Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 351. Akulah Pemenangnya



III 351. Akulah Pemenangnya

0"Itu jagoanmu datang." Jawab Carol sambil terkekeh.     
0

"Permisi dok, babynya mau disusui asi pertama lebih dahulu." Perawat yang membawa Nathan pun mendekatkan bayi dengan ibunya agar sang bayi mendapatkan asi pertamanya.     

"Terima kasih ya sus," Suster itu tersenyum ramah dan meninggalkan bayi pada kedua orangtuanya.     

Carol segera mengatur posisi senyaman mungkin agar bayinya pun bisa meminum susunya dengan lahap. Jack melihat anak jagoannya dengan mata berbinar-binar.     

"Sayang, aku tidak menyangka jalan hidupku akan seindah dan semulus ini seperti cerita novel dongeng-dongeng kerajaan. Aku memiliki kamu adalah suatu anugerah lalu kita memiliki Gendhis dan sekarang ada Nathan yang semakin melengkapi keluarga kecil kita." Jack mengusap rambut halus sang anak lelakinya yang sedang menikmati asi yang merupakan darah dari ibu diberikan ke anaknya.     

"Aku pun sama, sayang. Kamu tahu kan kalau aku skeptis dengan yang namanya hubungan setelah gagal berpacaran. Tapi, untungnya aku tidak memberikan apa yang dia mau karena entah kenapa saat itu akupun ragu padanya." Jawab Carol.     

Jack tersenyum mendengarnya. Ya, keluarga kecil itu kini telah bertambah banyak dengan hadirnya seorang putra diantara mereka. Carol yang sudah menjadi dokter spesialis bedah pun masih menyempatkan diri berada di tengah-tengah keluarga sehingga dirinya dan Gendhis tidak kehilangan sosok istri sekaligus ibu yang baik.     

-----     

Didalam sebuah diskotek yang dipadati oleh pengunjung karena saat ini adalah hari akhir pekan untuk semua pekerja, terdapat seorang pria yang sedang mabuk berat. Dia adalah pria dari masa lalu Dian, yang sudah berjuang mempertahankan cintanya selama satu tahun namun sayang harus kandas karena orang ketiga yang merenggut keperawanan pacarnya, yang bahkan belum pernah dia cium sekalipun.     

"Hei Wawan, mabuk lagi? Putus lagi sama pacarmu yang terakhir? Kalau dipikir-pikir kamu tuh paling lama bertahan sama Dian saja ya, satu tahun lebih. Dengan yang lain hanya dua atau tiga bulan." Seorang pria yang merupakan teman kerja dan teman dugem Wawan tiba terlambat menemani sang teman karena baru menuntaskan pekerjaannya di kantor.     

"Rio, kenapa kisah cintaku tidak pernah berakhir dengan baik? Aku sudah berusaha untuk menyayangi mereka, setia pada mereka, namun pada akhirnya mereka malah pergi dengan pria lain. Hahaha …" Wawan tertawa menyedihkan dengan mata sendunya yang sudah mabuk berat. Rio, sang teman memaklumi keadaan temannya ini.     

Wawan memang tipe pria yang selalu mengalah pada semua perempuan yang menjadi pacarnya. Dia selalu memberikan kebebasan penuh pada mereka. Namun, ada satu hal yang mulai diketahui Rio dari Wawan yang mungkin membuat semua pacarnya pergi perlahan dari sisinya.     

"Kita kembali saja. Kamu sudah mabuk berat, kamu sudah tidak menikmati lagi suasana disini." Namun tangan Rio dihempaskan Wawan dengan kuat.     

"Tidak, lepaskan aku. Aku ingin menikmati patah hati ini disini. Ditengah hingar bingar musik dan minuman keras. Hahaha … Tambah lagi!" Wawan berteriak kearah bartender yang sedang membuat minuman untuk pelanggan yang lain. Rio memberi kode kepada bartender itu untuk tidak memberikan minuman apapun pada temannya lagi. Bartender itu pun mengangguk setuju.     

"Ayo aku antarkan kamu pulang, Wan." Rio menarik tangan Wawan dan memapahnya bangun dari kursi depan bartender. Baru saja membalik badannya, tiba-tiba tubuhnya menabrak seorang pria dengan setelan jas hitam-hitam rapihnya. Matanya langsung menatap tajam Wawan dan Rio namun tiba-tiba matanya menyipit karena seperti mengenal pria mabuk yang sedang dipapah Rio.     

"Tunggu, apa dia yang bernama Wawan?" Pria itu berkata.     

"Betul, anda siapa?" Rio bertanya penuh curiga. Dia tidak mengenal pria yang didepannya itu tapi pria itu mengenal temannya. Pria itu bahkan tersenyum tipis mengejek dan menggeleng-gelengkan kepalanya.     

"Sudahlah, kamu tidak perlu tahu aku siapa. Yang pasti, aku lah pemenangnya." Pria itu menepuk bahu Wawan yang sudah tidak sadar sepenuhnya akibat mabuk terlalu berat.     

Rio memicingkan matanya. "Pemenang? Apa maksud pria itu pemenang? Haisss, ada-ada saja kelakuan aneh orang di diskotek ini." Gumam Rio.     

"Sayang, sedang apa?" Pria itu yang bertabrakan dengan Wawan tadi, langsung mengeluarkan ponselnya setelah berada didalam ruangan khusus yang sudah terbebas dari hentakan music keras di lantai 1.     

"Sedang apa ya? Sedang menunggu suamiku yang katanya pulang telat." Wanita yang tidak lain adalah Dian itu menerima telpon dari suaminya, Dave yang ternyata yang bertabrakan dengan Wawan.     

"Oh, tidurlah cepat. Kamu tidak usah menunggu aku. Aku baru sampai dan klienku belum datang." Dave berkata sambil menaikkan satu kakinya diatas lutut kaki lainnya.     

"Dimana kamu?" Dian bertanya dengan nada lemas.     

"Aku sedang di diskotek milik Jack." Jawab Dave.     

"APA? DISKOTEK? Bertemu klien di diskotek? Klien seperti apa yang akan kamu temui disana?" Dian yang semula malas-malasan, kini malah semangat dan matanya melotot lebar mengetahu suaminya ada di diskotek, tempat para wanita berpakaian seksi dan nyaris telanjang berkumpul sambil meliuk-liukkan tubuh mereka seperti penari striptease.     

"Kamu tenang saja. Klienku pria dan dia sudah berusia 50an. Bisa apa dia selain menulis? Hehehe …" Dave dengan percaya dirinya berkata.     

"Tapi tetap saja, diskotek bukan tempat yang baik untuk bertemu. Kenapa tidak di tempat lain saja dan di siang hari? Kenapa harus malam hari dan di diskotek pula?" Dian sungguh tidak senang hati mendengarnya. Ibu satu anak itu khawatir akan terjadi sesuatu pada suaminya. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa.     

"Ya sudah, setelah ini aku pulang, Kamu tidur saja duluan, tidak usah tunggu aku. Aku tutup dulu ya, selamat tidur, bye." Dave menutup telponnya setelah mendapat jawaban dari istri tercinta yang juga ibu dari anak mereka satu-satunya, Devan.     

Dian merasakan sesuatu yang tidak enak akan terjadi pada suaminya. Ibu satu anak itu hanya bisa berdoa semoga suaminya selamat dan dijauhkan dari tipu daya manusia dan godaan syetan.     

Dian membuka pintu kamarnya dan menuju kamar anak lelaki nya disebelah kamarnya yang sedang tertidur pulas, Devan. "Devan, doakan daddy kamu malam ini agar tidak terjebak muslihat orang jahat dan kembali pulang dengan selamat." Dian berbisik di telinga Devan dan mencium kening anak tampannya berulang-ulang.     

"Halo, tuan Dave, sudah lama menunggu?" Seorang pria yang berusia hampir setengah abad dengan tubuh tambunnya masuk kedalam ruangan yang memang sudah disewa Dave untuk pertemuan malam ini.     

"Belum terlalu, apa kabar tuan Scott?" Dave berdiri dan menyambut pria kelahiran England tersebut sambil berjabat tangan dan mempersilahkan duduk.     

"Maafkan saya karena harus bertemu di tempat seperti ini. Sekalian saya mau refreshing karena besok saya harus kembali terbang ke London." Jawab pria bernama Scott tersebut.     

Dave tersenyum dan berkata, "Tidak apa tuan Scott, lagipula ini diskotek milik salah seorang teman baik saya. Kami sering menghabiskan waktu bersama disini." Jawab Dave.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.