Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

IV 378. Steve Correl



IV 378. Steve Correl

0"Ma-maaf tuan, aku sudah berusaha tapi tidak sempat. Maafkan saya tuan, jangan pecat saya." Ucap perempuan itu membungkukkan badannya berkali-kali.     
0

"Cih! Bos yang berbuat, anak buah yang menanggung akibat." Darren menyindir sinis.     

"Hahaha, tuan Darren yang terhormat pagi-pagi begini ke kantor orang, bukan untuk menghina aku kan?" Steve berdiri dan menghampiri Darren. "Ada apa kamu ke ruanganku?"     

Darren melempar map ke atas meja seorang pimpinan tertinggi sebuah perusahaan yang bergerak dibidang perbankan tersebut. Correl Corp.     

"Untuk apa kamu mengirimkan berkas ini?" Darren bertanya dengan ciri khasnya suara berat dan dalam. Streve mengernyitkan alis dan mengambil map yang dimaksud. Pria dengan warna rambut kecoklatan dan warna mata biru itu memiringkan dagunya tidak mengerti.     

"Siapa dia? Cantik juga. Eh tunggu dulu, sudah punya anak dua. Tapi …" Darren mengambil map tersebut dan berkata,     

"Dia istriku dan dua anak itu adalah anak kembar kami. Kenapa kamu punya berkas ini?" Darren bertanya sekali lagi dengan mengeratkan giginya.     

"Istri kamu? Kamu sudah punya istri? Bahkan sudah punya anak? Wow, hebat sekali. Seorang Darren Anderson akhirnya luluh juga dalam sebuah ikatan pernikahan. Apa sekarang kamu menyesal sehingga sekarang istrimu mencari pekerjaan agar punya pegangan setelah kalian bercerai?" Steve membuat asumsi sendiri yang membuat Darren naik pitam.     

"STEVE! Jaga ucapanmu! Aku bukan pria yang suka bercinta dengan banyak wanita. Tidak seperti kamu yang sehari bisa dengan banyak wanita. Sekarang kembali ke permasalahan utama, kamu kan yang megirimkan ini?"     

Steve membalikkan badannya dan kembali duduk di kursinya.     

"Apa aku tampak seperti pria kurang kerjaan? Duduklah, sudah lama kita tidak mengobrol. Oya, apa kabarnya para playboy Jack dan Lewis? Aku dengar mereka juga sudah menikah. Dan bahkan Lewis menikah dengan gadis berhijab. Kalian sungguh menakjubkan. Sementara aku, masih berpetualang dengan banyak wanita setiap harinya. Hahaha …." Steve tertawa terbahak-bahak. Mentertawakan dirinya dan juga teman-temannya yang berbeda nasib meskipun mereka sama-sama satu kampus     

"Aku ingatkan padamu, jangan pernah menyentuh lahan pribadiku. Atau, aku tidak akan sungkan padamu." Jawab Darren, sambil keluar dari ruangan Steve dengan membawa amplop itu kembali.     

Steve menekan tombol untuk memanggil sekretarisnya, "Masuk."     

Tok tok tok     

"Masuk."     

"A-ada yang bisa saya bantu, tuan." Sekretaris yang tertulis nama 'Lusy' di plakat yang menempel di bajunya, bertanya dengan suara gugup. Dia sangat takut dengan bosnya tapi dia butuh pekerjaan ini untuk menopang hidupnya.     

"Kemarilah," mata Lusy melotot namun wajahnya masih menatap ke lantai dibawahnya. "Kamu tidak mau mendekat? Hmm?" Steve mengulang ucapannya karena sang sekretaris tidak beranjak dari tempat berdirinya. Perlahan namun pasti, Lusy berjalan mendekati meja bosnya. Tepat setelah berada didepan meja Steve, pria bermata biru itu meminta Lusy untuk berputar dan menuju ke depannya langsung.     

Lusy mengigit bibirnya ketakutan, dia tahu bosnya ini akan memberinya hukuman karena tidak mencegah tamu yang barusan keluar, masuk kedalam ruangannya. Tiba-tiba Steve menarik tangannya dan membuatnya duduk diatas pangkuannya.     

"Kamu pasti tahu … hukuman karena tidak becus bekerja?" Steve menatap sekretarisnya yang tampak sangat ketakutan padanya.     

"Ma-maafkan saya tuan, saya berjanji … tidak akan mengulanginya lagi." Lusy menyilangkan kedua tangannya didepan dada.     

"Huh, lain kali ya lain kali. Tapi, yang sudah terjadi, tetap ada hukumannya," Steve menyeringai sinis. "Sekarang buka semua pakaianmu dihadapanku." Mata Lusy terbelalak lebar namun tetap menatap kebawah. Tangannya gemetaran. Ini adalah kali keduanya dia dihukum karena tidak bisa bekerja seusai permintaan bosnya.     

Pertama, karena rasa minuman kopi buatanya yang tidak enak, Steve sampai memasukkannya kedalam mulutnya dan memaksa Lusy untuk menelannya lewat mulut ke mulut. Lusy tersedak hebat karena menelan minuman kopi yang diberikan bosnya lewat ciuman. Meskipun itu bukan ciuman pertamanya, tapi tidak ada yang pernah menciumnya seperti itu.     

"Sekarang hukuman apa lagi ini?" Gumamnya dalam hati.     

"Kenapa? Tidak mau? Ata, kamu sudah menemukan tempat kerja baru?" Steve menatap perempuan yang merosot turun dari pangkuannya dan sedang berdiri di hadapannya.     

"Sekarang atau kamu ajukan surat pengunduran diri sekarang juga." Ancam Steve.     

Lusy menggigit bibirnya. Antara takut ada orang yang masuk, malu karena dilihat orang lain, dan ragu-ragu benarkah apa yang akan dia lakukan ini. Namun akhirnya dia luluh juga. Jari jemarinya yang lentik mulai membuka semua pakaiannya hingga akhirnya kini tubuhnya hanya mengenakan bra dan celana dalam dengan warna pink senada.     

"Humm, kamu suka warna pink ternyata," Steve takjud dengan bentuk tubuh perempuan dihadapannya. Sehari-hari hanya mengenakan pakaian ketinggalan jaman tapi ternyata dibalik pakaiannya, dia memiliki bentuk tubuh yang ideal dengan ukuran buah dada yang lumayan besar.     

"Kemarilah." Steve mengusap dagunya dengan gerakan seorang playboy kelas kakap.     

"Apa kamu sedang datang bulan?"     

"Ti-tidak tuan." Lusy menggigit bibirnya malu karena tampilannya sekarang tidak ada bedanya dengan perempuan-perempuan yang ada di pantai sedang berjemur kulitnya menjadi warna kecoklatan.     

Steve menyusupkan tangannya masuk kedalam underwear Lusy namun segera dicegah oleh sekretaris tersebut.     

"Jangan tuan, aku mohon." Jawab Lusy sambil sedikit menangis.     

"Kenapa? Apa ini pertama kalinya buatmu?" Steve bertanya dengan penuh curiga. Jangan-jangan didepannya ini adalah seorang perawan." Gumamnya dalam hati.     

"A-aku akan menikah satu minggu lagi. A-aku tidak bisa menyerahkan keperawananku kepada orang lain. Tolong tuan, beri aku hukuman yang lain." Tangan Lusy menahan dengan kencang tangan Steve agar tidak sampai menyentuh kewanitaanya.     

"Dan itu, semakin menbuatku … ingin merasakannya." Tubuh Lusy ditariknya dan digendongnya. "Diamlah, atau semua orang akan melihat apa yang kita lakukan." Ucap Steve. Pria iblis itu meletakkan tubuh Lusy diatas sofa panjang lalu dia berjalan menutup tirai menjadi gelap dan mengunci pintunya dari dalam.     

"Aku akan merubahmu dari seorang gadis menjadi seorang … wanita." Lusy menutup wajahnya dan air matanya sudah mengalir deras dari sudut matanya. Steve melepaskan zipper dan celananya. Dengan, sekali tarikan underwear Lusy pun terlepas dari tempatnya.     

"Kamu cukup mengecilkan suaramu. Kecuali kamu ingin semua orang tahu kalau kamu sedang bermesraan dengan bosmu." Ujar Steve.     

Steve melakukan foreplay sejenak agar kewanitaan sekretarisnya sedikit basah sehingga tidak menyusahkannya saat akan menghujamkan pusakanya. Satu jarinya dimasukkan kedalam kewanitaan Lusy. Tubuh perempuan itu bergetar hebat. Satu tanganya menutup mulutnya sendiri agar tidak sampai mendesah, sementara satu tangan lainnya mengepal kencang menahan geli yang teramat sangat hingga membuat tubuhnya menggeliat dibawah dada Steve.     

Hingga akhirnya tanpa pemberitahuan lagi, Steve langsung menghujamkan kejantanannya kedalam kewanitaan Lusy yang ternyata memang benar … masih perawan. Baru kali ini Steve menikmati rasa perawan.     

"Eugghhhhh, sakkiiit …" Lusy tidak kuat untuk tidak bersuara. Perempuan malang itu merasa kewanitaannya dibawah penuh dan sesak untuk ukuran Asia bertemu Eropa.     

"Tahan sayang, aku akan membuat rasa sakitmu berubah menjadi kenikmatan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.