Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 354. Hipotesis



III 354. Hipotesis

0"Jack pasti sembuh lebih cepat. Daya tahan tubuhnya sangat kuat. Dia pernah mengalami kecelakaan dan kini menjadi korban tembak. Aku bersumpah, pria yang menembakkan senjatanya akan mengalami nasib yang sama." Darren mengeraskan rahangnya.     
0

"Dia memiliki kita sebagai teman-temannya. Aku akan membantumu sampai sebelum keberangkatanku ke Italy." Lewis berdiri dan berjalan keluar ruangan.     

Darren berjalan menuju ke ranjang tempat Jack berbaring. Tidak tampak luka dan memar dari wajah dan tubuhnya, hanya saja ada perban tempat dimana tubuhnya tertembak. Pria yang selalu ramah dan murah senyum itu, kini terbaring tidak berdaya dengan wajah pucat.     

"Darren, baru saja ada polisi yang datang namun aku bilang korban belum sadarkan diri jadi mereka pergi lagi. Klab Jack sekarang ditutup sementara untuk penyelidikan." Lewis masuk dan berkata sambil berbisik di telinga pria bermata hijau. Karena dilihatnya ke dua orangtua Jack sedang tertidur kelelahan sambil duduk.     

"Pelaku penembakan itu secepatnya harus ditemukan. Kalau belum ditemukan juga sebelum kamu berangkat, ada aku dan Dave yang mengurusnya." Ujar Darren.     

"Ya, maafkan aku tidak bisa menunda keberangkatan karena semua sudah terjadwal." Ucap Lewis dengan sangat menyesal.     

"Santai saja. Jack pasti mengerti. Sekarang pulanglah, aku juga akan pulang sebentar lagi setelah anak buahku datang." Darren menepuk lengan Lewis.     

"Okay, besok pagi aku kesini lagi." Darren mengangguk lemah karena pria ini juga di serang kantuk luar biasa.     

Lewis pun pulang meninggalkan kamar inap Jack tanpa membangunkan kedua orangtua Jack yang sedang tertidur. Darren masih menunggu di dalam kamar dan setelah setengah jam kemudian maka datanglah anak buah Darren yang menunggu diluar. Kebetulan mommy Jack terbangun jadi Darren sekalian berpamitann untuk pulang.     

"Terima kasih atas bantuan kalian. Kami senang Jack punya banyak teman yang sayang padanya. Pulanglah, kamu pasti sudah sangat lelah."     

"Saya pulang dulu tante, besok kami datang lagi." Ujar Darren dan pria itu pun keluar kamar Jack setelah berpamitan dan melihat Jack sekilas sebelum menuju mobil yang telah menunggu supirnya.     

-----     

"Kamu belum tidur?" Darren melihat istrinya yang belum tidur di kamar menunggu kedatangannya.     

"Bagaimana Jack? Apa dia sudah bangun?"     

"Belum. Mungkin besok pagi. Operasinya juga baru selesai dini hari." Jawab Darren sambil melepas pakaiannya dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dari keringat.     

Hanya 10 menit pria itu mandi dan sudah disambul Calista diatas kasur.     

"Kemarilah. Kamu pasti capek sekali." Darren menghampiri Calista dan merebahkan dirinya diatas kasur begitu saja dengan posisi tengkurap. Calista pun memijat leher dan tangan juga punggung pria yang otot kerasnya langsung membuat jari jemari Calista yang lembut dan lentik mendadak mengeras.     

"Kasihan sekali Jack. Mana istrinya baru lahiran. Carol pasti ingin menunggu suaminya tapi karena ada bayi jadi dia terpaksa harus memilih bayinya." Ujar Calista sambil terus memijat tubuh kekar sang suami.     

"Hmm …" Darren hanya menyahut dengan deheman. Calista tersenyum dan memakluminya. Ibu dua anak itu pun membetulkan letak posisi suaminya tidur. Kaki Darren diangkat sepenuhnya ke atas kasur yang semula menggantung. Kepala sang suami di angkat untuk diberikan bantal tepat dibawah kepananya. Tubuh tinggi menjulang pria itu pun diselimuti. Darren tampak menikmati cara istrinya memanjakannya.     

Setelah semua pada posisinya, Calista mematikan lampu dan dia pun ingin tidur sejenak meski jam sudah menunjukkan pukul setengah 4 subuh.     

-----     

Carol datang pagi-pagi sekali setelah menyiapkan ASIP dan menitipkan Gendhis dan Nathan pada baby sitternya sejenak dirumah. Carol ingin saat suaminya membuka mata, dialah yang pertama kali dilihat.     

"Sayang, kamu datang pagi-pagi sekali. Jack sudah lewat masa kritisnya jadi kamu tenang saja." Leona berkata pada Carol yang tampak mengkhawatirkan sang suami.     

"Iya mi, terima kasih mami mau menjaga daddynya anak-anak. Maafkan aku tidak bisa menunggu Jack semalaman." Carol mengusap-ngusap tangan telanjang Jack yang biasa tertutup kemeja kerjanya.     

"Kamu ini bicara apa? Jack anak kami dan kamu juga baru saja melahirkan. Bayi kalian pasti lebih memerlukan mommynya." Ujar Leona dengan lembut.     

Sementara itu di klab malam milik Jack, garis polisi kuning sudah mengurung sebagian parkiran karena menjadi TKP yang harus dilindungi. Seorang pria yang bukan polisi menuju ruangan Jack bekerja. Disanalah ada CCTV yang merekam semuanya.     

"Tuan Darren." Seorang petugas keamanan yang menjaga ruangan kerja Jack selama ditinggalkan bosnya, memberi hormat kepada Darren yang juga salah satu pemilik saham dari klab malam The Crown. Pria yang sudah memiliki dua anak itu hanya tidur dua jam lalu bergegas menuju klab dimana semalam terjadi penembakan.     

Darren menghampiri komputer dengan layar besar yang ada di meja sebelah kiri Jack. Dari sanalah kamera CCTV yang dipasang sekitar klab bisa terlihat. Jack membuka komputer itu dan mulai mengaktifkannya. Pria itu menyetel waktu sekitar pukul 11 malam menurut Dave saat dirinya mendengar suara tembakan.     

Darren duduk di kursi yang biasa diduduki Jack dan fokus melihat ke komputer CCTV ketika sebuah suara mengagetkannya hingga hampir jatuh dari kursi.     

"Sudah ketemu pelakunya?"     

"Whoaaaa …" Darren reflek loncat dari kursi. "Apa yang kamu lakukan disini, Raja? Sama siapa kamu kesini? Bukankah seharusnya kamu sekolah?" Darren berkata dengan suara setengah berteriak.     

"Ayah berisik sekali. Itu kameranya bergerak terus." Raja menunjuk layar PC yang ada didepannya.     

"Ishh, ini anak. Kita harus bicara nanti." Darren memutuskan untuk melihat kembali PC tersebut agar cepat terungkap siapa pelakunya.     

"Memangnya polisi belum meminta rekaman CCTV semalam?" Raja bertanya.     

Darren merasa kalau anak lelakinya ini menyukai hal-hal yang berbau misteri dan tantangan. Darren pun mencoba mengasah minat anaknya yang dingin dan pendiam ini.     

"Menurut kamu, pelakunya ada berapa?" Darren bertanya.     

Raja mendekati layar PC dan memegang dagunya seperti orang dewasa sedang berpikir, "Sepertinya lebih dari 3 orang." Ujar Raja. Darren melebarkan matanya.     

"Darimana kamu tahu?" Ayah si anak jenius itu mengernyitkan alisnya.     

"Kejadiannya di tengah malam. Mereka sedang mengincar lawan mereka di keramaian orang-orang yang sedang berjoget. Pasti ada satu orang yang khusus mengendarai mobil, satu orang berjaga-jaga di pintu luar mengawasi situasi, dan dua orang lainnya masuk kedalam klab untuk mencari target mereka. Kalau dilihat dari mobil yang melarikan diri adalah sedan, kapasitas sedan hanya muat maksimal 5 orang, maka mereka sudah memperkirakan target akan duduk ditengah-tengah di kursi penumpang belakang." Jawab Raja dengan wajah seriusnya.     

Darren tersenyum lebar mendengar anaknya membuat hipotesis seperti itu.     

(Hipotesis atau anggapan dasar adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Dugaan jawaban tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian.) Wikipedia     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.