Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

IV 367. Udang Goreng Mentega



IV 367. Udang Goreng Mentega

0"Ayo kita makan. Maaf ya jadi lama menunggu." Keluarga kecil harmonis yang terpisah lima tahun lamanya itu pun kini sedang menikmati liburan mendadak yang sangat menyenangkan.     
0

"Hmm enak enak, Ratu suka udang goreng dan cumi gorengnya. Buat Ratu semua ya." Si kecil yang ceriwis itu pun mengambil piring berisi lauk yang dia sebutkan. Kakaknya, Raja tidak mau kalah.     

"Aku juga mau. Kamu jangan makan sendirian. Taruh di tengah!" Hardik Raja. Darren kaget melihat nada suara Raja yang meninggi.     

"Anak usia lima tahun dengan suara yang masih anak-anak ini, ternyata bisa juga galak." Gumam Darren dalam hati.     

"Ratu sayang, taruh ditengah ya makanannya. Nanti kita pesan lagi kalau sudah habis. Tapi kita harus berbagi makanan sekarang." Calista mengusap lembut kepala anak perempuanya yang kadang keras kepala.     

"Tak mau. Nunggu lagi nanti lama. Kakak Raja saja yang nunggu. Aku mau yang ini." Ucap Ratu dengan mimik wajah galaknya. Raja melebarkan bola matanya. Punya saudara kembar malah sering bertengkar.     

"Huft, ya sudah itu buat kamu. Raja, kita pesan lagi ya. Sebentar, ayah ambil lembaran menunya." Darren berjalan menuju ke dekat pintu masuk dimana lembaran menu restoran tertata rapih diatas meja kecil diantara buku dan pulpen.     

"Nah, sekarang kamu mau pesan apa?" Darren memberikan buku menu restoran hotel kepada anaknya yang teraniaya oleh adiknya sendiri ini.     

"Aku mau udang goreng mentega, cumi goreng mentega, kepiting saos tiram, kerang saos padang,..."     

Mata Ratu melebar dan mulutnya menganga, mendengar nama-nama makanan yang akan dipesan Raja.     

"Kok banyak sekali? Aku kan cuma ambil udang dan cumi. Kenapa kakak tambah banyak sekali?" Ratu tidak terima dirinya hanya mendapatkan sedikit makanan dibanding Raja.     

"Terus Ratu mau apa?" Darren dan Calista bertanya hampir bersamaan.     

"Aku mau menu yang sama dengan Raja sebutkan tadi!" Jawab Ratu dengan lantang.     

"Ratu tidak boleh pesan lagi, karena Ratu tidak mau berbagi." Darren berkata dengan nada tegas. Raja meledek Ratu dengan menjulurkan lidahnya. Ratu pun mengelurkan senjata pamungkasnya yaitu menangis histeris.     

"Huaaaa, aku mau makanan yang banyak. Aku mau semuanya. Huaaaaaa ...." Darren dan Calista menghela napas berat. Darren baru merasakan bagaimana susahnya sang istri mengurus dua anak yang beda karakter itu sendirian.     

Setelah perang selama hampir setengah jam pun, akhirnya Raja dan Ratu mendapatkan makanan yang mereka inginkan.     

"Ahhhhh kenyaaaang. Memang makanan restoran itu tiada bandingannya." Ucap Ratu sambil mengusap-usap perutnya.     

"Cih! Anak perempuan tidak tahu malu. Setelah makan harusnya kamu bersikap elegan dan biasa saja. Kalau dirumah orang, malu tahu!" Ucap Raja mengomel.     

"Huh marah-marah terus. Nanti kakak cepat tua!" Balas Ratu.     

"Aku tua ya kamu tua! Kita kan lahir bersamaan. Cih!" Balas Raja kembali.     

"Kakak tua, kakak lebih tua, kakak paling tua!" Ratu berdiri dan berjalan cepat dengan penuh emosi ke kamarnya.     

Raja mengangkat bahu tidak peduli. Pria kecil ini memilih menonton saluran tv yang berisi pengetahuan umum.     

"Setiap hari mereka bertengkar seperti itu?" Darren bertanya pada Calista yang sedang berada didapur.     

Calista membuat kopi untuk suaminya, susu coklat untuk Ratu, dan susu putih untuk Raja. Calista tersenyum manis.     

"Bahkan selera susu mereka berbeda. Yang sama di mereka hanyalah waktu kelahiran. Eh tapi itu juga berselang ya. Berapa selang kelahiran mereka berdua?" Tanya Darren penasaran, sambil bersandar di lemari kabinet.     

"10 menit saja." Jawab Calista enteng.     

"Sebentar ya, aku antarkan susu untuk anak-anak sebelum mereka tidur siang." Darren ditinggal sendiri di dapur sambil meraih cangkir kopi yang disediakan untuknya. Tiba-tiba senyumnya melebar. Darren merencanakan sesuatu.     

"Ratu, ini susunya. Diminum ya sayang. Anak manis sayang kakak Raja kan? Jangan marah-marah terus ya. Jadi anak yang baik dan manis. Kakak Raja kan sayang Ratu." Jawab Calista sambil mengusap pipi anak cantiknya yang sedang menggambar di atas buku gambar ukuran A3 di kamar.     

"Iya ibu. Kakak usil sih. Aku diledekin terus. Kakak tidak sayang sama Ratu." Jawab Ratu dengan bibir ditekuk.     

"Kakak sayang Ratu dengan caranya sendiri. Kalian berdua harus saling menyayangi sampai maut memisahkan." Jawab Calista sambil mengecup dahi anaknya.     

Ibu dan anak itu pun berpelukan penuh rasa haru. Harum aroma minyak telon ditubuh Ratu membuat Calista betah memeluk anaknya lama-lama.     

"Ibu keluar dulu ya. Setelah minum susu, Ratu tidur siang. Menggambarnya lanjut nanti lagi." Ujar Calista sambil berjalan menuju jendela dan menutup tirai yang tebal itu.     

"Iya ibu." Ucap anak manisnya.     

Calista kini keluar memberikan susu putih untuk anak lelakinya yang tampan namun dingin dan galak.     

"Sayang tidur siang yuk. Kita sudah seharian berjalan-jalan. Lihat sudah jam 1. Waktunya tidur siang." Calista menunjuk jam tangan yang ada ditangan kirinya.     

"Iya bu," Raja menenggak habis susu putihnya dan berjalan menuju kamar yang ada Ratu didalamnya.     

Suasana pun hening seketika. Calista mengambil remote dan mulai mencari film Hollywood kesukaannya. Tiba-tiba Darren datang dengan membawa cangkir kopi ditangannya dan duduk disamping istrinya.     

Pria bermata hijau itu memijat pundak sang istri dari samping.     

"Capek?" Darren bertanya.     

"Biasa saja." Jawab Calista     

"Super sekali punya anak kembar dengan beda karakter." Ujar Darren.     

"Begitulah. Tapi mereka adalah pelipur laraku, obat lelahku setelah bekerja. Raja dan Ratu adalah anugerah yang Tuhan anugerahkan untukku." Jawab Calista sambil melepas pijatan tangan Darren di pundaknya.     

"Mereka sudah tidur. Kita tidur juga yuk." Darren menggendong istrinya menuju kamar mereka.     

"Darren, jangan. Disebelah ada anak-anak belum tidur." Calista berkata dengan suara sangat pelan.     

"Kalau begitu, kamu cukup mengecilkan suaramu." Darren menutup pintu kamar dan menguncinya.     

"Pelan-pelan, disini kamarnya tidak kedap suara." Bisik Calista malu-malu.     

"Biarkan aku bekerja, kamu cukup menikmatinya." Darren mengedip satu mata menggoda ke istrinya yang wajahnya sudah merah merona karena sentuhan dan kecupan yang diberikan sang suami tercinta.     

Deburan ombak yang saling memanggil, pasir pantai yang dipenuhi jejak kaki para turis, dan canda tawa semua orang, membuat suasana di dalam kamar sepasang suami istri yang sudah memiliki anak kembar itu, semakin syahdu dan penuh hasrat. Darren dan Calista menikmati suasana bercinta di tempat berbeda dengan penuh tekanan suara tertahan, membuat keduanya bertambah lelah dan semakin intens mencari kenikmatan satu sama lain.     

-----     

"Ini kuncinya tuan Dave dan nyonya Dian. Selamat menikmati hari yang menyenangkan." Seorang resepsionis sebuah hotel ternama di ujung kota Jakarta itu menyapa.     

"Terima kasih." Dian menjawabnya dengan ramah.     

"Akhirnya kita bisa lari dari kenyataan meski hanya semalam." Jawab Dave dengan senyum berseri-seri. Dian menggeleng-geleng tidak mengerti. Padahal dirumah juga sudah tidak ada Devan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.