Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 339. Selembar Daun Selada



III 339. Selembar Daun Selada

0"Kita makan siang bersama mereka, bagaimana? Aku akan menyuruh supir yang menjemput Raja dan Ratu untuk langsung ke restoran yang kita akan datangi sekarang." Jawab Darren.     
0

"Benarkah?" Bola mata Calista memancarkan kegembiraan yang teramat sangat.     

"Tentu saja." Darren tersenyum senang karena istrinya juga senang.     

"Ayah … ibu …" Ratu berteriak dan berlari menghampiri ayah dan ibunya yang sudah sampai duluan.     

"Raja Ratu, kemari sayang." Calista melambaikan tangannya begitu mendengar suara centil anak perempuannya dari jauh. Darren tersenyum senang melihat keceriaan dari dua anaknya dengan beda karakter tersebut. Raja benar-benar cerminan dirinya, sementara Ratu adalah salinan hidup istrinya.     

"Ayo duduk sayang, makanannya sudah disiapkan ayah. Ayo salim dulu sama ayah kalian." Calista mendapatkan salim hormat dari kedua anaknya. Ratu dan Raja pun menghampiri ayah mereka dan meminta tangan Darren untuk dicium punggung tangannya. Raja dan Ratu bergantian mencium tangan sang ayah. Darren merasakan kegembiraan membuncah dari dalam dadanya. Kehidupan indah dan membahagiakan ini tidak akan dia tukar dengan apapun.     

Hera dan Ivan yang datang mengekor dibelakang kedua anaknya, mendapatkan meja makan di sebelah mereka.     

"Kalian juga makan yang banyak ya. Ini semua aku yang traktir." Jawab Calista. Hera dan Ivan saling bertukar pandang.     

"Maksud kamu apa sayang?" Darren bertanya tidak mengerti. Istrinya ini tidak bilang apa-apa saat di kantor dan sepanjang perjalanan tadi.     

"Aku mendapatkan transferan setengah gajiku baru saja. Jumat adalah hari terakhirku menemani klien. Setelah itu aku akan benar-benar meninggalkan kantor dan menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya untuk kalian." Jawab Calista dengan senyum lebarnya.     

Darren menganga senang mendengarnya. Keputusannya untuk tidak memaksakan kehendaknya kepada istrinya berbuah manis. Calista menyadari sendiri apa yang terbaik untuk dirinya dan keluarganya. Darren berjanji tidak akan menjadi suami otoriter lagi seperti kemarin-kemarin.     

Semua orang menikmati makan siang penuh suka cita. Ini adalah makan siang bersama tanpa direncanakan namun penuh keceriaan. Namun, ditengah-tengah makan siang, tiba-tiba Ivan mendapat telpon penting dan mendadak harus pergi meninggalkan tempat.     

"Maaf tuan nyonya, saya harus pergi sekarang. Istri saya dibawa ke rumah sakit karena akan melahirkan." Ucap Ivan dengan wajah pucatnya.     

"Melahirkan? Kamu sudah menikah?" Calista bertanya tidak mengerti.     

"Aku belum cerita ya? Istrinya adalah adik kelasmu di kampus." Ivan tersenyum tipis mendengarnya.     

"Cepatlah pergi, kalau sudah melahirkan, kabari kami. Mereka akan aku antarkan pulang langsung." Jawab Darren.     

"Terima kasih tuan dan nyonya. Saya permisi dulu." Ivan bergegas berjalan cepat meninggalkan keluarga majikannya yang sedang menikmati waktu keluarga bersama-sama.     

"Siapa istri dia? Adik kampusku yang mana?" Calista bertanya tidak mengerti, sambil menyuap potongan ebi katsu kedalam mulutnya.     

"Diana, perempuan tomboy yang dulu mengejar-ngejar Ivan. Ivan awalnya tidak suka namun lama-lama luluh juga. Cih! Cinta memang tidak memandang usia dan status." Jawab Darren.     

"Maksudmu?" Calista memiringkan dagu tidak mengerti.     

"Diana anak satu-satunya pengusaha negeri ini dan usianya juga dibawah Ivan 10 tahun. Tapi, justru dia mencintai pria yang menolaknya berkali-kali. Hingga suatu ketika Diana sakit keras dan yang ingin ditemuinya terakhir kali adalah Ivan. Ternyata, setelah pertemuan itu sakitnya berangsur sembuh dan kemudian dia sehat kembali. Diana hanya minta satu hal pada orangtuanya yaitu dinikahkan dengan Ivan. Akhirnya orangtuanya terpaksa menyetujuinya." Jawba Darren menghentikan sejenak ceritanya untuk minum ichi ocha yang dituang berkali-kali.     

"Terus terus?" Calista bertanya penasaran.     

"Akhirnya Ivan pun setuju, dengan syarat tidak tinggal dirumah orangtua istrinya dan dia tidak ingin bekerja dibawah bayang-bayang orangtua Diana." Darren mengakhiri ceritanya tentang ajudan setia istrinya itu.     

"Sungguh tipe pria yang berkarakter dan punya prinsip." Ujar Calista sambil bertepuk tangan.     

"Dia itu mantan debt collector tapi karena keadaan. Lalu aku angkat menjadi ajudanmu dan setelah kamu menghilang, dia aku pekerjakan menjadi kepala petugas keamanan di perusahaan. Apa kamu ingin memiliki dia sebagai ajudan lagi?" Tanya Darren,     

"Tidak tidak terima kasih. Aku baik-baik saja bisa sendiri kemana-mana." Jawab Calista sambil menggeleng-gelengkan kepala.     

"Orang yang berbuat jahat padamu belum ditangkap. Aku khawatir dia akan kembali lagi untuk mencelakaimu begitu tahu kamu muncul kembali." Ujar Darren. Calista tersenyum penuh misteri.     

"Ayah tidak tahu ya? Ibu itu pintar bela diri. Sekarang saja sudah memegang sabuk hitam. Aku dan kakak Raja masih sabuk putih. Kami berlatih bersama setiap akhir pekan di tempat khusus latihan karate. Ada satu guru disana sangat tampan sekali dan sepertinya dia suka pada ibu karena … humppph." Selembar daun selada diselipkan kedalam mulut Ratu oleh Raja karena terlalu banyak berbicara. Tiba-tiba sorot mata Darren tajam menatap Ratu dan bertanya lagi,     

"Guru karate? Siapa namanya?" Darren bertanya pada Ratu yang mendadak diam, melihat ayahnya yang tersenyum mencurigakan.     

"Sudahlah, tidak usah dibahas. Hanya seorang guru karate saja dan muridnya juga bukan cuma aku." Ucap Calista berusaha meredam emosi pria yang mudah tersulut itu. Raja hanya menggeleng-geleng melihat adiknya yang terlalu banyak bicara.     

"Kalian kapan latihan karate lagi?" Darren bertanya sambil memotong steak sapi dengan aura mengerikan.     

"Setiap hari sabtu." Jawab Ratu lagi.     

"Kalau begitu, aku ikut kalian." Darren menyeringai menatap tiga orang disekitarnya yang menatap penuh curiga. "Kenapa? Apa kalian tidak percaya kalau ayah kalian ini bisa karate juga?" Ujar Darren.     

"Sudahlah, ucapan anak kecil tidak usah dimasukkan ke dalam hati. Ayo makan cepat dan langsung pulang." Ucap Calista mencoba mengalihkan perhatian pria yang masih mengenakan setelan jas hitam tersebut.     

Raja dan Ratu pun segera melahap makanannya. Mereka pun sudah lapar sekali sebenarnya, dan pas sekali makanannya sesuai dengan kesukaan mereka.     

-----     

"Kamu kenapa? Sejak pulang tadi siang sampai sekarang masih diam saja. Apa ada ucapan dan tingkah laku aku yang kurang berkenan?" Calista yang sedang membersihkan wajahnya sebelum tidur di depan meja rias, menatap Darren yang sedang duduk bersandar kepala ranjang dari pantulan kaca rias. Yang ditanya tidak menjawab apa-apa. Calista menghela napasnya.     

"Apa jangan-jangan karena guru karate yang disinggung Ratu tadi siang?" Pikirnya dalam hati.     

"Ya sudah, aku tidur duluan ya. Besok aku harus berangkat pagi-pagi karena akan bertemu klien di Bandung." Calista berjalan menuju sisi tempat tidur di belakang meja riasnya. Ibu dua anak itu lalu menyusupkan tubuhnya kedalam selimut putih tebal dan memejamkan matanya. "Selamat malam, mimpi indah." Calista berkata pada Darren dan perempuan itu pun memejamkan matanya dan tidak berapa lama kemudian jiwanya sudah melayang ke alam mimpi bersama kejadian-kejadian menyenangkan hari ini.     

Darren yang ditinggal tidur segera mematikan laptopnya dan memasukkannya ke dalam tas laptop yang ada diatas meja kecil didalam kamar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.