Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 353. Salah Tembak



III 353. Salah Tembak

0Dian membuka pintu mobilnya dan hendak masuk kedalam, ketika terdengar suara tembakan dari tempat parkir sebelah ujung mobil mereka berada. Dave yang hendak masuk kedalam mobilnya tiba-tiba berniat ingin melihat namun ditarik Dian masuk kedalam mobil dan menutup pintu mobil tanpa menghidupkan mesin mobilnya.     
0

"Apa yang ingin kamu lakukan? Kamu gila kalau harus melihat itu." Dian berkata pada Dave yang rasa penasarannya hampir membunuh mereka.     

"Sayangku, aku bukan pria lemah yang berlindung dibalik ketiak istri. Sudahlah, kamu tunggu saja disini." Dave hendak keluar membuka pintu ketika Dian kembali menarik tangannya.     

"Kalau kamu keluar, aku bersumpah akan segera mencari ayah baru untuk Devan." Dian mengancam suaminya yang benar-benar nekat akan melihat siapa yang menembak dan tertembak. Dave menghela napasnya dan akhirnya duduk kembali di kursi pengemudi dengan senyum menyeringai.     

Dian dan Dave pun menundukkan wajah mereka dan mereka melihat ada beberapa pria yang membawa senjata api dan berlari ke satu arah. Sepertinya mereka sedang mengejar seseorang atau lebih. Pria yang mereka kejar pun tampaknya belum ditemukan. Setelah beberapa saat dan tidak terlihat lagi kesibukan orang-orang yang berkejaran, Dave menghidupkan mesin mobil dan mulai meninggalkan area klab malam milik Jack.     

Mobil mereka menembus gelapnya malam dengan tidak ada suara percakapan sama sekali didalam mobil. Dave dan Dian bergumul dengan pikirannya masing-masing mengenai penembakan yang terjadi di tempat klab malam tersebut. Dave ingin menelpon Jack tapi pria yang baru saja mendapatkan anak keduanya itu pasti sekarang sudah beristirahat. Jadi dia memutuskan untuk memberitahunya besok.     

-----     

Seorang dokter berjalan tertatih-tatih menuju sebuah kamar operasi rumah sakit ketika mendengar suaminya menjadi korban salah sasaran tembak dari dua kubu yang sedang mengejar musuhnya yang diketahui bersembunyi didalam klab malam terkenal di Jakarta itu.     

"Dokter tenang saja, suami dokter sedang ditangani oleh dokter lainnya yang bertugas." Seorang perawat mencoba menenangkan istri dari pasien yang sedang diusahakan diambil timah panas yang bersarang di perutnya. Leona memeluk Carol yang menangis tersedu-sedu.     

Jack ijin sejenak ingin ke klabnya karena ada urusan mendesak yang berhubungan dengan pekerjaannya. Ketika Carol yang sedang menyusui anaknya mendapati kabar kalau suaminya terluka. Semua teman-temannya pun berdatangan menunggu di luar kamar operasi. Carol mendapatkan pelukan hangat dari Calista dan Likha. Sedangkan Lewis dan Darren sibuk mengecek apa yang terjadi di lokasi dengan anak buah mereka yang langsung tersebar di lapangan.     

"Yang sabar ya Carol. Jack pasti baik-baik saja. Mereka yang menembak pasti akan ketahuan jejaknya dan akan segera ditangkap." Jawab Likha mencoba menenangkan.     

"Iya terima kasih," Mata Carol yang sembab dengan air mata yang terus-terusan tumpah sejak dari rumah sampai rumah sakit, membuat wajahnya pucat.     

"Kamu sedang menyusui, jangan stress sayang." Calista memeluk tubuh salah satu sahabatnya itu.     

"Kami tahu siapa mereka. Aku sudah menyuruh orang-orangku untuk mencari lokasi mereka, setelah itu polisi akan membekuk mereka." Dave dan Dian yang dalam perjalanan pulang, mendapat kaabr bahwa Jack menjadi korban tembak salah sasaran di klab miliknya.     

"Kalian tahu? Apa kalian melihatnya?" Darren bertanya pada kakak angkat istrinya itu. Dave pun menceritakan semuanya sejak awal dia keluar dari klab hingga sampai parkiran. Dian memeluk Carol dan membantu menguatkan ibu menyusui tersebut.     

"Tante dan om senang Jack punya teman-teman yang sangat baik dan peduli padanya. Semoga persahabatan kalian berlanjut terus sampai tujuh turunan." Leona terharu melihat betapa banyaknya teman-teman Jack yang peduli pada anak dan keluarganya.     

"Kami semua sudah berjanji untuk saling tolong menolong, tante. Kami akan selalu ada satu sama lain." Ucap Calista sambil menggenggam tangan wanita yang masih tetap cantik diusia lima puluhan tersebut.     

"Terima kasih sekali lagi tante dan om ucapkan." Leona memeluk tubuh Calista. Likha dan Dian pun satu persatu mendekati Leona dan mereka saling berpelukan menguatkan.     

Menunggu hingga pukul 1 dinihari akhirnya lampu kamar operasi pun mati dan pintu kamar operasi terbuka. Seorang dokter bedah yang masih memakai topi bedah dan maskernya langsung dibukanya, "Untunglah peluru itu bisa dikeluarkan dan tidak merobek usus besarnya. Anda tidak perlu khawatir dokter, suami anda baik-baik saja. Masa kritisnya sudah lewat dan masih belum sadarkan diri karena pengaruh obat bius. Yang sabar yaaa …" Dokter itu menepuk bahu Carol dan meninggalkan semua orang yang menunggu diluar.     

"Syukurlah," Semua orang memekik kalimat syukur dan menunjukkan wajah penuh kelegaan. Namun tidak dengan Carol yang malah menangis sesenggukan. "Aku ingin masuk kedalam." Carol pun masuk ke dalam ruang operasi bagian pemulihan.     

Carol melihat wajah suaminya yang pucat dan tubuhnya yang berbalut perban dibagian perut. Dada sixpack berototnya tampak sangat jelas terlihat.     

"Kamu baik-baik saja sayang. Untuk sesaat aku takut kehilangan kamu. Aku takut anak-anak akan kehilangan daddynya. Bertahanlah sayang, kami semua menunggumu." Carol mencium dahi Jack dan mencium tipis bibir suaminya. Semua petugas medis yang melihat salah satu dokter mereka yang sedang cuti itu menunjukkan kemesraan didepan mereka, ada yang tersipu malu namun ada juga yang menangis bahagia.     

Setelah hampir satu jam, akhirnya Jack dipindahkan keruangan rawat inap biasa. Jack ditempatkan disalah satu kamar terbaik yang ada di rumah sakit, sesuai instruksi Darren pada petugas rumah sakit yang mendata kamar.     

Jack mendapatkan pengawalan penuh dari teman-teman dan keluarganya saat menuju ke ruangannya. Setelah dirasa nyaman, dave berinisiatif untuk mengantarkan para wanita untuk pulang karena mereka semua masih punya anak-anak kecil dirumahnya. Lewis dan Darren masih menunggu dirumah sakit, tentu saja Carol dan kedua mertuanya juga masih di rumah sakit.     

Carol tidak ingin meninggalkan suaminya sendirian tapi Nathan masih butuh ASI dan dia belum sempat membuat stock dirumah. Akhirnya Carol pun pulang dan berjanji akan datang kembali besok pagi.     

Kini tinggallah Leona dan suaminya, Darren, dan Lewis didalam kamar.     

"Lewis, katanya kamu mau ke Italy sama anak dan istrimu?" Darren bertanya dengan suara pelan.     

"Lusa kami akan berangkat. Semoga sebelum kami berangkat, Jack sudah sadar kembali." Ucap Lewis. Kedua pria itu menatap sahabat mereka sejak kecil. Mereka sejak dulu saling tolong menolong apapun yang terjadi. Mereka dulunya adalah anak-anak yang sering ditinggal orangtua mereka berbisnis jauh hingga ke luar negeri. Beruntung mereka tidak terkena pergaulan bebas sehingga mereka masih bisa terus sekolah dengan baik bahkan lulus lebih cepat dibandingkan anak-anak seusia mereka.     

"Jack pasti sembuh lebih cepat. Daya tahan tubuhnya sangat kuat. Dia pernah mengalami kecelakaan dan kini menjadi korban tembak. Aku bersumpah, pria yang menembakkan senjatanya akan mengalami nasib yang sama." Darren mengeraskan rahangnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.