau selalu berbuat tidak baik padamu." Jack dan Carol sangat takjub mendengar bocah usia 4 tahun sudah pandai berbicara dan meminta maaf. Carol memeluk Boy penuh kasih sayang dan mengusap rambutnya.     

"Kamu anak yang cerdas dan baik. Namun sayang, kamu berada di keluarga yang sepi tidak ada kehangatan. Andaikan boleh, tante ingin kamu tinggal selamanya disini." Ujar Carol serius.     

"Sudah malam, baiklah langsung ke kamar saja. Kamu pasti tidak biasa tidur sendirian di rumah orang lain. Untuk sementara ini, kamu tidur dengan om Jhonny dulu ya. kasurnya akan diatur untuk kamu terpisah dengan om Jhonny." Jawab Jack.     

Boy melihat Jhonny untuk meminta persetujuan.     

"Baiklah, aku tidak masalah.. Aku juga banyak yang ingin aku tanyakan pada anak ini. Aku bawa dulu kopernya ke kamar." Ujar Jhonny sambil berlalu dengan koper milik Boy diangkat dengan satu tangannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.