Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 355. Tattoo Burung Elang



III 355. Tattoo Burung Elang

0Darren tersenyum lebar mendengar anaknya membuat hipotesis seperti itu.     
0

(Hipotesis atau anggapan dasar adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Dugaan jawaban tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian.) Wikipedia     

"Raja, kamu itu kebanyakan nontn kartun detektif dan baca komik berbau misteri. Jadi daya khayalmu sangat tinggi. Tapi, hipotesismu benar juga. Coba kamu lihat disana, dua orang pria itu keluar dari pintu lift hanya berdua saja dan tiba-tiba dan om Jack baru keluar dari parkiran hendak menuju pintu lift yang akan membawanya ke lantai dua. Kamu lihat, om Jack sudah melihat dua orang didepannya membawa senjata api dibalik jaketnya. Tiba-tiba ada orang keluar dari persembunyian yang ingin masuk kedalam lift yang suda terbuka pintunya dengan bersembunyi dibalik tubuh om Jack dan dua orang yang tadi keluar dari lift melihat dan kembali lagi untuk menembak pria yang sembunyi tapi pria itu menjadikan om Jack sebagai tameng hingga menembak perutnya." Darren menahan napas ketika melihat temannya terkapar tanpa ada yang menolongnya.     

Dua orang yang salah satunya menembak mengenakan kacamata hitam dan pakaian serba hitam. Sementara pria yang menjadi target penembakan juga sama menyembunyikan wajahnya dibalik topi baseball dan kacamata hitamnya.     

"Tunggu ayah, coba di perbesar dua orang itu." Ucapan Raja yang tiba-tiba mengagetkan Darren itu membuat ayah dari anak yang berpikran kritis ini pun langsung menuruti permintaan anaknya. Darren memperbesar ukuran foto yang diminta Raja.     

"Bisa diputar 360 derajat kah? Aku melihat ada sesuatu di leher bagian belakangnya." Ucap Raja sambil mengerutkan bibirnya. Darren mengernyitkan alis melihat kecermatan mata bocah ini.     

Darren pun memutar gambar di bagian pria yang menembakkan pelurunya ke Jack.     

"Stop! Ayah lihatlah, di bagian tengkuknya ada tattoo burung elang. Dan di pria sebelahnya ada tattoo burung elang juga tapi di pergelangan tangannya yang terlihat jelas karena dia menggulung jaketnya." Raja berkata pada ayahnya yang tidak berkedip melihat kepintaran dan kecermatan Raja.     

Darren menggendong anaknya dan membawanya ke atas pangkuannya, "Raja, kamu masih berusia lima tahun. Tapi kamu sudah bisa merangkai kesimpulan setiap kejadian. Oya, kamu belum menjawab pertanyaan ayah. Kamu kesini sama siapa?" Darren bertanya kembali pada anaknya yang langsung melompat turun karena tidak suka dipangku seperti adiknya, Ratu.     

"Sama om Dave. Devan datang tadi pagi-pagi sama om Dave dan tante Dian kerumah. Om dave bilang mau ke tempat kerja om Jack jadi aku ikut saja kesini." Raja berkata sambil membetulkan kemeja dan celana panjang jeansnya yang nyaris kusut karena di pangku ayahnya meski cuma beberapa menit.     

"Lalu sekarang dimana om Dave?" Darren tidak melihat Dave sejak tadi.     

"Om Dave tadi mengantarkan aku sampai pintu lalu om bilang mau ke parkiran di basemen." Jawab Raja lagi.     

"Ohh," Darren pun memutuskan untuk menelpon Dave agar lebih cepat menemukan jawaban dibandingkan bertanya pada bocah pintar ini.     

"Dave,"     

"Darren,"     

"Kamu dimana? Masih di parkiran?" Darren bertanya lagi sambil bangun dari kursi dan membiarkan anaknya yang berusia lima tahun untuk duduk.     

"Iya, namun sayangnya banyak yang digaris kuning polisi jadi tidak bisa menyeberang untuk mengecek sendiri." Ucap Dave.     

"Naiklah ke ruangan Jack. Anakku mendapatkan sesuatu yang baru." Darren menatap anaknya yang sedang serius melihat layar pantauan kamera CCTV tersebut.     

Tok tok tok …     

Tidak berapa lama, terdengarlah ketukan dari balik pintu dan Dave pun masuk dengan tangan kosong.     

"Apa yang kamu temukan?" Dave langsung bertanya pada Darren yang sudah kembali duduk di kursi milik Jack.     

"Katakan pada om Dave, apa yang kamu temukan." Darren berkata pada anaknya untuk menjelaskan sendiri temuannya.     

Dave terperanjat kagum luar biasa mendengar penuturan Raja yang sangat teratur dan rapih.     

"Kamu benar-benar anak jenius. Orangtuamu pasti bangga punya anak cerdas seperti kamu." Dave mengusap kepala Raja dan langsung mengajak Darren untuk menjauh dan berbicara empat mata.     

"Aku akan mengerahkan anak buahku untuk mencari genk yang memakai tattoo burung elang. Kalau sudah ada beritanya, aku akan beritahu kamu. Serahkan semuanya pada polisi untuk mereka selidiki juga." Ujar Dave.     

"Tentu saja, tugas kita hanya menemani Jack dan keluarganya. Jack hanya menjadi korban salah sasaran. Orang yang sebenarnya lah yang harus dicari." Ujar Darren.     

Kedua pria itu pun merencanakan apa saja yang harus dilakukan dan mereka berencana untuk langsung menuju rumah sakit untuk menjenguk Jack kembali. Namun, sayangnya anak kecil tidak diijinkan masuk. Jadi nanti Raja akan menunggu di ruang tunggu pasien bersama ibunya dan adiknya yang dan juga istri Dave yang sudah meluncur menuju kerumah sakit untuk memberi dukungan pada Carol.     

-----     

Sementara itu didalam kamar inap, tampak Jack sudah siuman namun belum bisa duduk. Jahitan di perutnya masih belum mengering sempurna.     

"Anak-anak sama siapa?" Yang pertama kali diingat Jack adalah kedua anaknya karena dia melihat kehadiran istrinya di sisinya.     

"Tadi aku datang, mami papi bergantian pulang untuk ijin menjaga Gendhis dan Nathan. Maafkan aku tidak bisa menemanimu semalaman." Carol mengangkat tangan suaminya dan mengusapkannya ke pipinya.     

"Fokus pada anak-anak saja. Aku sudah besar bisa berteriak ke suster untuk minta tolong." Ujar Jack sambil tersenyum lemah.     

"Cih! Sudah tahu terluka nyaris mati, masih saja becanda." Ucap Carol gemas.     

"Hush! Aku masih belum mau mati. Aku masih ingin punya banyak anak dan menciptakan keturunan Smith sebanyak-banyaknya." Ujar Jack.     

"Terserah kamu saja. Oya, kamu belum bisa makan dulu ya. Minum air putih boleh tapi dikit saja." Carol mengambil cangkir berisi sedotan dan air putih, melihat bibir suaminya kering.     

Setelah minum seteguk, tiba-tiba pintu depan diketuk dan nampaklah temannya, Lewis, datang bersama istrinya. Jack tersenyum dari jauh. Likha langsung menghampiri Carol dan memeluknya sebagai tanda dukungan sesama istri dari suaminya yang berteman baik semenjak kecil.     

"Dokter, anda baik-baik saja? Apa dokter tidak pulang semalaman?" Likha, wanita yang sangat manis dan anggun dengan jilbab dan gamis simplenya namun tetap elegan, berkata pada wanita yang sangat ramah dan pintar tersebut.     

"Jangan panggil aku dokter kalau aku sedang tidak bertugas." Jawab Carol kembali dengan ramah.     

"Apa kabarnya, jagoan? Bagaimana rasanya ditembak di perut? Kamu tenang saja, mereka pasti mendapatkan balasannya segera." Ujar Lewis penuh meyakinkan.     

Mereka ber empat pun terlibat percakapan yang santai dan suasana renyah meski harus dilakukan dengan suara pelan karena Jack masih belum bisa berbicara lama mengingat kondisi perutnya yang baru saja mengalami pembedahan besar dengan bius total.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.