Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

IV 368. Waktu Berdua



IV 368. Waktu Berdua

0"Akhirnya kita bisa lari dari kenyataan meski hanya semalam." Jawab Dave dengan senyum berseri-seri. Dian menggeleng-geleng tidak mengerti. Padahal dirumah juga sudah tidak ada Devan.     
0

Harum aroma laut dan pemandangan menyegarkan sekitar pantai, sedikit banyak membuat Dian lebih relaks. Senyum mengembangnya tidak putus sejak tiba didepan gerbang hotel. Dave sengaja memilih tempat masih sekitaran Jakarta karena mereka hanya menitipkan Devan semalam saja pada mommy Agnes.     

"Kamu suka?"     

"Huum. Aku dan Calista dulu sering ke pantai kalau akhir pekan. Sekedar duduk di pinggir pantai, menikmati deburan ombak, dan jajan cemilan. Hehehe. Kamu pasti sering ke pantai ya?" Dian menatap sang suami dibalik kacamata hitamnya.     

"Aku tidak pernah ke pantai, hehe. Setiap hari aku bekerja keras agar bisa memiliki perusahaan sendiri. Kalau lelah, aku ke klab malam." Jawab Dave santai tanpa beban.     

Dian mengerutkan bibir mendengar perkataan pria dengan rambut agak gondrong itu.     

"Pantas saja,"     

"Pantas apa?" Dave berpaling ke arah istrinya.     

"Pantas saja, setiap urusan menghibur klien, kamu memilih klab malam." Jawab Dian.     

Ibu dari Devan itu pun menyingkir dari balkon kamarnya dan menuju kamar mandi untuk merapihkan rambutnya yang terbang ditiup angin. Dave yang ditinggalkan, terheran-heran. Apa yang salah dengan klab malam. Bahkan dua teman mereka saja punya klab malam, Jack dan Lewis.     

Tapi, Dave tidak ambil peduli. Kedatangannya disini adalah untuk menikmati waktu berdua saja dengan sang istri.     

"Sayang, kita turun yuk cari makanan." Dave merapihkan rambut di kaca lemari baju.     

Dian keluar dengan rambut yang sedikit basah di beberapa tempat.     

"Mau kemana?"     

"Kamu suka seafood? Banyak restoran seafood disini." Ujar Dave.     

"Sebentar, aku ambil tas dulu."     

Dan, mereka berdua pun keluar kamar mencari makanan untuk mengganjal perut mereka yang sedikit lapar. Pilihan mereka jatuh pada restoran dengan logo layar kapal tiga warna.     

Dian ingin mencoba sesekali menu lobster yang tersedia disana. Dave memersan dengan ukuran jumbo namun Dian menolak. Wanita itu hanya ingin mencoba yang ukuran kecil karena dia tahu porsi makannya tidak sebanyak orang lain.     

Sambil menunggu makanannya matang, ibu satu anak itu mengirim pesan tertulis pada mommy Agnes.     

"Mommy, maaf ya hari ini direpotkan dengan kedatangan Devan." Butuh waktu 2 menitan untuk Dian menerima balasan pesan.     

"Devan lagi main sama Axel di teras. Tenang saja, mommy juga ada hiburannya karena papinya Axel sedang keluar kota urusan bisnis." Jawab Agnes.     

"Terima kasih mom. Salam buat Axel dari tante Dian dan om Dave." Jawab Dian mengakhiri percakapan.     

"Sayang lagi chat sama siapa?" Dave merebahkan kepalanya di bahu sang istri tanpa sungkan.     

"Ishh kamu itu, malu ditempat umum. Banyak yang melihat." Dian risih melihat tatapan dan senyuman dari beberapa tamu restoran yang ada di sekitar mereka. Sejak tadi sedang berbalas pesan dengan Agnes, Dave memainkan ujung rambut sang istri dan memilinkannya. Kebiasaan ini tidak pernah hilang dari dulu kalau mereka sedang duduk berdua. Kini suaminya rebahan dibahu istri yang cantik, semakin membuat banyak tamu yang menikmati pemandangan ini.     

"Kenapa harus malu? Kita kan suami istri. Bahkan kalau kita berhubungan disini pun, tidak ada yang melarang. Humppppp." Dian membekap mulut suami yang tidak tahu malu dengan tangan mungilnya.     

"Ihhhhh, benar-benar kamu itu yaa. Urat malunya sudah putus." Dian mencubit kedua pipi sang suami sampai Dave pura-pura mengaduh kesakitan dan memegang tangan sang istri yang mencubitnya.     

"Kapan-kapan kita ajak Devan kesini ya. Dia pasti senang." Perempuan yang menggerai rambut hitam panjangnya itu, menggeser layar ponselnya dibagian galeri demi melihat semua foto Devan yang dia ambil sendiri dalam berbagai kesempatan.     

"Pasti. Kita bertiga akan ke Bali minggu depan. Berangkat jumat siang." Ujar Dave dengan santai.     

"Minggu depan? Cepat sekali." Dian mengernyitkan alisnya.     

"Masih lama. Tapi itu nanti. Sekarang kita nikmati saja hari ini berdua. Kamu tidak akan bisa pergi dari hadapanku, bahkan satu senti pun." Ucap Dave di depan wajah istrinya.     

"Oya, aku malah bertaruh, kamu yang akan pergi dari hadapan wajahku dalam hitungan waktu 3 ... 2 ... 1 ..." Dave mengerutkan alisnya, mendengar sang istri menghitung mundur.     

"Permisi, makanannya sudah siap." Dua orang pelayan restoran datang mengantarkan makanan, membuat Dave terkekeh. Ternyata ini yang dimaksud hitungan mundur itu. Dian memberikan seringai ledekan pada sang suami yang tertipu.     

Mereka pun menikmati masa-masa berpacaran lagi seperti belum ada Devan, anak mereka. Dian dan Dave sangat menyukai makanan yang mereka pesan. Tanpa terasa sudah 1 jam mereka menghabiskan waktu di restoran. Kini saatnya untuk kembali ke hotel.     

Sebelum kembali ke hotel, Dian ingin membeli setelan kaos untuk anaknya yang bergambar ciri khas pantai yang sedang mereka kunjungi sekarang. Tidak cuma kaos, tapi ada juga tas, topi, kacamata, dan bahkan kaos kaki. Sepasang suami istri yang masih tetap romantis di usia pernikahan mereka yang hampir mendekati enam tahun itu, membuat iri semua orang disana dengan keromantisan Dave dan Dian yang diperlihatkan satu sama lain.     

Sesampainya di dalam pintu kamar mereka, Dave langsung menubruk Dian dan menghujaninya dengan ciuman dan melucuti semua pakaian istrinya dan dirinya sendiri.     

"Dave, pelan-pelan. Kita baru sampai kamar. Hummppph," Permintaan Dian tidak dihiraukannya. Pria itu mengangkat tubuh sang istri keatas perutnya dan membawanya ke dalam kamar mandi.     

"Kita mandi dulu ya." Dave berbisik di telinga Dian dan menggigit daun telinganya lembut. Dian merasa geli dan desahan pun keluar dari bibirnya.     

Dave tidak menyia-nyiakan waktunya. Kamar mandi bukanlah tempat satu-satunya bagi pria dengan rambut dikuncir cepol itu. Suara-suara mengerang dan melenguh bergema didalam kamar mandi dan berlanjut ke kamar tidur. Pria yang arogan diawal perkenalannya mereka itu selalu mendominasi setiap badai yang diciptakannya.     

Seperti tidak pernah puas meski telah berkali-kali pelepasan, Dian dibuat kelelahan dengan napas tersengal-sengal.     

"Sudah, aku ... lelah." Dian menjatuhkan tubuhnya diatas tubuh Dave setelah pergumulan panjang mereka. Ritme nafas terengah-terengah terasa dengan jelas didada pria yang memiliki dada bidang tersebut.     

"Tidurlah, maafkan aku yang terlalu bersemangat." Dave mengecup dahi sang istri setelah merebahkan tubuhnya ke samping." Inilah liburan me time yang dinantikan Dave. Pergi berduaan saja tanpa ada gangguan orang ketiga seperti saat dulu sebelum ada Devan.     

Kini pangeran kecil mereka lah yang mendominasi istrinya. Devan tidak mau lepas dari mommynya meskipun saat itu ada daddy disampingnya. Bagi anak kecil tampan itu, dekat dengan mommynya adalah kehangatan dan kedamaian yang tidak bisa diganti dengan apapun.     

Hari ini masih panjang dan Dave akan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk mereka berdua.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.