Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 364. Trident of Neptune



III 364. Trident of Neptune

0Belasan pasang mata menatap pada satu objek dengan tatapan berbeda. Ada yang kaget, bingung, heran, takut, risih, namun ada juga yang senang. Objek itu memaksakan diri untuk menunjukkan siapa dirinya sebenarnya sejak awal, daripada nanti malah timbul fitnah dan huru hara yang berujung pada anarki.     
0

Jack, Carol, Gendhis, dan beberapa pelayan didalamm rumah itu, menelan salivanya ketika melihat pria bertato yang ada dihadapannya, memutuskan untuk membuka jaketnya dan menunjukkan tubuhnya yang bertato di dada dan leher juga lengannya dibalik kaos lengan pendeknya. Dan, mungkin masih banyak tato lainnya disekujur tubuhnya.     

"Apa yang kamu lakukan? Kamu ingin menari striptease disini dan menjadi tontonan semua orang?" Jack memijat pelipisnya yang tidak pusing. Carol menyikut pinggang suaminya dari samping. Dokter bedah itu sudah tahu kalau pria ini adalah pemimpin dari orang yang menembak suaminya tanpa sengaja. Kemarin Jack memberitahu bahwa mereka akan kedatangan seorang pria bertato untuk menjadi pengawal pribadi bagi keluarganya mulai hari ini.     

"Hai, selamat datang dirumah kami. Saya Carol, istri dari Jack, ini anak saya Gendhis. Dan, beberapa pelayan dan pengasuh akan kamu kenal mereka satu persatu nanti." Carol menyambut Jhonny dengan ramah dan tanpa takut sedikitpun.     

"Anda tidak takut padaku?" Jhonny heran melihat nyonya rumah ini justru menyapanya ramah, dan dia adalah wanita pertama yang melakukan itu. Semua wanita pasti langsung menatap sinis atau takut-takut pergi tidak ingin berdekatan dengannya.     

"Takut? Huh, aku ini dokter bedah. Aku sudah sering melihat tangan putus, usus terburai keluar, leher hampir putus, dan bahkan kepala yang pecah akibat kecelakaan. Dan, kamu bilang aku takut dengan hanya melihat lukisan diatas tubuh itu? Kamu pasti becanda." Ujar Carol sambil mengedipkan matanya.     

Giliran Jack yang menyikut pinggang istrinya. Terkadang Carol bisa sangat menakutkan meskipun hanya lewat ucapan. Kini mata Jhonny yang menyipit mendengar semua ucapan yang keluar dari mulut perempuan yang berdiri tegak didepannya ini.     

"Om, namanya siapa? Badan om seperti pemain film yang pernah aku lihat di tv. Yang jadi jagoan suka bawa senjata tajam yang panjang dan mirip garpu itu. Namanya apa mom?" Gendhis bertanya pada mommynya yang sudah menahan senyuman sejak tadi.     

"Trisula, Trident of Neptune." Belum sempat Carol menjawab pertanyaan anak gadisnya, Jhonny sudah menyelanya dengan menjawab lebih dahulu. "Orang-orang yang baru pertama melihatku, pasti menganggap aku ini seperti Aquaman." Jawab Jhonny. Carol dan Jack saling menatap dan tertawa terbahak-bahak.     

"Hahahaha, kamu lucu sekali. Jhonny, aku rasa Gendhis akan senang memiliki pengawal seorang Aquaman." Jawab Carol dengan nada renyahnya.     

"Om Aquaman, om sudah punya anak? Aku boleh bermain sama anaknya? Pasti anaknya lucu dan imut seperti aku." Jawab Gendhis dengan centilnya. Jhonny terdiam mendapatkan pertanyaan seperti itu. Jack memberi kode pada Carol untuk membawa anak perempuannya yang ceriwis ke dalam.     

"Gendhis sayang, ikut mommy yuk. Kita lihat dedek Nathan sudah bangun tidur belum ya?" Carol menggenggam tangan anak perempuannya yang serba mau tahu dan ceriwis itu meninggalkan daddynya dan pengawal barunya untuk berbicara berdua di ruang baca.     

"Daaahhh, om Aquaman. Nanti kita main yaa." Gendhis melambaikan tangannya pada pria yang berwajah dingin dan sangar itu.     

"Kini bertambah satu perempuan lagi yang tidak takut padaku," Gumam Jhonny dalam hati.     

"Duduklah," Jack yang masih berjalan dengan menggunakan kruk (tongkat bantu berjalan), menuntun Jhonny untuk menuju ke ruangan baca tempat dia melakukan segala percakapan yang bersifat rahasia. Karena, hanya didalam ruangan inilah terdapat alat peredam suara yang tidak akan terdengar dari luar.     

Jhonny melihat sekeliling ruangan tempat pria yang menawarkan perjanjian saling menguntungkan itu. Banyak buku yang berjejer rapih di sebuah lemari buku yang terbuat dari kayu berwarna coklat tua. Ditengah-tengah ruangan ada meja dan kursi untuk sang tuan rumah. Di dekat tembok ada sofa panjang dan sofa single juga meja persegi panjang untuk menerima tamu. Ruangan yang cukup nyaman dan sangat kental dengan nuansa maskulin. Namun, tiba-tiba matanya terperanjat melihat sebuah benda yang berada di atas meja kerja itu.     

"Kamu pasti heran, kenapa bisa ada sebuah boneka Barbie diatas mejaku ini? Hehe, anak perempuanku yang memaksaku untuk meletakkan boneka ini disini. Dia bilang, Barbie nya juga harus pintar seperti daddy. Perempuan tidak boleh hanya cantik tapi juga harus pintar. Kamu bisa bayangkan? Anak seusia dia bisa berpikiran jauh kedepan seperti itu. Huh, daya berpikirnya yang kritis sepertinya menurun dari mommynya."Jack berkata sambil tersenyum bangga pada anaknya.     

Jhonny hanya mendengarkan tanpa berkata apa-apa.     

"Oya, mulai hari ini kamu bekerja menjadi pengawal keluargaku. Aku memang bukan pejabat atau politikus atau orang kaya raya yang banyak musuhnya. Tapi, istriku … iya. Banyak yang iri padanya dan dia berkali-kali hampir saja mengalami nasib nahas." Jawab Jack. Jhonny mengerutkan alisnya. Wanita seramah dan secantik itu, pasti banyak yang iri padanya.     

"Terakhir kali, ada yang ingin menculiknya saat menjemput Gendhis pulang sekolah. Entahlah, sebenarnya apa motif mereka. Istriku pun tidak merasa punya masalah dengan teman-teman kerjanya juga pasien dan keluarganya. Semua baik-baik saja. Aku masih dalam tahap pemulihan jadi tidak bisa melindunginya setiap saat." Jawab Jack mengakhiri ceritanya.     

"Oh begitu. Jadi, aku akan pulang pergi atau bagaimana?" Jhonny menanyakan status tempat tinggalnya. Andaikan boleh pulang pergipun lebih baik.     

"Tentu saja kamu tinggal bersama kami. Kamarmu sudah disiapkan dilantai satu, sebelah kamar Gendhis. Anakku yang bungsu masih tidur bersama kami dalam satu kamar di lantai dua. Bagaimana menurutmu?" Jack bertanya pada pria yang irit bicara itu.     

"Terserah. Jadi, mulai kapan aku bisa memindahkan pakaianku ke kamar?" Jhonny bertanya lagi.     

"Mulai sekarang kamu sudah bisa pindah dan bertugas. Aku mohon kerjasamana. Dan, tentang pelaporan penembakan atas diriku, pengacaraku sudah mengerjakan bagiannya. Dia akan mencabut tuntutan kembali atas namaku."     

Jhonny mengangguk-angguk senang walau tidak terlihat dari wajahnya yang sangar.     

"Setelah aku memindahkan pakaianku ke kamar, aku minta ijin untuk melihat seluruh ruangan yang ada didalam rumah ini. Termasuk ruangan para pelayan." Ucap Jhonny dengan ucapan datarnya.     

"Silahkan saja. Apa kamu sudah mencurigai sesuatu?" Jack menyipitkan matanya.     

"Biasanya musuh itu berasal dari orang terdekat. Aku belum tahu pasti tapi aku harus mulai memeriksa dari orang terdekat yang ada didalam rumah ini dahulu tentu saja." Ucap Jhonny yang akhirnya bisa mengucapkan kata lebih dari 2 kalimat.     

"Baiklah, lakukan saja apa yang menurutmu baik dan penting. Tapi, apakah kamu juga mencurigaiku sehingga harus memeriksa kamar tidurku?" Jack bertanya dengan nada curiga.     

"Apakah kamarmu sering dimasuki para pelayan?" Jhonny bertanya balik.     

"Tentu saja, mereka …" Jack terdiam tidak bisa berkata apa-apa lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.