Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 363. Seperti Pengantin Baru



III 363. Seperti Pengantin Baru

0Dave menyelimuti tubuh mereka berdua dan memeluk Dian sepanjang malam dalam dekapannya. "You're always mine." Bisik Dave sebelum sama-sama terpejam dan menjemput sang istri dalam mimpi.     
0

Pagi menjelang dan kesibukan pun dimulai. Tapi tidak dengan ibu muda yang semalam baru saja diguncang badai hebat diatas kasur akibat ulah suaminya. Dian membuka matanya perlahan dan dia sudah tidak menemukan suami mesumnya lagi disisinya. Ibu dari Devan itu mencoba bangun dari berbaringnya namun tubuhnya seperti saat baru pertama kali berhubungan, remuk redam di semua bagian tubuhnya hingga ibu satu anak itu tidak bisa bangun dari ranjangnya.     

"Aahhh, Dave. Dasar pria buas! Bagaimana aku akan mandi? Aku tidak mungkin meminta pelayan membantuku ke kamar mandi." Dian mengomel dan kembali merebahkan dirinya karena tidak sanggup untuk bangun. Tangannya seperti tidak bertulang. Kakinya pun lemas sekali tidak bisa digerakkan.     

"Kamu memanggil aku?" Tiba-tiba Dave muncul dari dalam kamar mandi. Oh, Dian baru ingat kalau hari ini adalah akhir pekan dan waktunya untuk mengantarkan Devan menginap dirumah Axel. Tapi, bagaimana dia bisa bangun dengan kondisi tubuh seperti ini?" Pikir Dian.     

"Huhuhu, kamu jahat. Aku tidak bisa bangun. Bagaimana aku bisa mengantarkan Devan ke rumah mommy?" Dian merengut manja karena Dave sudah bertindak sangat agresif semalam. Dave terkekeh melihat wajah istrinya yang marah. Pria itu pun langsung menghampiri sang istri dan menggendongnya ke kamar mandi.     

"Aku pasti bertanggung jawab. Sebelum kita menikah saja, aku sudah bertanggung jawab. Apalagi setelah menikah." Jawab Dave santai, padahal wajah Dian sudah memerah menahan malu. Malu mengingat dirinya direnggut keperawanannya di kantor sang suami. Bukan cuma sekali, tapi berkali-kali. Sampai akhirnya mereka menikah dan melakukannya lebih sering lagi dimanapun kapanpun hingga akhirnya Dian mengandung anak pertama dan keguguran lalu tidak lama kemudian, Dian pun hamil kembali dan sembilan bulan kemudian lahirlah Devan Kingston.     

"Jangan melakukan apapun lagi padaku didalam kamar mandi. Aku ingin benar-benar mandi. Sudah siang dan kita harus segera mengantarkan Devan ke rumah mommy." Jawab Dian malu-malu sambil berkata dengan bersembunyi dibalik leher sang suami. Dave tersenyum melihat wajah istrinya yang memerah menahan malu. Bahkan setelah menikah pun, istrinya ini masih punya rasa malu pada dirinya. Namun, tidak dengan Dave yang urat malunya sudah putus sejak dia dilahirkan.     

"Bantu aku ambilkan kursi saja. Aku akan mandi air pancuran biar cepat." Dian memohon untuk diambilkan kursi kecil yang selalu tersedia didalam kamar mandi. Dave menurunkan Dian didekat wastafel agar istrinya bisa berdiri sejenak. Pria itu lalu mengambil kursi yang terletak disamping bathtub dan meletakkannya dibawah pancuran air. Dave mengatur kondisi air dalam suhu hangat baru dia menghampiri istrinya kembali dan mengangkat sang istri menuju kursi yang sudah disiapkan.     

"Aku seperti orang lumpuh yang tidak bisa melakukan apapun. Tapi beneran aku tidak bohong, selangkanganku perih kalau berjalan. Kamu terlalu bersemangat semalam." Dian berkata dengan wajah menunduk malu. Dave lagi-lagi terkekeh mendengar omelan sang istri.     

"Mau aku bantu mandi?" Dave mengambilkan shampoo dan sabun dan diletakkan dilantai agar mudah dijangkau istrinya yang tidak bisa berdiri.     

"Tidak usah, kamu keluar saja. Terima kasih ya, ayah Devan." Dian terkadang membuat gurauan dengan memanggil suaminya ayah Devan.     

"Lalu kalau sudah selesai bagaimana kamu keluar? Sudahlah aku bantu saja biar cepat, okay? Kamu jangan coba memancing-mancing aku."     

"Sepertinya ada yang salah dengan susunan kalimatmu. Aku memancingmu? Tidak dipancing saja sudah terpancing, huh." Dian mengerutkan bibirnya mencoba protes.     

"Iya, iya, terserah kamu. Sekarang aku bantu mandikan." Dian yang sudah membuka selimut yang membungkus tubuhnya dan menggantinya dengan handuk, saat sedang berdiri dekat wastafel tadi, membuka lilitan handuk yang menutupi tubuhnya. Tampaklah banyak jejak merah yang ditinggalkan Dave ditubuh mulusnya. Di punggung, dada, perut, lengan, bahkan leher, dan paha bagian dalamnya tidak lepas dari jejak kepemilikan yang dibuat sang suami semalam.     

Dave pun mulai mengguyur kepala sang istri dengan pancuran air hangat. Sekujur tubuh Dian mulai basah. Jari panjang dan lentiknya mulai menekan pompa shampoo dan perempuan itu pun mulai mencuci rambutnya. Lalu Dian mulai menekan pompa botol sabun gel dan dia pun mulai menggosok seluruh tubuhnya dengan sabun. Setiap gerakan yang dilakukan Dian, membuat Dave menggigit jarinya. Pria itu hanya bisa menyaksikan dari belakang semua keindahan yang ada pada tubuh istrinya.     

Setelah semua ritual selesai, Dian pun mulai membasahi tubuhnya dengan air mengalir dari gagang kran shower.     

"Dave, bantu aku menggosok punggungku, bolehkah?" Dian merasa kesulitan menggosok punggungnya yang sepertinya masih lengket.     

"Kamu mulai menggodaku?" Dave akhirnya memiliki kesempatan untuk menyentuh tubuh yang sudah didambanyanya sejak tadi.     

"Please," Dian berkata sambil memelas.     

"Baiklah," Dave pun akhirnya maju dari posisi bersandar di wastafel.     

Suami bucin itu pun menggosok punggung sang istri dengan tangannya yang lebar dan hangat. Dian merasakan kedamaian dan kehangatan yang selalu dihantarkan dari tangan besar dan lebarnya. Saking menikmati sentuhan tangan lebar itu menggosok punggungnya, tanpa disadari tangan sang suami bergeser dan pindah ke perutnya dan perlahan mulai merayap ke atas. Dian menggigit bibirnya menahan jangan sampai dia mendesah atau akan ada badai kedua kembali hadir di kamar mandi.     

Tangan Dave yang mulai nakal, memainkan kuncup buah dada sang istri dan meremasnya dengan lembut. Tubuh Dian kembali bergetar menahan geli yang teramat sangat.     

"Kamu suka?" Suara Dave yang berbisik di telinganya, membuat Dian akhirnya kelolosan juga desahannya .     

"Euhhhh," Wanita cantik dengan satu anak itu benar-benar salah meminta tolong suaminya untuk menggosok punggungnya.     

Tiba-tiba Dave datang dari arah belakang melumat bibir sang istri dari samping sambil meremas dada sang istri.     

"Hummpphh," Kedua tangan Dian yang masih basah terkena air, direntangkan kebelakang kepalanya dan memeluk kepala sang suami dengan mesranya.     

Merasa mendapatkan lampu hijau, Dave tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Akhirnya, badai kedua terjadi kembali di dalam kamar mandi meski waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi dan anaknya sudah siap duduk manis di meja makan.     

"Bibi, daddy dan mommy kemana sih? Kok belum turun juga? Apa mereka masih tidur? Devan mau ke kamar mommy saja kalau begitu." Pria kecil itu pun segera turun dari kursinya namun seegra mendapat teriakan dari dua orang pelayan disampingnya.     

"Jangaaan tuan muda. Tuan muda tunggu saja disini yaa. Mu-mungkin daddy dan mommy tuan muda sedang berganti pakaian. Tuan muda makan duluan saja yuk. Biar nanti langsung berangkat ke rumah nenek begitu mommy dan daddy turun." Pelayan yang sudah berusia paruh baya itu mencoba membujuk Devan dengan diiringi helaan napas pasrah.     

"Huft, tuan dan nyonya benar-benar seperti pengantin baru saja." Gumamnya dalam hati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.