Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

IV 372. Kocar-Kacir Menyelamatkan Diri



IV 372. Kocar-Kacir Menyelamatkan Diri

0Henry pun segera berjalan setengah berlari menuju mobilnya untuk menuju lokasi yang dikirimkan kakak angkat bertatonya lewat pesan singkat yang baru diterima. Jhonny yang menggenggam mini chip itu mengamati dengan jarak dari dekat. Kamera ini tidak bisa menangkap pergerakan video didekatnya. Mini chip ini hanya bisa mengirim dan menarik pesan yang ada. Dan, bisa dikendalikan dari jarak jauh jadi sekarang pun sebenarnya lokasi Jhonny sudah diketahui lewat mini chip tersebut.     
0

Tidak lama kemudian, datanglah mobil Henry dari arah samping. Jhonny yang sudah berada diluar mobil, segera menghampirinya dan mengambil tas laptop tersebut dan membawanya kedalam mobil.     

"Tunggu, jangan pergi dulu!" Jhonny melarang Henry yang akan tancap gas untuk pergi lagi.     

"Mau apa lagi?" Herny berkata dengan nada gusar. Pria perlente yang penampilannya berbeda jauh dengan Jhonny itu melihat arloji di tangan kirinya, "Cepatlah! Aku sudah mau terlambat bekerja!" Jhonny menyelipkan mini chip itu pada laptop jadul tersebut dan membungkusnya kembali di dalam tas. Laptop itu diserahkan kembali ke Henry.     

"Buang laptop ini kemanapun kamu mau. Tapi ingat, jangan dekat rumah penduduk!" Jhonny menyerahkan laptop jadul tersebut dengan satu tangan kepada adik angkatnya.     

Henry melebarkan mata mendengar perintah yang aneh itu.     

"I-ini bukan bom kan? Aku tidak mau dibilang teroris karena membuang laptop ini!" Henry mengibaskan tangannya menolak menerima laptop tersebut.     

"Ishhh, tentu saja bukan! Aku tidak bisa pergi karena aku sedang menunggu anak majikanku pulang sekolah sebentar lagi." Jhonny meyakinkan adik angkatnya itu. " Kamu buang saja ke laut atau tempat sampah. Terserah kamu mau buang kemana." Ucap Jhonny.     

"Laut disini dimana? Aduh, ada ada saja. Ya sudah sini aku akan buang ke tempat sampah saja. Tapi, jamin ya bukan bom?!" Henry mengkonfirmasikan sekali lagi.     

"Aku jaminannya. Sudah sana bawa pergi. Kamu nanti terlambat masuk." Jhonny mendorong tubuh Henry untuk segera masuk ke dalam mobil.     

"Aahhh menyusahkan sekali! Ya sudah aku pergi sekarang." Henry menghidupkan mesin mobilnya dengan buru-buru mengingat jam di arlojinya sudah bergerak semakin cepat.     

Jhonny menatap kepergian Henry dan dia pun kembali kedalam mobil. Sambil menunggu setengah jam lagi waktu Gendhis pulang, Jhonny membuka email dari Jack. Ada 10 lampiran didalam emailnya dan disana semua info yang dia inginkan tersedia. Mulai dari nama mantan pacar Carol, foto, pekerjaan, dan sampai orangtuanya.     

Semua itu membuat pekerjaan Jhonny menjadi semakin mudah. Pria itu pun mulai beraksi dengan jari jemari panjangnya dan melakukan apa yang harus dia lakukan demi menuntaskan penalty akibat kesalahan anak buahnya saat salah tembak.     

Tok tok tok …     

Sebuah kaca jendela diturunkan.     

"Maaf tuan Jhonny, Gendhis akan bubaran sekolah sebentar lagi." Supir Gendhis mengetuk kaca jendela Jhonny yang tampak masih serius didalam mobilnya.     

"Oh, maafkan aku. Baik aku akan segera keluar." Jhonny pun menutup laptopnya dan keluar dari mobil. Dan, benar saja disana sudah banyak orangtua yang menunggu anak-anak mereka keluar dari pintu gerbang. Jhonny yang mengenakan kaos hitam yang dibalut dengan jaket kulit warna hitam dan celana jeans, berjalan mendekati kerumunan orangtua. Belum lama melangkah, sosoknya langsung menjadi perhatian semua orang disana.     

Mata mereka melotot lebar melihat ada pria dengan postur tubuh tinggi besar dan rambut dikuncir berjalan mendekat. Beberapa orang tua yang ketakutan langsung menyingkir dan mundur beberapa langkah. Justru anak-anak pada berteriak kegirangan mengira actor pujaan mereka datang kesekolah.     

"Aquaman … ada Aquaman. Bundaaaa, itu Aquaman." Seorang anak berteriak histeris menghampiri ibunya yang malah sedang shock melihat pria tinggi besar yang semakin mendekat.     

Diantara anak-anak yang bersorak sorai, tidak ada sosok anak perempuan yang cerewet, lincah, dan penuh tanda tanya di setiap pertemuan. Jhonny menyeruak masuk kedalam pintu gerbang melewati penjaga yang tidak berani untuk mencegahnya. Mata Jhonny mencari keberadaan anak kecil itu. Dan, ternyata ada di pojokan yang tak terlihat kalau sekedar lewat.     

"Heh, anak manja. Barang-barang kamu yang banyak itu, serahkan pada kami. Anak perempuan tidak usah pake emas-emasan." Ujar salah seorang anak lelaki yang tubuhnya lebih tinggi daripada tubuh Gendhis. Wajah anak itu cukup tampan dan bersih. Terlihat jelas kalau dia adalah anak orang mampu karena terjaga kebersihannya.     

"Tidak akan! Emas ini pemberian mommy aku. Aku tidak mungkin berikan pada kalian." Jawab Gendhis dengan mata galaknya. Meskipun sendirian diantara 4 anak lelaki lainnnya, setidaknya dia berani menggertak.     

Jhonny mengintip dari balik pepohonan yang lebat. Bahkan penjaga sekolah pun tidak bisa melihat mereka. Para guru pun disibukkan dengan para orangtua murid yang menjemput anak-anaknya.     

Setelah keadaan dirasa mendesak, Jhonny segera keluar dari persembunyiannya. Empat anak lelaki yang semula galak dan berani membentak Gendhis, begitu melihat ada lelaki berpostur tinggi besar berdiri di belakang Gendhis, langsung lari kocar kacir menyelamatkan diri. Sebelum semuanya kabur, Jhonny berhasil menangkap satu anak yang membentak Gendhis.     

"Tunggu dulu, anak muda. Kamu mau kemana?"     

"Lepaskan! Aku bilang bu guru nanti tahu rasa." Anak lelaki itu bukan takut malah mengancam Jhonny yang ukuran tubuhnya mungkin ratusan kali lebih besar darinya.     

"Oh, ternyata kita sepemikiran. Gendhis, tunjukkan dimana ruang guru." Gendhis yang masih bengong melihat om Aquaman benar-benar datang, masih belum sadar dan langsung mengangguk-angguk berjalan lebih cepat di depan.     

"Ikuti aku om." Ujarnya.     

"Heiii, lepaskan aku! Kurang ajar! Beraninya sama anak kecil!" Teriak anak tersebut.     

Beruntung posisi pintu gerbang dan Jhonny mengangkat anak lelaki itu tidak terlihat jelas. Baru sampai tikungan pertama, Gendhis mengetuk pintu yang bertuliskan, 'Ruang Guru'     

"Silahkan masuk." Terdengar sahutan dari dalam dan Jhonny pun membuka pintunya.     

4 guru yang ada didalam ruangan itu berdiri semua dengan kagetnya. Seorang pria berpostur tinggi besar dengan rambut dikuncir sedang mengangkat salah seorang anak murid mereka. Dalam pikiran mereka, pria tersebut adalah penjahat yang akan menculik atau membuat keonaran disekolah.     

"Bu guru, ini om aku namanya om Aquaman, eh salah, om Jhonny." Gendhis membuka percakapan terlebih dahulu sebelum guru-gurunya berpikiran yang tidak-tidak.     

"Oh, maaf, kenapa Boy harus digendong seperti itu?" Seorang guru memberanikan diri bertanya pada Jhonny yang masih mengangkat bocah 23 kilo itu.     

Jhonny pun menurunkan anak yang ternyata bernama Boy itu dengan hati-hati.     

"Aku ingi bertanya, bagaimana system penjagaan disekolah ini. Kenapa Gendhis sering dibully tapi kalian tidak pernah menghukumnya? Atau kalian tidak tahu? Atau tahu tapi pura-pura tidak tahu?" Jhonny melipat kedua tangannya didepan dada. Gendhis senang mendapatkan pembelaan. Wajahnya senyum cerah. Berbeda dengan Boy, yang merengut kesal dan berlindung dibalik tubuh para gurunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.