Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

IV 369. Centong Nasi



IV 369. Centong Nasi

0Malam ini, satu keluarga harmonis sedang menikmati kebersamaan mereka di tepi pantai dekat hotel mereka menginap. Dibawah payung besar, mereka berempat duduk melingkari sebuah meja. Berbagai makanan dan minuman penghangat badan, disediakan diatas meja besar.     
0

"Ayah, anginnya kencang sekali disini. Untung kita beli jaket ya tadi pagi." Ratu yang selalu paling bersemangat dalam hal apapun, tawa gembira tidak lepas dari bibirnya. Sementara, kakak kembarnya Raja, malah justru diam dengan tangan kanan menopang pipi kanan dan topi hoodynya dipasang menutupi kepalanya yang kecil.     

"Kalian mau kembali ke kamar saja? Anginnya disini sangat kencang." Darren bertanya pada anak-anaknya.     

"Makanan ini bagaimana? Kita habiskan dulu baru kita ke kamar. Iya kan kak Raja?" Ratu bertanya pada kakaknya yang telah berdamai setelah pertengkaran di meja makan tadi siang.     

"Hmm," Raja hanya membalas dengan deheman. Calista melihat anak lelakinya lesu langsung mendekatinya.     

"Kamu sakit sayang? Kok diam saja?" Calista menggendong Raja yang membuat Raja risih dan malu.     

"Tidak bu, aku baik-baik saja. Turunkan aku! Aku sudah besar, aku malu digendong." Raja berbisik di telinga ibunya. Calista tersenyum dan mengusap punggung sang anak.     

"Ya sudah, kita habiskan makanan setelah itu kembali ke kamar ya. Anak kecil tidak baik diluar kena angin kencang." Ujar Calista dan dibalas dengan anggukan oleh Darren.     

Ratu pun mulai melahap semua hidangan. Si kembar perempuan ini memang nafsu makannya besar sekali namun tubuhnya tetap langsing tidak menggemuk. Setelah puas menyantap makan malam mereka, Darren mengajak anak-anaknya untuk kembali ke kamar. Ayah bermata hijau menggendong anak yang doyan makan, Ratu karena kekenyangan. Ratu bersandar di bahu sang ayah dan langsung pulas sebelum sampai pintu lift. Darren merasa sangat bahagia menjadi ayah dan bisa memperhatikan perkembangan anak-anaknya.     

"Kamu ngantuk juga? Sini ibu gendong ya." Calista menawarkan tubuhnya untuk menggendong Raja sama seperti ayahnya yang sedang menggendong Ratu.     

"Aku tidak banyak makan jadi aku tidak mengantuk." Ucap Raja.     

"Anak pintar. Raja memang anak ayah dan ibu." Calista menggandeng tangan lelaki kecilnya dan berjalan di belakang Darren yang sedang menggendong anak perempuan yang doyan makan.     

Beberapa tamu hotel dan karyawan hotel menatap mereka dengan rasa iri. Satu keluarga yang harmonis dan semakin lengkap dengan kehadiran anak-anak. Lift yang mereka tuju mulai terbuka pintunya dan betapa kagetnya mereka karena didepan mereka ada sepasang suami istri yang mereka kenal baik.     

"Dian? Kamu menginap disini juga?" Calista kaget bercampur senang melihat Dian ada disana.     

"Calista, kalian menginap disini? Wah kebetulan sekali kita satu hotel." Dian pun tidak kalah senangnya. Bertemu dengan Calista di tempat ini seperti nostalgia lagi saat mereka bermain di tepi pantai.     

"Dave, kalau kalian mau ngobrol, bisa ke kamar kami di lantai paling atas. Tapi, aku harus menidurkan Ratu dulu." Dave menunjukkan putri kecilnya yang pulas tidur di atas bahunya.     

"Aku dan istriku mau cari makan dulu. Nanti setelah makan, aku akan menelponumu kembali." Ucap Dave.     

Darren mengacungkan jempolnya tanda setuju.     

Darren dan Calista pun membawa anak-anaknya kembali ke kamar setelah makan malam yang mengenyangkan. Raja pun tampaknya sudah ngantuk namun matanya ditahan hingga membuat Calista tersenyum geli melihatnya.     

Sesampainya didalam kamar, Raja mencuci tangan dan kakinya. Ratu yang sudah pulas terbungkus selimut diatas kasurnya, tampak sangat damai dan nyenyak. Sementara Raja tidak lama kemudian pun langsung terlelap menuju mimpinya sendiri.     

Calista dan Darren keluar dari kamar anak-anaknya dan mereka pun menikmati me time mereka dengan menonton tv di ruang tamu. Sambil menunggu Dave dan Dian selesai makan malam, Calista duduk bersandar dilengan sang suami yang sepertinya kekenyangan juga.     

"Kamu kekenyangan? Sini aku bantu hilangkan." Calista menawarkan bantuan.     

"Menghilangkan? Caranya?"     

"Dulu, waktu masih di Jogja, ibu ku sering mengusapkan centong atau sendok nasi ke perut aku dan adikku kalau kami terlalu banyak makan. Dan anehnya, setelah itu perut kami tidak kembung lagi." Jawab Calista. "Karena disini tidak ada centong, aku pakai tanganku saja ya." Calista pun mulai menaikkan kemeja yang dipakai sang suami.     

Darren pasrah saja menjadi korban percobaan sang istri. Pria itu duduk bersandar santai di sofa yang mereka duduki.     

"Perut kamu kekenyangan seperti ini?" Calista tidak melihat perut suaminya kembung. Yang ada malah perut rata dan kokoh dengan kotak-kotak menandakan pemiliknya menjaga makanan dan tubuhnya sebaik mungkin.     

"Aku tidak bilang kekenyangan. Kamu saja yang sengaja ingin memegang perutku bukan?" Darren menaikkan alisnya, menggoda sang istri yang masih saja malu-malu meski sudah menikah.     

"Apaan sih! Ya sudah kalau tidak kekenyangan. Ngapain juga aku urut?" Calista merapihkan rambutnya dan melipat kedua tangannya didepan dada.     

Darren mengambil tangan sang istri dan mengusapkan ke perutnya. "Aku mau kamu tetap pegang. Tangan kamu sangat hangat dan lembut. Aku bisa ketiduran setelah diusap-usap." Calista tersenyum mendengarnya dan tangannya pun mulai mengusap perut sang suami dengan perlahan dan penuh kelembutan. Benar apa yang dikatakan pria bermata biru. Mata Darren mulai sayup-sayup menyipit dan lama-lama tertidur menikmati perutnya yang diusap-usap seperti anak kecil.     

"Tidur di kamar saja. Nanti aku bilang Dian kalau suaminya tidak perlu datang malam ini." Bisik Calista.     

"Masih sore, baru jam 8. Aku tidur dulu satu jam ya. Bangunkan aku kalau Dave menelpon." Ucap pria dengan rambut hitam legam dengan model belah pinggir seperti anak muda. Calista hanya mengangguk mengiyakan saja. Namun, yang pasti dia tidak akan membangunkan suaminya yang sudah tidur meski Dave menelpon.     

Darren pun melangkah masuk kedalam kamar. Namun baru dua langkah, dia kembali dan menarik tangan Calista untuk menemaninya tidur. Calista terkekeh melihatnya dan merekapun kini sama dengan anak-anak mereka, berada di atas kasur dengan posisi mata terpejam. Namun yang satunya masih melek meskipun dengan mata sayup-sayup.     

-----     

Seorang pria tinggi besar sedang duduk sendirian di gelapnya malam sebuah rumah mewah yang baru hari ini menjadi tempatnya bekerja, sebagai seorang pengawal. Matanya menatap lurus kedepan dan kadang celingukan ke kanan dan ke kiri. Tidak ada yang aneh dengan rumah ini dan semua penghuninya tapi melihat laporan dari Jack kalau istrinya sering menerima terror dari orang tak dikenal, membuatnya lebih awas. Tugasnya hanya sampai menemukan pelaku terror pada dokter bedah itu lalu perjanjian mereka pun segera berakhir.     

"Apa yang kamu sedang pikirkan, Aquaman?" Jack tiba-tiba muncul dari arah belakang kursi Jhonny. Panggilan yang disematkan oleh anaknya, Gendhis, untuk pria bertatto itu sesekali digunakan Jack untuk memanggil pengawal pribadinya itu.     

Jhonny yang irit bicara, hanya tersenyum tipis mendengar pertanyaan Jack, majikan barunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.