Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 341. Second Honeymoon (2)



III 341. Second Honeymoon (2)

0Darren menggeram tertawa geli melihat istrinya takut melihat dirinya. Pria itu pun berganti baju dan memakai dasinya sambil berkata, "Bandung will be our second honeymoon, sweetheart."     
0

Setelah selesai memakai dasi dan semuanya, Darren turun dari kamanya lalu menuju meja makan, tidak ada orang disana.     

"Hera, kemana istri dan anak-anakku?" Darren berdiri dengan berkacak pinggang.     

"Nyonya dan tuan muda Raja dan nona muda Ratu sudah berangkat lebih dulu tuan. Mereka titip pesan kalau takut telat jadi mereka duluan berangkat." Ujar Hera sambil membungkuk seperti biasa sebelum berbicara.     

"Oh," Gumam Darren. "Calista masih takut padaku, hehehe" Ucap Darren dalam hati.     

"Siapkan sarapan untukku. Aku akan makan sekarang." Darren duduk di kursinya dan memainkan ponselnya sebelum sarapannya siap.     

"Siap tuan." Ucap Hera sambil mengambil daging asap dari dapur yang telah dihangatkan di air fryer sebagai isian dari roti sandwich menu sarapannya pagi ini.     

-----     

"Rani, kamu satu mobil denganku." Maya memanggil Calista yang sudah sampai kantor dari setengah jam yang lalu dan langsung mempersiapkan semua kebutuhan untuk meeting dengan klien penting mereka.     

"Hanya kita berdua?" Calista heran tidak ada siapa-siapa lagi selain dia dan Maya didalam mobil kantor yang cukup luas ini.     

"Ya cuma kita berdua. Nanti kamu yang menerangkan materi pada klien, dan aku yang membuat laporan tertulisnya. Aku akan selalu ada diantara kalian." Jawab Maya dengan nada cueknya sambil menatap jalanan dari balik kaca jendela sebelah kirinya.     

Calista memutar bola matanya melihat sikap acuh Maya yang menjawab dengan sekenanya. Mobil itu pun meluncur membelah kota Jakarta menuju kota kembang dengan melewati jalan tol Cipularang lalu keluar di gerbang tol Pasteur. Perjalanan yang memakan waktu hampir dua jam itu langsung menuju hotel yang sudah direncanakan sebelumnya oleh Maya dan Billy.     

Klien yang akan mereka temui kali ini adalah seorang pria pengusaha pemilik bahan berupa kain yang menjadi modal utama sebuah garment. Mereka akan memberikan harga yang sangat terjangkau dengan kualitas terbaik, karena dengan alasan cuci gudang. Calista mengikuti kemana Maya melangkah.     

Dua perempuan itu masuk kedalam lobi hotel hingga melapor kepada resepsionis maksud kedatangannya. Calista sedikit merasa curiga kenapa pertemuan mereka harus berada didalam kamar hotel. Kenapa mereka tidak menyewa ruangan meeting atau ruangan lain selain didalam kamar. Namun, Maya tidak memberikan kesempatan kepada Calista untuk bertanya. Perempuan itu melanjutkan kakinya menuju lantai yang sudah dipersiapkan kamar untuk melakukan meetin seperti yang sudah dijanjikan.     

"Kenapa kita harus meeting didalam kamar? Kenapa tidak menyewa ruangan meeting saja?" Calista akhirnya punya kesempatan bertanya setelah berada didalam lift berdua saja dengan Maya.     

"Itu semua terserah bos mau dilakukan meeting dimana. Kita hanya harus mengikuti saja dan mengerjakan bagian kita." Ucap Maya datar tanpa ekspresi sama sekali.     

"Cih! Kalau sampai teman atau keluarga ada yang melihat kita meeting di dalam kamar hotel, apa yang akan mereka pikirkan? Kamu tidak berpikir sejauh itu?" Calista mulai curiga dengan semua yang ada dihadapannya ini. Benar kata Darren, tingkat kewaspadaannya sangat minim dan kurang persiapan.     

Calista menggenggam ponselnya kuat-kuat ditangan kanan. Dia mengambil ponsel dan hendak memberi pesan kepada Darren nama hotel dan nomer kamarnya. Tapi, Maya yang melihatnya langsung pura-pura terjatuh hingga ponsel Calista tercerai berai casing dan ponselnya pun pecah retak.     

"Maaf, kaki aku kram sehingga aku kehilangan keseimbangan. Aku akan ganti ponselmu." Maya berpura-pura menyesal dengan mengambil pecahan ponsel Calista dan menggenggamnya sambil menatap nanar.     

"Ya, kamu harus menggantinya. Ini ponsel pemberian suamiku yang sangat terbatas." Calista geram setengah mati dengan kelakuan Maya yang sudah mencurigakan sejak awal. Ponselnya yang hancur bercerai berai itu pun diambilnya dan dimasukkannya kedalam tasnya. Dengan kesal, Calista memegang tali tasnya erat-erat. Kini dia tidak bisa memberitahu Darren dimana keberadaannya. Calista hanya bisa pasrah dan mengandalkan dirinya sendiri untuk menyelamatkan diri.     

Pintu lift pun terbuka dan mereka sudah sampai di lantai dimana kamar yang dituju berada. Kamar 909 adalah kamar yang dipesan Maya untuk mereka berdua mengadakan meeting rahasia. Hanya butuh satu belokan dan akhirnya mereka sampai di depan sebuah kamar yang dituju. Maya menempelkan kunci kamar dan klik akhirnya kamar pun terbuka. Maya mempersilahkan Calista untuk masuk duluan dan akhirnya kedua perempuan itu pun masuk kedalam kamar yang cukup luas dengan tampilan mewah bergengsi.     

"Dimana klienmu?" Calista semakin curiga dengan gelagat yang ditunjukkan Maya karena ada kamera dan tripod bersiap-siap berdiri di depan kasur.     

"Kita tunggu saja disini." Jawab Maya santai.     

"Untuk apa tripod dan kamera ada disini?" Calista bertanya kepada Maya yang sedang terlihat menelpon seseorang.     

"Oh itu, buat bukti saja ke bos kita kalau rapat kita berjalan dengan baik." Maya menjawab tanpa melihat benda yang dimaksud Calista.     

Suasana kamar yang cukup remang-remang namun ada pencahayaan lampu yang membuat kasur sebagai titik fokus perekaman.     

"Aku mau keluar sebentar. Aku mau menelpon suamiku dulu," Calista baru saja melangkah dua kaki, tiba-tiba pintu diketuk dari luar.     

"Kamu tunggu disini. Itu klien kita." Jawab Maya dengan santainya.     

"Cih, klien apa yang berbicara didalam kamar dengan kamera dan tripod yang berdiri ditengah-tengah kamar." Gumam Calista.     

Begitu pintu dibuka, maka masuklah dua orang pria. Pria pertama adalah Billy dan yang kedua seorang pria lumayan tua yang berasal dari negara yang sama dengan Billy.     

"Kalian sudah datang? Perkenalkan, ini Mr. Huang. Beliau adalah klien kita hari ini. Dan Mr. Huang, mereka adalah dua karyawanku. Maya sekretarisku dan Rani, tim marketing andalanku." Ucap Billy dengan senyum mencurigakan.     

"Hai, senang berkenalan dengan kalian dua perempuan cantik." Mr. Huang mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Dan disambut Maya dengan senang hati. sementara Calista hanya menangkupkan kedua tangannya didepan dada, "Maaf, tadi saya habis dari toilet belum cuci tangan." Ucap Calista sambil tetap mempertahankan senyum ramahnya.     

"Oh hahaha, kamu bisa saja bercandanya." Ucap Mr. Huang dengan tertawa lebar sehingga perutnya yang sedikit tambun bergerak-gerak naik turun.     

"Maya, sebentar aku mau bicara. Rani, kamu keluarkan saja materi yang ingin kamu presentasikan." Maya menghampiri Billy dan mereka berduapun berbisik-bisik entah apa yang dibicarakan karena Calista tidak bisa mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Tampak mata Maya melihat Calista sesekali dan Calista menyadari itu.     

Tok tok tok …     

"Room service …"     

Billy membuka pintu dan melihat ada seorang pelayan hotel membawakan mereka 4 botol minuman air mineral yang masih bersegel dan 4 jus mangga didalam gelas. Pelayan itu pun meletakkan nampan berisi minuman diatas meja yang sudah disediakan.     

"Selamat beristirahat. Permisi." Pelayan itu keluar dengan mendapat tepukan di bahunya oleh Billy.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.