Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 365. House Touring



III 365. House Touring

0"Kamar yang cukup luas, walaupun tidak lebih luas dari kamarku dirumah. Namun, disini sejak awal masuk, kehangatan keluarga langsung terasa. Tidak seperti dirumahnya yang besar dan luas namun hanya seorang diri dengan beberapa pelayan dan penjaga keamanan. Tidak ada yang berani mengajakku berbicara. Semua tunduk dan takut bila aku lewat." Gumam Jhonny dalam hati.     
0

Jhonny memasukkan satu tas ransel berisi pakaiannya ke dalam lemari tanpa merapihkannya lagi.     

Tok tok tok …     

Jhonny mengerutkan alisnya. Siapa yang berani datang ke kamarku? Kalau bukan …     

"Halo om, lagi apa?" Gendhis datang tanpa sungkan dan takut.     

"Huft, kamu anak perempuan masuk ke kamar orang sembarangan." Jhonny memilih untuk tidak menggubris pertanyaan anak kecil itu. Anak seusia dia yang selalu mau tahu apa yang dikerjakan orang tanpa mengetahui ada bahaya yang mengintai.     

"Ini rumah daddy aku jadi aku bebas keluar masuk kemana saja sesuka hatiku." Jawab Gendhis enteng dan langsung mendapat tatapan serius dari pria yang mirip Aquaman itu.     

"Hai gadis kecil, hentikan kebiasaan anehmu itu suka masuk ke kamar orang lain. Nanti kalau ada yang berbuat jahat padamu, bagaimana? Lebih baik main di tempat bermain." Jawab Jhonny, berharap sudah tidak ada lagi pertanyaan dari gadis cilik yang kecantikannya ini menurun dari mommynya.     

"Huft, om tidak asyik." Gendhis pun berjalan keluar kamar Jhonny dengan membanting pintunya kencang. Jhonny menggeleng-gelengkan kepala. Tingkah anak jaman sekarang luar biasa. Pria bertato itu mulai mengeluarkan ponsel dan laptopnya dan diletakkan diatas meja bundar kecil yang ada didalam kamar.     

Pria bertopeng ini tidak hanya jago berkelahi tapi dia juga jago membobol system pertahanan perusahaan. Rumah mewah, mobil mewah, dan motor mewahnya didapatkan dar transaksi jual beli jasa lewat dunia maya yang dia lakukan pada para pelanggannya yang membutuhka jasanya untuk mencari alamat, orang, dan juga meretas data. Jhonny segera merapihkan peralatannya dan berjalan keluar kamar setelah mengunci kamarnya dengan baik.     

Pria itu mulai melakukan house touring atau berkeliling didalam rumah. Yang pertama dia datangi adalah dapur. Berlanjut ke ruang keluarga, teras, bahkan sampai kolam renang, dan taman bunga. Jhonny tidak perlu memperkenalkan dirinya karena semua orang sudah tahu siapa dirinya. Tapi, dia tidak perlu mengetahui semua orang.     

-----     

Sementara itu di tempat lain, suasana didalam rumah ini mendadak tegang karena ada dua orang yang saling bersikukuh tidak mau mengalah.     

"Pokoknya aku mau latihan karate dengan kakak itu. Dia ilmunya paling tinggi diantara yang lain. Aku tidak mau dengan pengajar lainnya." Raja ngambek dan marah karena guru latihan karatenya di rumah bukan kakak yang dia inginkan. Kakak Rangga yang ada di tempat latihan sebelumnya. Raja dan Ratu kalau mau latihan karate, harus dirumah saja. Tidak boleh keluar rumah. Titah ayahnya membuat Raja tidak bisa berbuat semaunya lagi.     

"Apa enaknya latihan sendiri? Tidak seru dan membosankan." Ucap Raja tegas.     

"Pokoknya kamu dan adik kamu latihan karate dirumah saja. Titik!" Darren meninggalkan tiga orang anggota keluarganya di ruangan keluarga. Calista dan Ratu menjadi penonton sejati sementara dua lelaki dihadapanya sedang berbeda pendapat.     

"Raja, untuk saat ini, ikuti saja kata ayah kamu. Mungkin ayahmu cemburu pada guru karate kalian yang selalu mencari-cari cara agar bisa berduaan saja dengan ibu." Ucap Calista sambil mengusap-usap kepala Raja dan Ratu.     

"Memangnya guru Rangga menyukai ibu?" Ratu bertanya dengan tatapan mencurigakan.     

"Kata orang-orang sih begitu. Tapi entahlah, ibu tidak pernah mendengar dia berkata suka pada ibu." Jawab Calista cengengesan.     

"Oh, jadi kamu berharap kalau dia mengungkapkan isi hatinya padamu? Dengan cara apa? Berjongkok? Berlutut? Atau, seperti ini …"     

"Awwww, turunkan aku Darren!" Darren yang mempraktekan cara berjongkok, berlutut, dan akhirnya menggendong Calista diatas bahunya dan membawanya naik ke kamar mereka di lantai dua.     

"Diamlah! Kamu tidak malu berteriak dihadapan anak-anak?"     

"Kamu yang tidak tahu malu menggendongku seperti ini. Lepaskan aku!" Calista memukul punggug sang suami dengan kencang namun Darren tidak merasakan apa-apa.     

"Anak-anak, ikut tante Hera yuk. Tante punya makanan enak buat kalian." Demi mengalihkan perhatian dua anak kembar itu pada ayah dan ibu mereka, Hera sudah mempersiapkan cemilan enak dan minuman yang nikmat.     

BUGGG!"     

"Aaah, kamu mau apa?" Darren menghempaskan tubuh istrinya keatas kasur.     

"Pikiranmu harus dibersihkan dari pria yang bisa merebut kekuasaan denganku." Jawab Darren sambil menyeringai.     

"Tapi aku tidak melakukan kesalahan apapun. Aku hanya sedang bercanda dengan mereka. Terutama Raja yang sifatnya mirip sekali denganmu. Bahkan warna mata dan senyumnya mirip sekali denganmu." Calista berusaha mencari perhatian dari suaminya agar terbebas dari hukuman pagi ini. ini. Akhir pekan ini mereka tidak kemana-mana karena sudah terlalu sering pergi pas akhir pekan jadi minggu ini mereka berempat ingin dirumah saja.     

"Aku ingin tahu seperti apa wajah guru kalian yang katanya sangat tampan itu. Apakah seperti ini orangnya?" Darren melemparkan sebuah foto tempat dimana olahraga Karate di praktekan.     

"Kamu … kamu dapat darimana foto ini?" Calista takjub luar biasa dengan hasil kerja suaminya yang selalu bisa melakukan apapun yang orang lain tidak bisa lakukan.     

"Mudah sekali, tapi sayang … dia sudah menikah." Ucap Darren dengan senyum kemenangan.     

"APA? Dia sudah menikah? Darimana kamu tahu berita itu? Apa aku boleh meminta buktinya?" Calista membuka telapak tangannya. Berharap suaminya mau berbesar hati menunjukkan kalau Rangga sudah menikah atau belum.     

"Lihat ini." Darren meminjamkan ponselnya agar istrinya bisa melihat apa saja yang dilakukan Rangga dengan keluarganya di kampung saat tidak sedang mengajar.     

"Kasihan sekali." Calista menghela napas berat dan menggeleng-gelengkan kepalanya.     

"Kasihan kenapa?" Darren bertanya lagi.     

"Kasihan temanku yang sudah lama tergila-gila pada pria ini. Dia sampai memutuskan pacarnya demi Rangga." Calista menatap slide foto yang terpapar jelas di hadapannya. Calista mempunyai ide untuk mengirimkan foto-foto yang ada di ponsel Darren ke ponselnya. Dalam satu menit saja, 10 foto sudah terkirim ke ponsel Calista yang berada diatas kasur.     

Calista lupa ada Darren didalam kamar itu. Perempuan itu serius menatap layar ponselnya lalu tiba-tiba dia membuat panggilan.     

"Hai Monika, lagi apa?" Monika? Siapa lagi dia? Darren terkejut melihat istrinya sudah sibuk sendiri dengan dunianya.     

"Ok, kita bertemu satu jam lagi ya ditempat biasa. Tunggu aku disana. Bye." Ibu dua anak itu pun menutup telpon dan mulai berjalan menuju kamar mandi lalu mengganti pakaiannya.     

"Kamu mau kemana?" Darren bertanya penasaran melihat istrinya sibuk sendiri.     

"Aku mau ke kafe bertemu temanku. Aku titip anak-anak ya." Calista mengedipkan satu matanya.     

"APA? Menitipkan anak-anak? Huh, jangan harap sayang." Darren keluar kamar dan berteriak, "Raja Ratu segera siap-siap kita akan keluar rumah hari ini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.