Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 358. Satu Bulan Tanpa Dibayar



III 358. Satu Bulan Tanpa Dibayar

0"Aku ingin menjenguk pasien didalam. Apakah bisa?" Jhonny berkata dengan susunan kata yang sopan dan teratur.     
0

"Anda siapa dan boleh lihat kartu pengenalnya?" Pria itu bertanya lagi, ditambah dengan tatapan dan pria-pria lain sekitarnya. Kalau hanya orang biasa mungkin tidak seketat ini namun yang dilihat adalah pria dengan postur tinggi besar dan wajah sangar. Tentu saja mereka harus lebih awas karena mengemban tugas dari bos mereka, Darren.     

Jhonny pun mulai merogoh kantongnya di belakang celana namun beberapa pria itu menodongkan senjatanya khawatir pria tinggi besar ini malah mengeluarkan senjata api dari balik punggungnya. Jhonny pun perlahan-lahan mengambil dompetnya dan mulai mengeluarkan tanda pengenal dari dompet yang terbuat dari bahan kulit warna hitam pekat itu.     

"Jhonny Regan." Untuk sesaat pria itu memicingkan matanya. "Anda siapanya tuan Jack?" Pria itu bertanya lagi.     

"Aku anak buahnya di klab malam. Kalian puas? Ini sudah waktunya aku bekerja, kalau kalian tidak segera mengijinkan aku masuk, aku akan terlambat bekerja." Jhonny tidak tahan juga berlama-lama bicara. Tidak ada dalam kamusnya banyak berdebat. Pria bertato itu lebih suka banyak bertindak. Akhirnya kepala pengawal itu mengijinkan Jhonny masuk setelah sebelumnya memeriksa tubuhnya agar tidak ada senjata api maupun senjata tajam yang dibawa.     

Tok tok tok …     

Tidak ada sahutan dari dalam selama beberapa detik namun tiba-tiba terdengar suara, "Masuk." Suara seorang pria dengan kondisi sehat karena suaranya terdengar menggema.     

Jhonny pun membuka pintu dan mulai masuk kedalam kamar yang sangat luas itu.     

"Anda siapa?" Pria bermata hijau ternyata ada didalam menemani Jack, pria yang masih lemah dan masih dalam posisi berbaring. Jhonny bisa melihat kabel infuse yang masih terpasang di tangan pria yang terbaring, juga perban yang melintang di perut hingga bahunya. Tubuh bagian atasnya terbuka dan hanya tertutup dengan perban saja. Namun, pasien itu bisa melihat Jhonny yang baru datang dengan wajah terpekur diam.     

"Apakah pertanyaanku kurang jelas?" Darren bertanya lagi.     

"Aku … adalah bos dari para anak buah bodoh yang salah menembak tubuh pasien ini." Jawaban Jhonny membuat mata Darren dan Jack melebar sempurna.     

"Oh, ternyata kamu adalah pemimipin dari kelompok Burung Elang itu? Darren maju melangkah ke arah Jhonny dan tiba-tiba sebuah tonjokan mendarat di pipi pria bertato itu. Tubuh Jhonny sempat mundur beberapa langkah akibat tinjuan keras dari pria bermata hijau.     

"Tunggu! Aku kesini bukan untuk cari gara-gara. Aku kesini untuk menjenguk temanmu." Jawab Jhonny pada Darren yang sudah mencekal lengan kemeja baru yang dipakai Jhonny.     

"Menjenguk? Atau memastikan temanku masih hidup atau tidak? Hmm." Darren menatap tajam mata Jhonny dan meninjunya sekali lagi dengan sepenuh kekuatannya.     

BUGGG!     

Darah mengalir dari bibir Jhonny. Seumur-umur baru kali ini dia dipermalukan oleh orang lain akibat ulah anak buahnya sendiri.     

"Darren, hentikan. Sudahlah, kalau dia memang bermaksud jahat, pasti dia tidak bisa melewati pengawalmu." Dengan suara lemahnya, Jack berusaha menghentikan Darren yang membabi buta meninju Jhonny yang tampak pasrah.     

"Hahaha, aku seorang pemimpin dan lihatlah kini aku tidak berdaya seperti orang tidak berguna." Jawab Jhonny sambil mengelap darah yang mengalir di sudut bibirnya.     

"Kamu pantas mendapatkannya! Lihatlah temanku menjadi pasien di sana setelah mengalami operasi besar untuk mengeluarkan butiran timah yang ditembakkan anak buah bodohmu." Jawab Darren dengan kesalnya.     

Jhonny mendengus dan bangkit dari duduk terjerembab di atas lantai kamar rumah sakit.     

"Aku tahu aku korban salah tembak, tapi anak buahmu juga salah karena sembarangan menembakkan peluru di tempat umum." Jawab Jack dengan bijak.     

"Aku tahu, dan mereka sudah aku hukum dengan mematahkan tangan dan kaki mereka." Ucap Jhonny tanpa beban sambil mengibaskan debu dari celana bagian belakangnya. Darren dan Jack mengernyitkan alis mereka. Benar-benar orang yang tanpa belas kasihan, sesuai dengan perawakan wajahnya.     

"Sekarang apa yang akan kamu lakukan?" Jhonny bertanya pada Jack yang terbaring.     

"Aku menyerahkan semuanya pada teman-temanku dan keluargaku." Jawab Jack. Jhonny menatap pria yang meninjunya. Tingginya kurang lebih sama dengannya namun tubuh pria bermata hijau lebih terjaga sedangkan dirinya sedikit menggemuk dibagian perut dan membesar di lengan dan otot leher.     

"Aku sudah menyerahkan semua bukti-bukti rekaman CCTV pada kepolisian. Mereka akan memprosesnya." Jawab Darren berbohong. Dia belum menyerahkan semuanya pada polisi karena ingin menyelidiki sendiri dan memberi pelajaran sendiri dengan tangannya.     

"Huft, sepertinya sudah tidak ada harapan lagi. Sebenarnya aku sedang mencari pria yang membunuh salah satu anak buahku dan pria sialan itu ada didalam klab malam itu." Jawab Jhonny sambil menghela napas.     

"Pria yang bersembunyi dibelakang tubuhku?" Jack bertanya. Setiap mulutnya berkata-kata, pria itu merasakan nyeri di perutnya. Jadi sebisa mungkin Jack ditahan untuk tidak banyak berbicara.     

"Betul sekali. Pria itu sudah membunuh anak buahku setelah sebelumnya memperkosa adik dari anak buahku sampai perempuan itu bunuh diri karena tidak kuat menahan malu." Jawab Jhonny sambil menyeringai sinis.     

"Maafkan kelakuan anak buahku saat itu. Kalau bisa aku mohon untuk cabut kembali tuntutan ini." Ucap Jhonny.     

"Tidak semudah itu. Orang yang ditembak hampir saja kehilangan nyawanya, meskipun dengan alasan salah tembak." Jawab Darren.     

"Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku tidak ingin kelompokku dibekukan pihak kepolisian hanya karena kesalahan satu orang. Sampai dendam ini terbalaskan, baru aku tenang." Jawab Jhonny.     

Darren dan Jack saling menatap. Tiga pria yang berada dalam satu ruangan dengan kondisi tubuh dan kepentingan berbeda, sedang berusaha mencari titik temu yang akan memuaskan semua pihak. Sesungguhnya Jack juga mudah memaafkan, hanya saja peristiwa ini juga berdampak pada klab malamnya dan mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit. Klab nya ditutup sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan dan itu membuat mata pencaharian semua karyawannya pun terganggu.     

"Aku bisa saja mencabut tuntutan ini, tapi dengan beberapa syarat." Tiba-tiba Jack menemukan ide.     

"Apa saja syaratnya? Asalkan aku bisa, pasti aku penuhi." Jawab Jhonny dengan raut muka serius.     

"Darren, tolong bantu aku menuliskan bukti hitam diatas putih diselembar kertas." Pinta Jack pada teman baiknya itu. Darren memicingkan mata namun dibalas dengan senyuman tenang dari Jack, sehingga pria bermata hijau itu mengeluarkan kertas yang ada di dalam tas laptop yang dibawanya kemana-mana dan sebuah pulpen.     

"Pertama, seluruh anak buahmu menjadi petugas keamanan di klab malam milikku sampai satu bulan tanpa dibayar." Jack berkata. Jhonny memicingkan matanya.     

"Tanpa dibayar? Lalu darimana mereka mendapatkan uang untuk kebutuhan sehari-hari?" Jhonny bertanya lagi.     

"Aku tidak sejahat itu. Mereka hanya bekerja dari jam 6 sore sampai jam 6 pagi. Dua belas jam berikutnya milik mu kembali." Ujar Jack.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.