Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 356. Lingkaran Pertemanan



III 356. Lingkaran Pertemanan

0Mereka ber empat pun terlibat percakapan yang santai dan suasana renyah meski harus dilakukan dengan suara pelan karena Jack masih belum bisa berbicara lama mengingat kondisi perutnya yang baru saja mengalami pembedahan besar dengan bius total.     
0

Setengah jam kemudian, datang lagi rombongan pembesuk selanjutnya yan terdiri dari Darren dan istri juga Dave dan istri. Kedatangan mereka sungguh merupakan imun booster untuk Jack dan Carol. Saat-saat seperti ini mereka butuh dukungan dari semua orang, termasuk keluarga dan teman. Ketika para suami dan para istri membentuk lingkaran masing-masing, maka sudah dipastikan apa yang dibicarakan adalah beda tema.     

Lingkaran para bapak-bapak itu membicarakan kemungkinan pelaku dan korban yang sebenarnya menjadi tujuan. Sementara lingkaran para ibu-ibu adalah tentang anak dan musibah yang menimpa suami Carol.     

"Likha, kamu akan ke Italy berapa lama? Apa akan menginap selamanya disana?" Carol bertanya pada perempuan yang tampil beda sendiri dengan jilbab dan gamisnya namun selalu ramah dan supel kepada siapa saja.     

"Tidak, kami tidak akan lama disana. Mungkin satu atau dua bulan. Lewis ingin memperkenalkan anak-anak pada keluarga besar disana. Sekaligus keliling Eropa mumpung disana. Dokter, maafkan aku tidak bisa menemani saat-saat seperti ini. Doa kami selalu bersama kalian sekeluarga." Ucap Likha dengan wajah merasa bersalah.     

"Semua sudah takdir. Semua sudah ada jalannya. Kita tidak tahu akan seperti apa kedepannya." Ucap Calista menimpali.     

"Betul sekali. Yang kami butuhkan adalah doa agar Jack bisa segera pulang dan kembali beraktivitas seperti semula.     

Setelah satu jam akhirnya para pria memutuskan untuk menyudahi acara kunjungan hari ini. Mereka berjanji akan datang sesering mungkin untuk menemani Jack dan keluarganya. Lewis dan Likha pun sekaligus berpamitan karena besok pagi mereka harus sudah check in di bandara.     

"Lewis,hati-hati dijalan ya, kamu juga Likha ya. Kalian pulang kembali ke Indonesia, jangan lama-lama di sana. Lebih enak disini, benar begitu sayang?" Jack berkata pada Carol.     

"Hehe iya iya, terima kasih kalian mau datang memberi support pada kami." Ujar Carol sambil menggenggam lembut tangan sang suami.     

Lewis menggandeng mesra pinggang sang istri dan tertawa kecil pada semuanya, begitu juga Likha. Suasana didalam kamar rawat inap itu menjadi hidup dan semuanya menebarkan aura positif dan bahagia satu sama lainnya.     

"Sayang, kamu tidak apa-apa meninggalkan Nathan dirumah? Dia tidak mencari ASI ibunya kah?" Jack bertanya dengan lemah.     

"Aku sudah menyiapkan ASIP di freezer. Mbany tahu cara menghangatkan dan aku juga sudah minta tolong mommy untuk bantu mengawasi." Ucap Carol.     

Jack menghela napasnya sambil tersenyum, "Maafkan aku, jadi merepotkanmu." Ucap Jack merasa tidak enak.     

"Aku …" Carol merintih merasakan dadanya bengkak karena sudah jadwalnya mengeluarkan ASI.     

"Kamu ke kamar mandi saja dulu. Pasti sakit sekali." Jack berkata dengan lembut.     

"Baiklah, kamu tunggu disini yaa. Jangan kemana-mana." Ucap Carol sambil tersenyum menahan perih dengan menggigit bibirnya.     

"Huh, kalau aku mau, aku bisa membantu membuat dadamu nyaman." Ujar Jack dengan mengedip nakal. Carol menggeleng-gelengkan kepalanya keheranan dengan sifat usil sang suami yang tidak berubah.     

-----     

Sementara itu ditempat lain, empat orang pria sedang mendapatkan hukuman dari bos mereka didalam sebuah gedung kosong karena lalai menjalankan tugas dan malah menimbulkan kerusuhan dengan salah tembak.     

Ke empatnya mendapatkan siksaan berkali-kali. Wajah mereka lebam dan darah keluar dari bibir dan hidung mereka. Tubuh mereka pun terkapar diatas lantai sambil memegang dada mereka yang telah menerima tendangan kuat dari sepatu berat ala tentara.     

"Kalian masih hidup saja harusnya kalian beruntung. Jangan sampai identitas kita sebagai Golden Eagle diketahui polisi dan musuh-musuh. Sungguh payah sekali aku mendapatkan anak buah seperti kalian." Ucap sang pemimpin yang duduk diatas kursi kayu yang sudah disediakan anak buah lainnya.     

"Maafkan kami bos, kami tidak menduga kalau dia bersembunyi dibalik tubuh pria itu. Uhuk uhuk …" Jawab salah seorang dari berempat yang terluka parah setelah disiksa.     

"Dan, kamu tahu siapa pria itu? Dia adalah pemilik klab The Crown yang jaringan pertemanannya lebih luas dari pejabat negeri ini. Kalau identitas kita ketahuan, tamatlah nasib kalian." Ucap pria dengan wajah sangar dan rahang tegas itu. Tato elang yang ditorehkan di tengkuk dan dadanya sebagai bukti kalau dia lah pemimpin dari komplotan ini. Salah satu kelompok yang paling ditakuti karena selalu bertindak anarki dan tanpa memandang bulu menghajar habis semua musuh dan siapa saja yang menentang mereka.     

Jhonny, nama pemimpin mereka adalah seorang pria dengan tubuh tinggi besar seperti raksasa yang dengan wajah sangar dan bengisnya. Siapapun pasti takut melihatnya. Tidak ada yang berani membantah pemimpin mereka jika sedang memberikan perintah. Pria berusia 30 tahun ini sejak kecil terbiasa hidup keras dan tidak pernah mengenyam pendidikan resmi di sekolah, kecuali pendidikan langsung di jalanan.     

Dengan gerakan ciri khas memutar lehernya, Jhonny mampu membuat siapa saja takut dan bertekuk lutut bila melihat kehadirannya.     

"Kalian enyah dari hadapanku selama kasus ini masih ditangani polisi. Kalian jangan muncul kemana-mana dulu atau aku yang akan langsung mematahkan leher kalian dengan tanganku sendiri. Kalian paham?" Jhonny berkata dengan suara menggelegar. Semua anak buahnya ketakutan dan beringsut memundurkan diri.     

"BUBAR!" Jhonny pun pergi keluar dari gudang bekas tersebut menuju mobil jeep yang sudah menunggunya. Suasana malam hari di pinggiran kota yang jauh dari keramaian dan rumah penduduk ini, menjadi markas yang sangat baik dan cocok untuk gerombolan Golden Eagle yang dipimpin Jhonny. Pria tinggi besar ini pun bertekad menuju sebuah rumah sakit untuk melihat sendiri dari jauh keadaan korban yang diakibatkan ulah ceroboh anak buahnya.     

Namun,Jhonny tidak mungkin masuk kedalam rumah sakit dengan penampilan yang terlihat jelas premannya itu. Kaos tanpa lengan, tangan penuh tattoo, rambut yang gondrong, dan segaal atribut aksesoris menghiasi leher, jari, dan telinganya. Jhonny pun memutuskan untuk menuju sebuah tempat penjualan pakaian yang ada di dekat rumah sakit tersebut.     

"Malam bos," Seorang karyawan toko takut-takut mengetahui yang datang adalah bos preman paling terkenal di daerah ini.     

"Mana manager kalian? Panggil kemari!" Jhonny duduk diatas sofa khusus tamu toko. Tidak berapa lama datanglah pria yang menyambut Jhonny dengan langkah panjang dan tegapnya. Dia seperti sudah biasa menemui preman seperti ini jadi sudah tidak takut lagi.     

"Kak, ada perlu apa kemari?" Pria itu menatap sinis Jhonny.     

"Cih! Kak? Adik macam apa yang menyambut kakaknya dengan wajah seperti itu?" Jhonny memutar kembali leher yang dirasa pegal.     

"Apa yang ingin kakak lakukan disini? Kakak sudah menakuti karyawan disini. Aku sedang bekerja disini jadi tolong hargai aku." Jawab pria manager tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.