Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 350. Nathan Xavier Smith



III 350. Nathan Xavier Smith

0Di lobi sebuah rumah sakit dalam waktu kurang dari setengah jam, sudah dipenuhi oleh para pencari berita media cetak dan media online, yang berebut hendak meliput berita tentang hancurnya satu keluarga dalam waktu setengah hari saja. Anak satu-satunya meninggal akibat kecelakaan mobil tunggal, ibunya meninggal karena terkena serangan jantung mendengar kabar anaknya meninggal dan suaminya masuk rumah sakit karena shock, dan ayahnya si anak pun masuk rumah sakit karena masih dalam kondisi kritis karena penyakit jantungnya.     
0

Tidak ada pihak keluarga lain yang bisa mewakili ungkapan berita duka cita ini. Hanya pengacara sang ayah yang maju di garda depan memberikan keterangan tentang berita duka cita yang bertubi-tubi ini datang.     

"Huft, ketenaran, kekayaan, dan semua kenikmatan duniawi, berakhir dalam waktu setengah hari saja. Kalau Tuhan sudah berkehendak, maka yang akan terjadi, terjadilah." Ucap salah satu wartawan yang duduk dibawah bersama dengan sesama teman wartawan lainnya.     

"Iya, padahal anaknya cantik sekali. Tapi. Dengar-dengar katanya jadi selingkuhan pejabat." Ucap wartawan yang lainnya.     

"Oya? Wah, bagaimana itu anak pejabat jadi selingkuhan pejabat."     

Berbagai macam gosip pun beredar diantara para pemburu berita. Dan headline surat kabar hari ini dimonopoli oleh jatuhnya keluarga pejabat dalam waktu hanya sehari.     

-----     

Sementara itu di rumah sakit berbeda, seorang suamis sedang menunggu istrinya di kamar bersalin, bersama anak mereka, Gendhis, dan juga kedua orangtuanya. Carol yang merupakan dokter spesialis di rumah sakit ini, untuk kedua kalinya melahirkan dirumah sakit yang sama.     

Setelah menunggu dengan harap-harap cemas, akhirnya suara bayi yang ditunggu-tunggu terdengar juga. Jack dan kedua orangtuanya, juga anak pertamanya senang luar biasa.     

"Mami sudah lahiran. Horeeee, Gendhis punya adik." Kakek nenek dan papinya tersenyum senang mendengar celoteh anak usia 4 tahun.     

Seorang dokter pun keluar dari dalam dan membuk masker juga topi bedahnya sambil menghampiri Jack dan berkata, "Selamat ya pak, dokter Carol melahirkan anak lelaki yang tampan dan sehat." Ucap dokter itu sambil menepuk bahu Jack. Sayangnya, Jack tidak diperbolehkan masuk sebelum Carol dan bayinya di bersihkan lebih dahulu.     

Setelah setengah jam akhirnya Carol keluar dengan wajah yang masih lemas namun senyum cerah selalu tersungging dibibirnya.     

"Baby boy." Ucap Carol sambil menggenggam tangan sang suami yang berjalan cepat ke kamar.     

"Iya, pasti ganteng seperti papinya." Ucap Jack dengan senyum percaya diri yang terlalu.     

"Cih! Sifat percaya dirimu tinggi sekali." Jawab Carol.     

"Hehehe, lekas fit kembali sayang." Jack mengedip satu mata kepada sang istri.     

Jack menyewa kamar inap paling mahal di rumah sakit itu. Karena Carol melahirkan dengan normal, maka untuk menginap dirumah sakit pun paling lama cuma dua malam. Carol tidak ingin berlama-lama dirumah sakit karena Gendhis, anaknya pasti akan ikut menginap di rumah sakit.     

"Kalian sudah memiliki nama untuk jagoan kalian?" Leona mengusap rambut anak menantunya yang masih tampak kelelahan.     

"Kalau lelaki, papinya Gendhis sudah mengantongi nama sejak lama, mi." Jawab Carol sambil tersenyum lemah.     

"Oya? Siapa namanya, Jack?" Leona dan suaminya saling bertatapan.     

"Nathan Xavier Smith." Ucap Jack dengan bangga.     

"Wow, bagus sekali. Semoga jadi anak yang menjadi pelita bagi keluarga dan selalu disegani kawan maupun lawan. Selalu beruntung dimanapun kapanpun, Aamiin." Ucap Leona dan diaamiini oleh semua orang yang ada disana.     

"Gendhis pulang sama nenek yuk. Tinggal sama nenek semalam saja. Anak kecil tidak baik menginap di rumah sakit. Banyak kuman dan bakteri." Ucap Leona.     

"Kalau begitu, mami tiap hari kena bakteri dan kuman dong." Balas Gendhis.     

Semua orang tertawa mendengar balasan pintar dari bocah usia empat tahun. Jack menggendong anak perempuannya dan berkata dengan lembut, "Gendhis pulang sama nenek ya. Papi tunggu mami dan adik Nathan disini. Besok kita pulang kerumah. Okay, cantik?" Jack mencium pipi gembul Gendhis yang tidak hanya dianugerahi kecantikan dan kelembutan, tapi juga kepintaran membalas ucapan orang lain.     

"Iya pi, tapi janji ya besok pulang. Gendhis mau cium dedek bayi dan tidur sama dedek bayi dirumah."     

"Iya iya sayang, mami mau istirahat dulu. Papi jagain mami dan dedek bayi. Sekarang Gendhis pulang ya. Salim dulu sama mami." Carol tersenyum lembut melihat anak perempuannya yang cantik menggemaskan. Gendhis yang lebih suka memakai kaos dan celana jeans dibandingkan gaun princess layaknya anak perempuan lain, membuat Gendhis lebih menonjol dibandingkan anak-anak perempuan seusianya ketika sedang kumpul.     

"Mami pulang dulu ya sayang. Jaga kesehatan kamu. Jangan sampai yang nungguin malah sakit." Leona berkata pada anaknya, Jack.     

"Love you honey, lekas pulih, dan selamat sudah memiliki anak sepasang. Mmuahhh," Leona mencium pipi Carol kanan dan kiri. Dan, mereka pun pulang meninggalkan Jack dan Carol di kamar inap berdua.     

Carol menatap kepergian Gendhis sampai bayangannya menghilang dari pandangan dengan senyum mengembang.     

"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?" Jack menatap sang istri yang duduk bersandar di kepala ranjang. Wajah dan tubuhnya mengembang sejak hamil anak kedua. Waktu hamil Gendhis, Carol tidak melar badannya, bahkan tidak seperti orang hamil. Kini wajah dan tubuhnya bahkan lebih menggemaskan.     

"Kadang aku tidak mengira kalau aku bisa sampai di fase ini. Fase memiliki anak. Kamu tahu kan kita pacaran hanya dua bulan dan setelah itu menikah. Sejak menikah sampai sekarang memiliki dua anak, aku merasa Tuhan begitu baik padaku. Sangat baik malahan karena aku sendiri merasa tidak pantas diberikan semua kemudahan ini." Ucap Carol sambil memandang genggaman tangannya diatas pangkuan.     

Jack tersenyum dan berkata, "Tuhan tahu kamu pantas mendapatkannya setelah banyak pengorbanan yang kamu berikan. Aku bersyukur karena peristiwa Calista dan Darren, aku jadi bisa bertemu denganmu." Jawab Jack tiba-tiba.     

"Jack, kamu tidak boleh begitu. Itu namanya bersenang-senang diatas penderitaan orang lain." Jawab Carol cemberut.     

"No, bukan bersenang-senang. Justru aku datang untuk memberikan bantuan pada Darren agar bisa menemukan Calista. Padahal kamu tahu tidak? Saat itu aku pulang jam 5 subuh sampai rumah dan belum sempat tidur lalu aku dan Lewis ke puncak. Demi pertemanan kami bertiga, kami selalu ada dalam suka dan duka satu sama lain." Jack menggenggam erat kepalan tangan sang istri tercinta.     

"Aku iri dengan persahabatan kalian. Bahkan aku tidak punya sahabat sejak kecil sampai sekarang." Jawab Carol sendu.     

"Kamu punya kok. Ada Calista, istrinya Lewis dan istrinya Dave. Kalian akan seperti kami saling percaya satu sama lain dan saling menolong satu sama lain." Jack memeluk istri tercintanya dengan penuh kelembutan. "Oya, kapan Nathan dibawa masuk ya?" Baru saja Jack berkata, pintu diketuk dan masuklah seorang perawat menggendong bayi merah didalam selimut yang langsung disambut Jack dengan suka cita.     

"Itu jagoanmu datang." Jawab Carol sambil terkekeh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.